Mengerikan

1.7K 151 7
                                    

Satu polesan lipstik berwarna merah maroon itu dioleskannya pada bibir tebal milik Daniel. Tidak ada rasa takut memang dalam diri gadis tersebut. Namun, yang dilakukan oleh Ina tidak terlalu kejam seperti yang dilakukan Daniel pada dirinya.

Poles sana, poles sini. Tampak cantik bagaikan badut jalanan. Tahan dulu ketawanya! Jangan sampai laki-laki itu terbangun atau rencananya akan gagal. Tidak-tidak, bisa saja tertawa juga. Orang Daniel sedang tidur pulas karena obat yang diberikannya.

"Cantik, lihat aja reaksinya nanti pagi."

Karlina pergi mengendap-endap, tetapi sebelumnya dia menaruh lipstik pada lengan Daniel terlebih dahulu. Ya, itu supaya yang disangka corat-coret bukan dia. Namun, Daniel sendiri yang melakukannya. Pinter.

Esok paginya Karlina sudah siap untuk berangkat sekolah setelah menyiapkan sarapan. Sekar mengerutkan kening lebarnya, dari tadi tidak kelihatan batang hidung Daniel Ananta yang seharusnya sudah rapi dengan seragam sekolah seperti Ina.

"Daniel belum bangun, ya, Ina?" tanya Sekar yang makan nasi goreng dicampur kecap. Mantap.

"Be ... belum, Bu. Tadi saya udah bangunin, tapi gak bangun-bangun. Terus ... ada yang aneh gitu sama wajah Daniel, Bu." Karlina memulai drama, ia tak ingin kalah dari pesinetron azab dalam hal ber-akting.

"Apa jangan-jangan Daniel sakit?"

Sekar meninggalkan sarapan paginya. Ia hendak menemui anak semata wayangnya itu. Di belakang, Ina membuntuti. Dia ingin ada sesuatu mengejutkan hari ini. Sampai di depan kamar, Sekar membuka pintu yang tidak terkunci. Oh, Daniel! Tidurmu nyenyak sekali, sampai-sampai tak sadar jika tidur di lantai.

"DANIEL!" jerit Sekar melihat keadaan putranya itu.

Ina? Gadis ini membuat topeng palsu di wajah, berpura-pura khawatir tentang Daniel.

"Daniel, bangun! Bangun, Sayang! Ini udah siang," ucap Sekar sembari menggerak-gerakan tubuh besar anaknya tersebut. Nihil, sepertinya obat yang diberikan Ina terlalu manjur.

"Daniel kenapa gak mau bangun, ya? Terus ... muka dia kenapa kayak badut gitu," ujar Sekar. Kok enggak ketawa?

"Mungkin Daniel depresi, Bu. Dia 'kan baru ke luar rumah setelah sekian lama terkurung," jawab Karlina.

"Cara bangunin Daniel gimana? Dia tidurnya kayak kebo," gerutu Sekar.

Gadis remaja berusia tujuh belas tahun itu berpikir sejenak. Sebenarnya sudah ada ide, sih. Hanya saja dia sengaja melakukan itu supaya tidak menimbulkan kecurigaan.

"Siram pake air kulkas satu gayung, dijamin manjur, Bu. Waktu itu ayah saya juga pernah dibangunin pake cara itu," papar Karlina jelas-jelas berbohong. Sabar Pak Surya.

Surya orang yang sangat susah tidur, apalagi ditambah beban kehidupan keluarganya yang ditimpa hutang.

"Gak pa-pa sekali, mah, ya."

Secara ragu Sekar mengikuti perintah pengasuh anaknya tersebut. Memang polos wanita itu sehingga mudah dikelabui. Setelah mengambil air dingin di kulkas, Sekar menelan ludah. Ia takut untuk melakukannya.

"Ayok, Bu! Daniel harus sekolah hari ini," ucap Karlina berupaya mengomporkan pikiran Sekar.

Byur! Air menyembur.

"DINGIN! KAMPRET, SIAPA YANG BANJUR GUE!" teriak Daniel spontan terbangun.

"Ma ... maafin mama, Daniel!" Sekar menyengir melihat wajah anaknya basah kuyup. Sementara, Ina mengembungkan pipi.

"Kenapa harus disiram segala, Ma? Mana pake air dingin, lagi," protes Daniel.

Ia menajamkan dua manik hitamnya pada sang pengasuh. Kemudian masuk ke kamar mandi tanpa basa-basi.

"Huh, Daniel kalau marah mengerikan," gumam Sekar. "Ina, kamu keringin lantainya, ya!" titah Sekar. Wanita ini meninggalkan Karlina sendirian.

Selesai membersihkan tubuh dengan air hangat dan sabun termahal. Daniel menyiapkan diri untuk berangkat sekolah hari ini. Namun, sepertinya ada sesuatu yang tidak disadari oleh laki-laki tampan itu. Ina menutup mulutnya dengan satu tangan karena menahan tawa. Tentu saja, itu sebab wajah Daniel yang masih seperti badut jalanan.

"Kalau mandi itu yang bersih, jangan asal siram," celetuk Ina terkekeh.

"Enggak usah banyak ngomong! Gue gak mandi aja udah ganteng, apalagi mandi. Dasar cewek aneh, ketawa-ketawa gak jelas," decit Daniel.

Mata pria tersebut terbelalak kala melihat dirinya pada cermin. Di belakang, Ina langsung kabur dari amukan.

"INAA! BABYSITTER KURANG AJAR LO!"

***

Dalam ruang kelas, majikan dan pengasuh sama-sama tidak saling bicara. Mereka berdua hanya saling menatap sinis satu sama lainnya. Di depan, guru sedang mengajar, pada saat menulis materi Daniel menyenggol lengan Karlina sehingga gadis itu berdecih. Lalu, Karlina pun membalasnya dengan memberikan coretan panjang pada buku Daniel. Keduanya saling membalas hingga terdengar oleh guru yang mengajar.

"Daniel, Karlina. Bisa tenang sebentar? Pelajaran sedang dimulai," tegur guru.

"Iya, Bu!" jawab Ina serta Daniel bersamaan.

Kring! Kring!

Tanda istirahat sudah dinyalakan. Guru keluar, murid mabar, Ratno menarik kursi untuk lebih dekat lagi dengan Karlina. Dion duduk di atas meja dengan kerah terbuka, Agas merapikan rambutnya agar terlihat lebih keren dari Daniel. Aji duduk di samping Agas, di antara lima pria itu hanya Ina lah gadis satu-satunya.

"Ina, pulang sekolah lu mau balap motor lagi, kan?" tanya Dion.

"Enggak, Ina harus pulang sama gue," kilah Daniel.

Seketika raut wajah empat sahabat gadis remaja itu menggambarkan amarah. Kayak angry bird.

"Bisa gak ikut campur, gak? Ina sahabat kami berempat dari kecil," celetuk Agas menatap sinis teman barunya. Memang nyakitin, sih, sikap Daniel.

"Ikutan, ya, Na? Gara nantangin lo buat duel sore ini. Kalau sampai lo nolak, Gara sama team-nya pasti ngeledekin elu," papar Ratno memohon pada Karlina yang dalam dilema. Daniel atau sahabat? Pilihannya hanya ada dua.

"Kalau yang dihina kami berempat itu gak masalah, tapi kalau lu yang dihina. Itu baru jadi masalah buat kami," sambung Aji. Tumben banyak ngomongnya.

"Pokoknya Ina harus pulang sama gue, dia gak boleh ke mana-mana," ujar Daniel menambah suasana semakin panas. Huru hara.

Ina susah payah bernapas, tubuhnya terasa menggigil. Cobaan apa ini, Tuhan? Benar-benar membingungkan pikiran.

"Daniel ... izinin gue, ya? Sekaliii aja," kata Ina.

Semoga saja hati laki-laki bertopi itu luruh. Tatapan Daniel sangat tajam, apa dia akan memakan Karlina? Tidak, Daniel bukan golongan kanibal.

"Apa untungnya buat gue? Lu tau tentang gue 'kan, Ina? Gue terlalu takut buat pergi ke luar sana! Trauma gue masih berat, seharusnya lu ngerti itu, hah!" Daniel menggemparkan hati Karlina.

Marahnya Daniel mengerikan. Dion dan tiga lainnya saling berpandangan saat sahabat wanitanya dibentak dengan nada kencang.

"Justru itu lu harus belajar buat berbaur dengan orang-orang! Jangan terlalu larut dalam ketakutan!" bentak Aji.

Aduh, ini juga sama menakutkan. Pria yang dikenal irit bicara menjadi emosi. Bahkan, kemarahannya melebihi Dion yang sering koar-koar.

"Udah! Gue gak mau kita berantem, Daniel, please! Sekali ini aja, ya?"

Great Babysitter Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang