24.Vierentwintig

5.9K 336 19
                                    

10 tahun yang lalu.
Musim hujan dibulan Oktober

Langkah kecil itu berjalan amat tergesa-gesa dengan membawa sebuah piala ditangan mungilnya.

Tanpa sedikitpun menghiraukan jalanan komplek yang sedikit becek karena hujan yang mengguyur deras dan baru saja berhenti beberapa saat yang lalu.

"Den Ale, udah pulang?"

Bahkan teguran Lastri, asisten rumah tangga yang membesarkannya dari lahir pun, tak ia hiraukan saking ingin cepatnya ia sekarang.

"Den, jangan--"

Bruk!

Belum habis Lastri berucap, tubuh mungil Alen sekarang sudah lebih dulu jatuh mencium lantai. Melihatnya Lastri segera mendekat dan membantu putra majikannya itu.

"Sudah bibi bilang kan?" ucap Lastri mengecek Alen, berharap tak ada luka ditubuh mungilnya.

"Ups! Maaf." Alen kecil hanya menutup mulutnya, sebelum cekikan pelan.

Tangan itu segera Lastri tarik saat akan kembali beranjak pergi, sebelum menyentuh lebam dipipi mulus dan berisi miliknya. Lastri tahu kalau bocah itu kembali dipukul oleh Tuannya.

"Kenapa harus buru-buru sekali?" tanya Lastri.

"Bibi lupa?" Lastri mengernyit, membuat Alen kecil seketika berdecak sebal. "Hari ini ulang tahunnya Ale, Bibi!!!" jawabnya sedikit memekik, ingin menyalurkan kebahagiaan kecilnya.

Lastri yang melihatnya turut merasakan sebuah kebahagian yang serupa, mencium kedua pipi bersisi milik Alen bergantian, sebelum melayangkan doa dan harapan.

"Selamat ulang tahun, Den Ale. Semoga senatiasa berada didalam ridha Allah, selalu bahagia, selalu tersenyum, tambah kuat dan bahunya tolong dikokohin lagi. Semua doa terbaik dari Bibi," ucap Lastri menyentuh kepala Alen, membuat senyuman Alen semakin merekah.

Bocah berumur tujuh tahun itu kemudian kembali berlari menaiki tangga, setelah mengucapkan terima kasih untuk Lastri.

Brak!

Tasnya sudah dilempar tak tahu arah saat baru saja memasuki kamar, memakai topi bentuk kerucut yang sengaja ia buat kemarin, sebelum mulai menyiapkan semua keperluan untuk membuat sebuah kejutan spesial dihari ulang tahunnya sekarang.

"Papa!!!"

"Papa tau? Ale punya sesuatu buat Papa lhooo!!!"

"TADAAAAAAA!!!" Tangan mungilnya dengan gaya heboh merentang saat memberi kejutan.

"Ale dapet nilai tertinggi lagi di sekolah. Keren ga?" Dengan bangganya Alen kecil menunjukkan sebuah piala itu kearah pigura foto berukuran kecil sang Papa dikamarnya.

Hanya sebatas foto, karena dirinya tak berani jika mengatakan langsung di hadapan sang Papa.

Alen berganti meletakkan kue di meja yang sama tempat foto Abi berada, sengaja dikue ulang tahun itu tak ada lilin sama sekali yang akan hidupkan.

Alleen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang