Selama ini, Taehyung tahu bahwa kehidupan para chaebol tak seindah baju-baju dan senyaman mobil-mobil mereka, tapi ketika berhadapan dengan para chaebol yang berebut kuasa, dia tak pernah menyangka manusia bisa setega itu, bahkan pada keluarganya sendiri. Taehyung merinding membayangkan saat-saat Seokjin dan ibunya berjuang berdua di Seoul ketika ayahnya menghilang dan teman-teman sekolahnya menjauhinya. Teman macam apa itu? Batin Taehyung kesal.
Untungnya, Seokjin memiliki Min Yoongi. Ketika dihubungi via video call setelah Paman Seokjin menelepon, Yoongi benar-benar marah dan Jung Hoseok yang di sebelahnya ikut emosi mendengar cerita Seokjin, Taehyung, Jimin, Namjoon, dan Jeongguk.
Taehyung sedikit lega melihat ekspresi Seokjin melunak dan mulai tersenyum ketika semua teman-teman mereka merencanakan hal-hal vandal untuk membalas dendam pada Lee Junpyo. Mengucapkan terima kasih pada mereka semua, karena mereka tetap mau menjadi temannya meski orang tua mereka sedang dalam ancaman. Taehyung, Jimin, dan Jeongguk sempat memarahi Seokjin, merasa tersinggung, karena Seokjin mengira mereka sepengecut itu meninggalkan Seokjin yang sedang tertimpa masalah.
Dua minggu setelah telepon ancaman Lee Junpyo, Taehyung sempat beberapa kali bertukar kabar dengan Namjoon, Jimin, Jeongguk, Yoongi, dan Hoseok membahas bagaimana keadaan keluarga Seokjin. Seokjin sendiri sedang mempersiapkan tes universitasnya, sehingga dia jarang ikut berkumpul dengan mereka berenam. Keluarga Min Yoongi juga termasuk salah satu keluarga kaya di Seoul, sementara ayah Hoseok adalah kepala polisi Metro Seoul. Sehingga mereka tahu bagaimana keadaan keluarga Lee.
"Aku mendengar Abeoji membahas gejolak keluarga Lee sewaktu sarapan pagi ini," kata Yoongi saat mereka bervideo call sepulang sekolah, "Jika keluarga lain sampai tahu hal ini, hal besar memang sedang terjadi. Yang jelas, profit Chilsung memang menurun saat Ssanghwa-taepyo memegang kendali kantor pusat Seoul. Dan kakek Seokjin sedang mengevaluasinya."
Hoseok di sebelahnya mengangguk, "Tapi chagi, Abeoji memberitahuku, Lee Bonghoon taepyonim mengontaknya secara personal kemarin lusa. Menanyakan kronologi hilangnya Profesor Kim, ayah Seokjin. Dia rupanya sudah mencium ada yang tak beres."
"Ah! That's great!" Namjoon menjentikkan jarinya, "Lee Bonghoon-taepyo masih sangat dihormati oleh keluarganya, aku yakin, Junpyo tak akan berani kalau beliau sudah turun tangan."
Semua mengangguk dengan ekspresi sedikit lega.
"Taehyung-ah, bagaimana keadaan Seokjin sekarang?" tanya Yoongi.
"Seokjin-hyung hari ini akan interview dengan pihak universitas, Hyung. Jadi dia sibuk mempersiapkan diri. Dan dalam waktu dekat, dia akan tes SAT."
Yoongi menghela nafas, "Mempersiapkan ujian di saat seperti ini? Aku selalu kagum dengan kemampuan Seokjin mengendalikan emosinya. Dia bisa dengan tenang menghadapi segala ancaman yang ada di depan hidungnya."
-------
Malamnya, Taehyung memainkan Claire de Lune karya Claude Debussy dengan penuh perasaan, benaknya terus mengulang-ulang percakapan Seokjin dengan pamannya, hatinya tercekat mengingat bagaimana ekspresi Seokjin menjadi sangat dingin-berbeda jauh saat dia menatapnya.
"Claire de Lune, Nak?" tanya Appa yang tiba-tiba muncul di belakangnya, "Sudah lama kamu tak memainkannya. Mau duet?"
Taehyung tersenyum, mengangguk dan bergeser memberi Appa ruang untuk duduk.
"Menyenangkan sekali ketika pulang meeting, disambut dengan musik yang indah." Ujar Eomma, mengecup puncak kepala Taehyung yang mulai memainkan pianonya.
"Tumben sekali Appa dan Eomma harus meeting tiap hari hingga malam. Kasihan Seokjin-hyung sendirian di rumah, Eomma. Apalagi hari ini dia akan interview dengan pihak universitas."
KAMU SEDANG MEMBACA
We will Ship in the Night
Fiksi PenggemarTaehyung yang ceria, bersemangat, fotografer majalah sekolah, vokalis band sekolah, dan memiliki banyak teman dan fans. Tiba-tiba, seorang cowok Korea luar biasa tampan datang dengan bahu lebar dan bibir merah merona. Seokjin dengan cepat mendapat p...