18

578 47 15
                                        

Taehyung berjalan mondar-mandir panik di kamarnya, menghembuskan asap Juul dari bibir indahnya. Seokjin belum juga mengabari semenjak Seokjin meninggalkannya dengan muka masam saat Halmeoni menyuruhnya kembali ke lounge. Taehyung menggigit bibirnya cemas, Seokjin tidak marah, kan? Kalaupun marah, dia masih akan memaafkan Taehyung, kan? Taehyung menenangkan dirinya, apa yang dia lakukan adalah hal yang harus dilakukannya sebagai seorang staf pameran dan tentunya sebagai seorang pacar. Bahkan Halmeoni juga membelanya, batin Taehyung membela diri. Tapi, kalau harga diri Seokjin terluka karena dihentikan saat akan membela kehormatan ayahnya.

Taehyung panik lagi, layar ponselnya berkali-kali menyala, tapi tak ada pesan dari Seokjin. Kemana dia? Taehyung sudah mengirim pesan sejak dua jam lalu dan tak ada jawaban. Taehyung bahkan sudah makan malam dan mandi. Jangan-jangan, pikiran Taehyung makin liar, Lee Junpyo tidak melakukan sesuatu yang buruk pada mereka semua setelah dimarahi Halmeoni, kan? Taehyung makin gugup, menggoyang-goyangkan kakinya, berpikir keras apakah dia harus menelepon Seokjin atau menunggu saja, Taehyung memutuskan untuk menelepon, ketika didengarnya bel kamarnya berbunyi nyaring. Taehyung setengah berlari mengintip siapa yang datang, dan segera membuka pintu ketika dilihatnya Seokjin berdiri di depan pintu, dengan T-shirt hitam dan jins belel. Mukanya setengah tertutup oleh topi baseball hitamnya. Meski begitu, wajahnya masih terlihat mencolok dengan bibirnya yang luar biasa itu.

"Hyuuung!! Akhirnya datang juga!" Taehyung membuka pintu tiba-tiba, membuat Seokjin terlonjak kaget.

"Babe! Kenapa berteriak begitu?" Seokjin mengelus-elus dadanya yang membuat Taehyung menelan ludah, "Eomma dan Halmeoni mengajakku bicara tentang banyak hal. Lagipula, aku mandi dulu dan mengepak baju. Aku akan tinggal bersamamu selama kamu di Korea. Kamu keberatan?"

Taehyung menggigit bibirnya, kehabisan kata-kata, karena ini semua di luar perkiraannya.

"Kenapa, VV?" tanya Seokjin heran, mengelus pipi Taehyung.

"Hyung tidak marah padaku?" tanyanya takut-takut.

Seokjin mengangkat bahu, "Sebenarnya iya, tapi kita bicarakan nanti, ya. Apa kita akan mengobrol di depan pintumu semalaman, babe?"

"Ah iya!" Taehyung tertawa lega, kemudian mempersilahkan Seokjin masuk kamarnya.

Taehyung berjalan mendahului Seokjin, melanjutkan mengisap Juul-nya.

"Aku khawatir Lee Junpyo melakukan sesuatu pada kalian, aku hampir menelepon Hoseok-hyung menanyakan apakah ada kabar tentang keluarga kalian." Taehyung menghadap jendela, sengaja membiarkan Seokjin menatap tubuhnya lebih jelas, dia tahu sejak tadi Seokjin mengawasinya.

"Kamu dramatis sekali, babe." Seokjin mendekati Taehyung, memeluknya lembut, meletakkan dagunya ke pundak Taehyung, dan mencium leher karamel cowok itu, "Samcheon sudah semakin terpojok, babe. Harabeoji juga sudah menemukan banyak bukti kelakuan buruknya yang membuat keadaan keluarga dan perusahannya makin memburuk. Halmeoni benar, aku juga meragukan kewarasan Samcheon karena dia tiba-tiba datang ke pameran seni sendirian tanpa istrinya. Dia bukan tipe orang yang menyukai seni, babe."

"Apa rencana Hyung selanjutnya?"

"Mengakhiri semua kegilaan ini agar Appa bisa pulang dengan tenang." Seokjin mendesah pelan, jari-jarinya menelusup ke dalam T-shirt Taehyung, mengelus putingnya dan membuat cowok tampan itu menggeliat, "Strawberry and cigarette, VV? I love your smell after showering, aku juga suka melihatmu selesai mandi. You look fresh, innocent, yet inviting me to wreck you."

Seokjin menyisipkan tangannya yang lain memasuki celana Taehyung, mengelus pelan area di antara selangkangan Taehyung yang mulai mengeras.

"Ah.. Hyung.." Taehyung terkesiap, membuka kakinya lebih lebar, mempermudah akses Seokjin, "Your smell is good too.. I love your lips and your fingers.. I love every inch of you Hyungi.. Wanna kiss you.."

We will Ship in the NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang