Lampu-lampu dimatikan. Kasur dibersihkan, waktunya untuk tidur malam. Tubuh diselonjorkan merasakan ketenangan di atas kasur yang hanya muat satu orang. Kelopak matanya dipejamkan dengan tangan memeluk guling sebagai pendamping dalam kesendirian. Enggak punya ayang.
Perputaran waktu memanglah terasa cepat jika kita tidur dengan nyenyak. Di saat semua orang masih tertidur dirinya bangun terlebih dahulu. Menyiapkan semua masakan untuk sarapan majikan.
Susu putih tanpa gula itu diseduh dengan air panas. Tiga potong roti dengan selai coklat dihidangkan. Kakinya melangkah menuju kamar asuhan. Perlahan, dengan sebelah tangan pintu dibukakan. Sudah ada seorang pria yang terbangun dengan tatapan tajam. Ditaruhnya sarapan pagi di atas meja.
"Jangan lupa dimakan, Dedek Bayi," ujar Karlina seakan-akan mengejek Daniel. Emang ngejek beneran dia.
"Gue bukan bayi!" decak laki-laki bertopi.
"Maaf, Tuan! Saya beresin bukunya dulu, ya."
Ketika Ina hendak merapikan buku-buku yang berantakan, Daniel langsung menepis tangannya dengan raut wajah marah.
"Jangan disentuh! Tangan lu pasti kotor," ucap Daniel.
"Eh, asal lu tau, ya. Tangan gue bersih, udah dicuci sama sabun, dikasih anti kuman juga!" seru Karlina berkacak pinggang.
"Udah lah, mending lu keluar aja! Gue mual liat muka lu," ujar Daniel.
Kemudian, Karlina mendengkus. Gadis remaja tersebut pergi ke dapur menyiapkan makanan untuk ayah dan ibu Daniel sebelum pergi sekolah.
"Ina, nanti kamu sekolahnya diantar supir," ungkap Sandjaya—ayah dari Daniel.
"Iya, biar kamu gak kecapean," sambung Sekar.
Karlina mengangguk, ia sangat senang dengan kesempatan ini yang tidak boleh disia-siakan. Dirinya segera menggosok seragam sekolah satu per satu. Lalu memakainya, menyisir rambut yang sempat digelung. Memakai sedikit polesan lipstik. Memasukkan buku-buku pelajaran pada ransel berwarna hitam. Karlina mencari satu pasang sepatu yang menghilang, ia kewalahan mencarinya.
"Perasaan gue simpen di kolong meja, tuh, sepatu. Sekarang kok, ngilang?" gumam Ina.
Ia mencari ke mana-mana. Setiap ruangan disusupi oleh dirinya hanya untuk mencari satu pasang sepatu yang menghilang.
"I ... itu sepatu gue," ucap Karlina dengan jari menunjuk ke atas pohon mangga yang amat tinggi.
"Ambil kalau bisa!" seru Daniel yang berdiri di teras kamarnya. Laki-laki itu bersuka cita atas kekesalan Karlina.
"Woi turun lu di sana! Ambilin sepatu gue!" teriak Karlina.
"Ogah! Lu ambil aja sendiri!" Daniel terkekeh.
"Nantangin gue tu anak, dia gak tau kalau gue cewek." Emangnya Karlina warwerwor, ya?
Karlina mengambil anca-anca, ia menyiapkan diri untuk naik ke atas pohon mangga. Daniel tersenyum sinis, dirinya merasa yakin jika wanita remaja itu tidak akan bisa menggapai tujuannya. Kekuatannya dikeluarkan, Ina berhasil mencapai ujung pohon. Gadis tersebut mengambil sepatu. Sedangkan, pria bertopi itu terbelalak berdecak kesal karena gagal.
"Awas aja lo," gerutu Ina. Pembalasan dirancang.
***
Sekolah hari pertama setelah libur masih tetap sama dengan segala aktivitas-nya. Empat orang lelaki duduk bersama dengan gaya seragam yang tidak terlalu rapi. Mereka menunggu seorang gadis yang dalam perjalanan. Kedatangan Karlina disambut hangat oleh kawan-kawan akrabnya."Karlina!" seru empat sekawan.
"Stop! Jangan peluk gue, sekarang mood gue ancur," jelas Ina yang memilih duduk di kursi kelas.
Raut wajah gadis itu tidak ada senyumnya sama sekali. Sahabat-sahabatnya duduk mengelilingi, terdiam tanpa ada pertanyaan lagi. Karlina menghela napas dalam-dalam.
"Bayinya rewel, ya?" tanya Agas.
Karlina mendelik mengingat jika yang diasuhnya bukanlah seorang bayi.
"Kalau aja itu emang bayi, mungkin gue gak kesel," jawab Ina.
"Emang yang lu asuh anak usia berapa tahun?" tanya Dion.
"Delapan belas!" seru Karlina sehingga empat temannya tertawa terbahak-bahak.
"Yang bener aja lu? Masa usia segitu masih diasuh?" ujar Ratno.
Karlina melipat dua tangannya di depan dada. Menarik napas! Memang menjengkelkan perbuatan Daniel, untung saja Ina dibayar. Kalau tidak? Mungkin Daniel sudah babak belur dari kemarin juga. Anak lelaki itu terlalu nakal, selalu memancing emosi orang.
"Gue gak bohong, ini real tanpa abal-abal kebohongan," jawab Karlina.
"Tadi di jalan sempet tanya-tanya sama supir yang udah kerja lama di sana. Dia bilang, anak asuh gue itu punya masalah sama dirinya. Waktu kecil dia kecelakaan dalam mobil dan akhirnya jadi trauma untuk melihat aktivitas di luar. Kalau dia denger banyak suara kendaraan, kepalanya bakal pusing dan bisa jatuh pingsan."
Ya ... yang diceritakan oleh Karlina Anindita semuanya benar. Daniel sangat takut pada keramaian, trauma masa kecil tidak bisa hilang pada dirinya. Kedua orang tua berusaha mengobatinya tetapi selalu gagal dan gagal, dengan terpaksa harus membiarkan Daniel hidup menyendiri di dalam kamar tanpa mengetahui keindahan dari luar.
"Dia gak sekolah, dong," celetuk Aji.
"Sekolah, tapi biasalah orang kaya. Tinggal ngasih uang doang di rumah pun jadi," balas Karlina. "Ngeselin, sih, tapi dia gudang uang buat bayar hutang."
***
Di kala siang semakin terang dan bumi mulai memanas. Daniel memikirkan berbagai macam rencana untuk membuat pengasuhnya jera, dia ingin Karlina pergi dari rumahnya. Lelaki bertopi tersebut mencari rencana paling bagus dari sosial media. Setelah mendapatkan segalanya, Daniel segera bersiap-siap. Lelaki itu masuk ke kamar Karlina, menambahkan sesuatu pada bedak yang berakibat gatal. Menyimpan tali di bawah pintu kamar agar wanita remaja itu tergantung.
"Gue yakin, setelah semua ini dia rasain. Cewek itu gak bakal mau kerja lagi," gumam Daniel.
Tidak lama, suara mobil terdengar dari luar. Tampak Ina sudah pulang dari sekolah. Perempuan tersebut tak merasakan firasat apa-apa. Dia berjalan menuju kamar, membuka pintu. Kakinya menapak pada lantai, sebuah tali menarik tubuhnya hingga terangkat ke atas dengan posisi terbalik.
"AAA! TOLONG!" jerit Karlina.
Susah payah berusaha melepaskan diri, tubuhnya bergelantungan. Daniel sendiri menahan tawa saat mendengar teriakan Ina. Nakalnya enggak main-main.
"Huhhh! Gue bales lu," gerutu Karlina. Akhirnya, ia berhasil bebas dari jebakan.
Sebelum mengganti seragam dengan pakaian Babysitter. Karlina mandi terlebih dahulu, memberikan wajah sedikit bedak. Lalu pergi ke atas untuk menyusul Daniel. Dia mulai merasakan gatal tetapi tetap ditahan. Ketika masuk ke kamar lelaki tersebut, tiga butir telur jatuh ke atas kepalanya.
"Haaa, Daniel!" teriak Karlina dengan mulut menganga.
"Rasain lu! Makan, tuh, telur mentah." Daniel merasa bahagia karena rencananya berhasil.
"Argh! Pengen gue remes-remes rasanya," gerutu Karlina.
Terpaksa gadis itu harus kembali membersihkan diri. Selesai mandi untuk yang kedua kali, Ina memasak makan siang untuk Daniel. Dia menambahkan setetes obat sakit perut pada makanannya.
"Enggak pa-pa untuk sekali aja, xixixi," ujar Karlina terkekeh.
Dirinya pergi menemui Daniel, Ina menggunakan kaki untuk membuka pintu agar tahu jika Daniel tidak menyimpan sesuatu di atas pintu. Setelah tahu jika tempat itu aman, Ina masuk dengan senyum menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Great Babysitter
Fiksi Remaja[FOLLOW DAHULU BARU BACA! JANGAN LUPA KOMEN SERTA VOTE! DILARANG KERAS PLAGIAT] Karlina Anindita, gadis SMA yang sedikit tomboy itu mempunyai empat teman pria yang mempunyai kepribadian berbeda. Karlina yang sering disebut Ina dikenal mahir dalam b...