PACARAN

205 5 2
                                    

Akibat perkataan Gara yang amat sangat menusuk sampai ke jantung hati. Sejak saat itu juga Daniel ingin membalaskan dendamnya. Dendam di sini, dia bukan ingin mencelakai Gara atau menyingkirkan lelaki itu dari kehidupan dunia.

Melainkan ... Daniel berusaha tumbuh jadi manusia yang normal dan jauh dari kata trauma. Ya, meskipun untuk mencapai hal tersebut amat susah dan seringkali Daniel tak bisa menyembunyikan ketakutannya. Akan tetapi, Ina selalu ada dalam mendampingi Daniel dan juga membantu lelaki tersebut agar kembali sehat.

Pula, Gara yang selalu mengecoh fokus Daniel dan menjadi api bagi bocah itu supaya tambah dendam kepadanya. Untuk sembuh, seseorang perlu menghadapi kenyataan yang pahit laksana minum obat di kala demam tujuh hari tujuh malam. Mungkin, Gara adalah pahlawan yang terlihat seperti villain.

"Hari ini, kalian berdua yang masak sebagai hukuman karena udah buat rumah jadi kayak kapal pecah. Gue capek beresinnya!" seru Karlina, dia tampak ngos-ngosan dengan kening berkeringat, bajunya kucel sebab membereskan rumah yang berantakan dan dipenuhi bekas kulit kacang.

Semalam Gara dan Daniel menonton bola sampai jam empat subuh. Alhasil, Ina hari ini terpaksa libur sekolah karena banyaknya pekerjaan. Belum lagi dia harus banyak belajar untuk menghadapi ujian sekolah nanti.

"Tapi Daniel yang paling berantakan, dia aja yang masak. Gue gak bisa," keluh Gara seraya duduk menopang kedua dagunya.

"Heh, harus adil, dong. Kita sama-sama bikin rumah berantakan," protes Daniel lalu menjitak kepala Gara.

Lantas, Gara berdiri dan membalas jitakan kepala Daniel. Ina menghela napas berat, dia seperti ibu dua anak tanpa suami.

"Duh, ribet banget. Cepetan masaaak!" Karlina sudah berkacak pinggang dan melotot tajam, akhirnya buru-buru Daniel dan Gara ke dapur.

Tiba di dapur, mereka bingung mau mulai dari mana.

"Lo ... lo pernah belajar masak dari Ina, kan? Lo duluan gih yang mulai," ucap Gara.

"Kok gue? Gue udah lupa caranya." Daniel menggaruk kepala, dia tak mengerti, sudah lupa lagi mesti bagaimana.

"Cek google, masak yang gampang-gampang aja. Kalo kita lambat, si Ina ngamuk," bisik Gara.

Alhasil, keduanya pun bekerja sama dengan memeriksa google. Ya, Gara memotong sayuran, tetapi potongannya sangat besar hingga akhirnya jadi tak beraturan. Ditambah lagi Daniel tak sengaja bertabrakan dengan Gara saat membawa terigu. Niatnya sih mau membuat bakwan, tapi terigunya malah berjatuhan.

"Mampus luu, mampus!" Gara tergelak ketawa, dia sangat senang melihat Daniel yang putih karena terigu.

Daniel pun tidak terima, dia melemparkan terigunya ke wajah Gara dengan kasar. Mereka bertengkar sampai air yang dimasak pun jadi kering dan terjadi kebakaran kecil.

Dua lelaki itu panik, mengambil gayung dan melemparkan air hingga basah seluruh dapur. Sudah satu jam di sana, belum ada yang jadi, Ina baru selesai mandi dan mengenakan kaus santai. Gadis tersebut ingin memeriksa keadaan di dapur, tetapi rupanya ... hancur. Lebih parah dari ruang keluarga.

"Daniel! Gara!" teriak Ina.

Pada akhirnya, Gara dan Daniel harus membersihkan dapur. Kemudian, mereka mendapati hukuman dengan berdiri di pintu dapur sambil mengangkat satu kaki ke belakang. Wajah-wajah seperti bayi penuh tekanan batin.

Ina tersenyum bangga karena sudah menghukum mereka.

"Kalian tetep begini sampe temen-temen gue yang lain datang bawa makanan," ucap Ina penuh intimidasi.

"Capek, Na. Aduh, kepala gue sakit, kayaknya trauma gue kambuh lagi," ujar Daniel penuh alasan.

"Udah satu minggu gue di sini nemenin lo. Lo jangan berusaha ngibulin gue, ya! Gitu aja trauma. Lo juga, Gara! Kalian ini gak bisa apa akuuuur satu hari aja. Pasti tiap hari ada aja masalahnya. Belum masalah kemarin, lampu depan sampe pecah karena kalian sembarangan lempar bola. Terus, kandang burung kalian juga senggol sampe masuk kolam. Sekarang ... kalo gue tulis semua kesalahan kalian, udah penuh sampe seratus halaman!" cerocos Ina.

Great Babysitter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang