13. Dertien

4.4K 415 13
                                    

Malam ini suasana tampak ramai di dikediaman yang sedang mengadakan pesta, milik teman bisnisnya Abi.

Ramainya orang yang terdengar bersenda gurau, pestanya terlihat begitu mewah, mata Alen pun terlihat takjub. Namun sayang ini hanyalah tipu muslihat dibalik hingar bingar dunia yang hanya sementara.

"Nanti, perlihatkan jika hubungan saya dan kamu baik baik saja, paham!" Bisik Abi tepat didekat telinga Alen.

Alen hanya mengangguk.

Sebisa mungkin Alen meyakinkan kalau ia baik-baik saja, walaupun kondisinya belum terlalu fit, namun ini semua ia lakukan untuk sang Papa.

Saat ini Alen sudah siap dengan pakaian formal, tuxedo hitam mirip seperti yang dipakai oleh Abi, melekat pas ditubuhnya. Senyuman ramah dibibir pucatnya tersungging jelas, anak ini terlihat sangat tampan.

"Weiii!! Bro!" Abi berpelukan sekilas dengan sang tuan rumah, berganti menjabat tangan istrinya. "Abisheva!"

"Anna."

"Happy Anniversary, Anna."

"Thank's, Abi."

"Dia anakmu?" Mata Abi beralih menatap kearah Alen, saat teman bisnisnya bertanya-Dipta.

Abi tersenyum. "Dia putraku satu-satunya yang kemarin aku ceritakan. Perkenalkan dirimu, nak." Ia menepuk pelan beberapa kali punggung Alen yang tersenyum simpul.

"Saya Alen Om, Tante," balas Alen, dengan cengir khas.

"Oh, manis sekali." Puji Anna membuat Alen canggung. "Iris matanya berwarna biru. Wajahnya terlihat kebule-bulean, dia blasteran?" Abi menatap sekilas kearah Alen sebelum mengangguk tipis, mengiyakan.

"Ku kira Amara dulu wanita asli Indonesia, Bi," ucap Dipta, membuat Abi hanya tersenyum miring.

***********

Ayah dan anak ini sekarang tengah duduk didepan meja besar dengan hidangan mewah yang tersaji dihadapannya.

Alen bahkan nyaris tak bisa berkedip, makanannya sebanyak ini terkesan sedikit gila karena berlebihan.

"Papa bisa tolong ambilkan minum?"

Abi melirik malas, "Ambil sendiri." Ketusnya, singkat.

Alen mendengus, "Tangan Alen sedikit sulit digerakkan karena tadi jatuh dari tangga," balas Alen seraya memperlihatkan tangannya yang membengkak.

Lagian meja yang dijadikan tempat menikmati hidangan ini juga cukup luas, jadi jarak Alen dan jus yang ingin ia raih ditengah tengah meja tersebut, memang cukup jauh.

Abi meliriknya sekilas dan berdecak, "Alasan." Cuek bebek sekali, sampai Alen mati kehausan sekalipun. Abi mungkin hanya akan diam saja tanpa berniat sedikitpun untuk melirik.

"Permisi, Tuan." Lelaki yang duduk disamping Alen menatap kearahnya.

"Bisa tolong ambilkan minuman itu, saya tak bisa meraihnya."

"Tentu."

"Terima kasih."

See? Bukankah hanya semudah itu? Pria itu tidak sampai patah tangan karena mengambilkan Alen minum kan?

Segelas jus jeruk itu langsung di teguk rakus oleh Alen, sedari tadi remaja lelaki ini memang sudah kehausan dan kerongkongannya kering.

Kebiasaan hampir setiap penghuni bumi setiap habis meminum sesuatu pasti diakhiri dengan, "Ahhhh ..." Seraya mengelap mulut.

Alen kembali meletakkan gelas kosongnya keatas meja. Ini memang adalah awal pertama kalinya ia diajak ke pesta mewah, terlebih bersama Abi.

Alen menatap kesekeliling tempat yang ramai. Luar biasa! Ia kira pesta itu hanya seperti acara ulang tahunan temannya yang dirayakan di warung bakso waktu itu. Ternyata ini sangat berbeda jauh.

Alleen ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang