Pembalasan

2K 169 1
                                    

Selesai membuat sop ceker ayam dengan kelezatan super enak. Karlina membawanya ke atas kamar Daniel. Laki-laki pemilik manik hitam tersebut tersenyum ramah pada Babysitter-nya. Tentu terlintas kecurigaan dalam benak Karlina, tidak mungkin anak laki-laki itu tiba-tiba menjadi baik begitu cepat. Dua bola mata gadis remaja tersebut menelisik setiap sudut, dia takut akan jebakan yang diberikan oleh Daniel telah mengintainya.

"Pergi sana!" titah Daniel. Ketus banget.

"Iya, iya," jawab Karlina.

Ia langsung meninggalkan kamar bernuansa hitam putih tersebut. Kemudian masuk ke kamarnya sendiri untuk mengistirahatkan diri. Karlina melangkah ke arah meja, mengambil satu botol minyak wangi untuk digunakan. Seketika matanya membulat tajam, pipi dikembungkan. Perut terasa mual karena bau busuk dari minyak wangi yang baru saja dipakai.

"Sialan!" gerutu Karlina sembari membuang minyak wanginya pada tong sampah. "Untung gue udah bikin pembalasan dasar anak zahannam," protes Ina.

Ia segera membersihkan tubuhnya lagi. Sangat menyebalkan, berharap mempunyai pekerjaan yang bagus dan nyaman malah terkena penyakit menjengkelkan.

Daniel mengaduk-aduk sayur sop favorit-nya. Pria bertopi itu tersenyum licik. Dia sadar jika saat ini pengasuhnya dalam kesengsaraan menahan bau busuk.

"Kita lihat aja, sampai kapan dia tahan," gumam Daniel sambil menyuap sayur.

Awalnya baik-baik saja dan terasa nyaman tanpa ada gangguan. Namun, tiba-tiba perut terasa melilit. Keringat dingin keluar dari tubuh.

"Babysitter sialan lo!" teriak Daniel lari secepat kilat ke kamar mandi.

Karlina ke luar dari kamar mandi. Untung saja dirinya mempunyai cadangan minyak wangi. Tangannya menyemprotkan wewangian pada setiap sudutnya.

"Rasain lu anak tengil, gue yakin dia sekarang bolak-balik kamar mandi." Ina tertawa puas.

Sementara, pria manik hitam pekat itu tampak lesu menahan sakit perut. "Gue bakal bikin lu nyerah," gumam Daniel.

"Kita lihat siapa yang menang," ujar Karlina sembari menyisir rambut di depan cermin.

Persaingan ketat.

***

Fazar tiba begitu cepat mengganti hari kemarin. Tubuh digoyang-goyangkan di atas kasur. Gadis remaja tersebut kesulitan untuk bangkit. Rupa-rupanya ada yang telah mengikat tangan dan kakinya. Siapa lagi kalau bukan perbuatan Daniel. Ina mendengkus, tubuhnya terjatuh ke lantai. Kok bisa? Tanya sama Daniel. Ina Bobonya kebo.

"Cobaan macam apa ini, Tuhan?" gerutu Karlina.

Ia berupaya untuk berdiri. Setelah berhasil, gadis itu berjalan layaknya pocong.

"Kenapa gue gak sadar, sih? Ini anak demen banget bikin gue darah tinggi. Gue bakal bikin pelajaran lebih lagi, awas lu," tutur Ina.

Ia mengambil gunting di dalam laci. Susah payah melakukan segalanya sendirian.

"Sini gue bantuin," ucap Daniel yang berdiri di ambang pintu. "Tapi boong!" Daniel tertawa geli.

"Pergi lo sana! Gue gak butuh bantuan," decit Karlina.

Semua sudah selesai. Waktunya bagi Karlina untuk berangkat ke sekolah lagi. Sebelum pergi dirinya dihentikan oleh Sekar yang ingin membicarakan perihal Daniel.

"Saya ingin Daniel satu sekolah dengan kamu, supaya dia ada yang jagain juga. Daniel itu masih seperti bayi, butuh perlindungan," ujar Sekar.

"Bukannya Daniel trauma, ya? Dia 'kan susah berinteraksi," balas Karlina.

Great Babysitter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang