KAMBUH

143 5 0
                                    

"Bantu Daniel masuk!" titah Sandjaya pada sopirnya.

Dipapah pemuda tersebut menuju kamar. Tubuh Daniel menggigil tak karuan, segera Sandjaja memberikan obat kepada putranya. Dengan tangan gemetar Daniel pun meminum obat tersebut, dalam lima menit ia menjadi tenang dan tertidur.

Sandjaya berusaha menghubungi istrinya, tetapi tak kunjung pula dijawab. Kemudian, Sandjaya pun memanggil dokter yang sudah lama menangani kasus Daniel ini. Namanya dokter Irish, kebetulan berada di Kota Jakarta, secepatnya datang meski sudah larut malam.

"Di mana Nyonya Sekar?" tanya Irish pada Sandjaya setelah memeriksa kondisi Daniel.

"Dia pergi ke luar kota karena urusan bisnisnya. Saya sudah melarang dia agar tetap berada di rumah, pergi tanpa pamit dulu kepada Daniel. Sekar selalu keras kepala, dia susah diatur," ucap Sandjaya. Wajahnya cemas terhadap kondisi sang putra.

Wajar bagi Sandjaya kalau dia sibuk bekerja, itu semua demi keluarga. Kebutuhan Daniel dan Sekar terbilang mahal dan memakan banyak pengeluaran, sedangkan Sekar pula sebagai istri dan sosok ibu sulit mengendalikan diri dari pekerjaannya. Merasa seolah semua hal dapat dibantu dengan uang, harta, ia peduli terhadap Daniel tetapi juga abai. Lebih sering menitipkan Daniel kepada kedua orangtuanya, sejak orangtua meninggal, Sekar pun membawa pengasuh untuk Daniel.

Pantaslah jika Daniel sangat trauma dan sering menyendiri, dia sedang dalam proses pemberontakan secara tidak sadar, butuh kasih sayang dan pelukan ibunya. Bukan seorang pengasuh.

"Hmm, begini ... kondisi Daniel kembali memburuk, apalagi setelah dia melihat kecelakaan yang sama seperti yang pernah dialaminya dulu. Kondisi Daniel akan selalu kambuh di saat-saat tertentu, dia butuh dukungan dari orang-orang terdekatnya. Dia butuh bicara dan mempunyai teman akrab sebagaimana nenek dan kakeknya yang selalu ada. Namun, sekarang hanya ada kalian sebagai orang tua. Kalau bukan Tuan Sandjaya atau Nyonya Sekar, siapa lagi yang bisa membantunya untuk perlahan pulih?"

Irish menghela napas panjang. Capek juga mengingatkan dua pasang suami istri itu agar sadar bahwa Daniel butuh kasih sayang yang erat dari kedua orang tuanya, membantu untuk menuntun lupa dari yang lalu. Menguatkan daya pikirnya supaya lebih cemerlang dan tak lagi tenggelam dalam trauma mendalam.

"Saya sudah katakan sejak awal. Cuman satu yang bisa membantu Daniel, kasih sayang dari orang tua, sebuah tindakan, bukan hanya perkara ekonomi saja. Cinta, kenyamanan, itu yang paling dia butuhkan supaya sembuh dari luka lamanya. Saya pernah dengar kabar dari Nyonya Sekar, Daniel mulai berdamai dengan traumanya karena bantuan seorang Babbysitter yang bekerja selama sebulan. Siapa dia?"

"Karlina, dia satu sekolahan dengan Daniel sekarang. Memang benar, semenjak dekat dengan Ina, Daniel jadi lebih terbuka. Tapi, saat jauh, Daniel kembali kambuh."

"Sudah jelas, Daniel mendapatkan kenyamanan, dia mendapat perlindungan dari Ina sebagai Babbysitter-nya. Ina pasti sudah memberikan sesuatu yang Daniel inginkan, sebuah perhatian, maupun cinta. Seseorang akan merasa lebih aman ketika dekat dengan pasangannya. Bisa jadi Daniel mengalami jatuh cinta kepada Ina, mereka seumuran, dan Ina telah menjaga dengan kasih sayangnya."

Sandjaya tak lagi menjawab. Bahkan sampai Irish pun kembali ke rumahnya, lelaki itu memperhatikan sang putra yang tertidur nyenyak karena dibantu obat. Berusaha menghubungi istrinya kembali, tetapi tak ada kabar maupun jawaban.

"Kebiasaan. Kenapa wanita itu selalu pergi di saat-saat genting? Dia selalu mengatakan cinta keluarga, tetapi tindakannya sangat menyimpang. Daniel membutuhkan sosok ibu yang baik. Aku pikir pilihanku sudah tepat dengan menikahi Sekar, bisa membangun keluarga yang sederhana dan dipenuhi warna."

Di sisi lain, Ina sudah hendak tidur. Ia mengganti pakaiannya dengan baju tidur, tetapi gadis tersebut menghentikan langkah saat akan masuk kamar. Melihat bagaimana Lastri sibuk memeriksa koran-koran lama dan berita di ponsel.

Great Babysitter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang