“A-Apa yang terjadi?” Suara Alice bergetar, matanya mengerjap beberapa kali mencoba memahami situasi di hadapannya.
“Tunggu!” Ia mundur selangkah, tangannya mencengkeram ujung jubah Clay. “Kau sebenarnya siapa?”
Clay memiringkan kepalanya, mengamati Alice dari ujung rambut hingga kaki dengan tatapan serius dan menyelidik. Keningnya berkerut melihat gadis di hadapannya yang tampak baik-baik saja. Terlalu hidup untuk seseorang yang seharusnya sudah mati.
“Kau siapa?” Alice mengulang pertanyaannya, kali ini dengan nada lebih rendah.
“Clay.” Jawabnya pendek, sebelum seringai angkuh tersungging di bibirnya. “Aku Clay, malaikat pencabut nyawa!” Tidak ada yang patut dibanggakan, namun nada sombong dalam suaranya tak bisa disembunyikan.
“Sekarang jawab!” Clay mencondongkan tubuhnya, matanya menyipit tajam. “Kenapa kau belum mati?”
“Apa maksudmu? Aku belum mati?” Alice menatapnya dengan tatapan penuh tanya. Beberapa saat lalu dia yakin sekali bahwa nyawanya telah melayang. Dadanya sesak saat menyadari orang-orang yang berlalu-lalang di jalanan menembus tubuhnya seolah dia tidak ada.
Ttuk!Suara logam beradu dengan sesuatu membuat Alice tersentak. Matanya membelalak melihat Clay yang baru saja menancapkan ujung sabitnya tepat di tubuh makhluk mengerikan yang terbujur kaku di tanah.
“Makhluk ini adalah phantom.” Clay mengetuk tubuh makhluk itu dengan ujung sabitnya, nadanya datar.
“Phantom?” Alice berbisik, mencoba mencerna kata asing itu.
“Mereka hantu yang dapat menirukan wujud dan perilaku manusia.” Clay menarik napas, matanya berkilat. “Jadi dibunuh saja.”
Alice menggelengkan kepala, masih tampak bingung. Jari-jarinya memainkan ujung rambutnya, merasa gugup.
“Sejauh ini, manusia tidak dapat melihat phantom. Tetapi phantom dapat melihat manusia.” Clay menjelaskan sambil mencabut sabitnya. “Itulah mengapa mereka meniru manusia.”
“Selain meniru, phantom juga dapat menghasut manusia untuk berbuat jahat.” Ia berhenti sejenak, matanya menatap tajam ke arah Alice, “termasuk bunuh diri!”
“Jadi kau mungkin sudah dihasut oleh phantom untuk bunuh diri.”
“Dihasut oleh phantom?” Sudut bibir Alice terangkat membentuk seringai getir.
“Dalam kasusku, apakah aku dihasut oleh phantom? Atau karena berusaha lari dari malaikat pencabut nyawa yang gila?”
Urat-urat di pelipis Clay bermunculan. Rahangnya mengeras menahan amarah yang siap meledak. “Dasar manusia rendahan!” Geramnya. “Bagaimana bisa kau menuduh malaikat atas tindakan bunuh dirimu sendiri!”
“Kau adalah malaikat pencabut nyawa.” Alice mengangkat dagunya. “Jadi kau bisa mencabut nyawaku, kan?”
“Perkataan yang bagus, manusia.” Clay mendesis, senyum dingin menghiasi wajahnya.Trak..
Clay menarik kembali sabitnya. Langkahnya pelan dan berat saat mendekati Alice.
“Aku adalah malaikat pencabut nyawa!” Suaranya rendah dan penuh ancaman. “Dan aku diutus untuk mencabut nyawa manusia.”
Clay mengacungkan sabitnya ke arah Alice. “Tapi kau? Kau siapa? Kenapa kau masih hidup?” Bisiknya dengan nada meremehkan.
“Apa maksudmu? Tentu saja aku ini manusia!” Alice mengepalkan tangannya, frustrasi.
Clay mendengus kesal. “Aku diutus untuk mencabut nyawa manusia di dunia manusia. Tetapi makhluk sepertimu, kenapa bisa berada di dunia ini!? Yang benar saja!”
“Malaikat pencabut nyawa tidak diberi izin untuk membunuh makhluk yang ada di dunia ini kecuali para phantom yang mengganggu!” Nada suaranya meninggi
Alice mengerjapkan mata, keningnya semakin berkerut. “Apa maksudmu? Dunia apa?”
“Tempat ini adalah dunia kematian.” Clay menjawab dengan nada datar, mencoba menjelaskan dengan sisa kesabarannya. “Kau adalah manusia dan seharusnya tidak bisa memasuki dunia ini ataupun melihat kami yang berada di dunia kematian!”
“Tunggu! Siapa yang memberikan kalian izin?”
“Bukan urusanmu!” Clay menggeram.
Alice memiringkan kepalanya, mengamati sosok Clay dari atas ke bawah. “Apa kau benar-benar seorang malaikat?”
“Kau meremehkanku?” Wajah Clay memerah menahan amarah.
“Aku adalah malaikat pencabut nyawa! Malaikat dunia bawah bawah yang suci karena harus tinggal dekat dunia manusia untuk menyeimbangkan dunia.”
“Lalu, siapa yang memberimu izin?” Alice mengulang pertanyaannya.
Clay menghela napas panjang. “Thanatos.” Akhirnya ia menjawab meskipun dengan enggan.
“Tha- Apa?” Alice mengernyitkan dahi.
“Thanatos.” Clay memutar bola matanya. “Dia yang memberi perintah, dia adalah Dewa kematian.”
“Jumlah Malaikat pencabut nyawa itu sangat banyak. Thanatos lah yang memberi perintah di dunia kematian dan dunia manusia.” Clay menjelaskan dengan nada bosan.
Clay kembali mengangkat sabitnya tinggi-tinggi, cahaya bulan memantul di sabitnya. “Jika kau bertanya lagi, aku akan membelah kepalamu dengan ini.”
‘Kenapa aku bisa terjebak di dunia ini?’ Alice membatin, matanya menerawang mengingat kejadian sebelum ia melompat dari balkon rumahnya.
“Ya, pikirkanlah kenapa kau bisa berada di dunia ini!” Suara Clay membuat Alice terlonjak kaget.
“Kau juga bisa membaca pikiran seseorang?” Mata Alice membelalak.
Clay mengangkat bahunya acuh. “Hmm, aku hanya menggunakannya beberapa kali.”
Alice hendak membuka mulutnya, namun tiba-tiba kepalanya berdenyut. Ingatan-ingatannya mulai bermunculan.
“Ugh!” Alice mencengkeram kepalanya.
“Cahaya itu!” Bisiknya lirih.
“Apa? Sekarang apa? Suaramu terlalu pelan..” Clay mendekat, dahinya berkerut.
“Kupu-kupu itu penyebabnya!” Alice berseru tiba-tiba.
“Kupu-kupu?”
“Ya! Saat melompat ke bawah, aku melihat cahaya yang begitu menyilaukan mat-“
“Kau benar!” Clay memotong kata-kata Alice, wajahnya berubah gelap. “Itu pasti karena cahaya itu. Aku hampir saja tidak melihat karena serangga sialan itu.” Amarah kembali berkobar di matanya.
“Lalu apa yang terjadi setelah itu?”
“Aku menyentuhnya dan tiba-tiba kupu-kupu berwarna hitam keluar dari cahaya itu!” Alice menjelaskan. “Mungkin kupu-kupu itu yang membuatku berada di dunia ini!”
Clay berpikir sejenak, ia juga melihat hal yang sama dengan apa yang dilihat oleh Alice, tetapi entah mengapa rasanya seperti tidak mungkin.
“Kupu-kupu saat hujan deras?” Ia mendengus. “Omong kosong!”
“Ck..” Clay berdecak kesal. “Jika saja kau berdiam diri di rumahmu itu, aku pasti akan selesai mencabut nyawamu.”
“Sampai kapan manusia sepertimu akan berhenti bertingkah?!”
Clay menggenggam sabitnya lebih erat. “Jika semuanya berjalan dengan sempurna, dengan begitu aku akan mengerjakan tugasku seperti biasanya.”
Seringai kejam muncul di wajahnya. “Tunggulah sampai aku menebas leher kurusmu itu!”Whooosh..
Angin dingin tiba-tiba berhembus kencang. Sosok misterius bersayap hitam melesat di udara, meninggalkan mereka dengan aura mencekam yang membuat bulu kuduk merinding.
Deg.. Deg..
Alice membelalakkan matanya. Dadanya berdebar kencang saat merasakan hawa mematikan yang begitu pekat menyelimuti udara. Napasnya tercekat, keringat dingin mengalir di pelipisnya.
‘Apakah ini aura asli dari malaikat pencabut nyawa?’ Batinnya.
“Sialan!” Clay mendesis, matanya menyipit mengawasi sosok yang menjauh. “Kenapa dia ada di sekitar sini? Apa dia mengikutiku?”
“D-Dia siapa?” Alice bertanya dengan suara bergetar, masih berusaha mengendalikan kakinya yang lemas.
Clay mengabaikan pertanyaan Alice. Ia terdiam sejenak, Jarinya menyentuh telinga kanannya yang berdengung. Perlahan, seringai lebar tersungging di wajahnya yang pucat.
“Sepertinya aku kedatangan pasien baru!”
Dengan santai, Clay mulai membersihkan ujung sabitnya yang dipenuhi noda darah phantom menggunakan jubahnya. Senandung pelan keluar dari bibirnya, menunjukkan bahwa ia sedang dalam suasana hati yang baik.
“Kau, pergilah.. Aku tidak ingin melihat wajahmu!” Ucapnya dingin tanpa melirik Alice sedikitpun.
“Sialan, kenapa aku harus tertimpa kesialan terus menerus.” Gumamnya.
Alice mengerutkan dahi mendengar ucapan kasar itu. “Hey! Bukankah perkataanmu itu sangat tidak sopan? Kau adalah malaikat tetapi kenapa kau bersikap kurang ajar?”
“Huh?” Clay menatapnya Alice dengan datar. “Lalu aku harus apa? Sujud di kakimu?” Tatapannya semakin tajam. “Kalian hanya manusia rendahan, alam bahkan tidak mau berpihak pada kalian.”
“Pastikan kita tidak akan bertemu lagi!” Nada suaranya rendah dan berat. “Jika aku sampai melihatmu, larilah! Kau pasti tahu apa yang terjadi selanjutnya, kan?”Ttak.
Sebuah pisau kecil melayang dan jatuh di dekat kaki Alice.
“Ambil pisau itu untuk melawan phantom. Mereka selalu mengejar manusia.” Clay menyeringai. “Apalagi kau yang masuk di dunia kematian merupakan jackpot bagi para phantom.”
“Aku akan pergi bersenang-senang. Jadi...” Clay merapatkan jubahnya, “Selamat bertahan hidup!”
Dalam sekejap, sosoknya melesat ke udara. Sayap hitamnya mengepak kuat, tampak samar seperti bayangan namun masih bisa terlihat jelas dari jarak dekat.
Alice menatap takjub pemandangan yang baru pertama kali ia saksikan, sebelum kecemasan kembali menyelimuti hatinya.
Seperti apa tempat ini sebenarnya? Bentuknya mirip dunia kehidupan, tetapi hawanya lebih gelap dan begitu tidak masuk akal.
Dengan enggan, Alice memungut pisau yang dilempar Clay. Tangannya sedikit gemetar saat membuka penutupnya.
“Hmm?” Senyum getir tersungging di bibirnya saat melihat wujud pisau itu.
“Sudah kuduga! Dia memang ingin aku mati.”
“Karena tidak bisa membunuhku di dunia kematian, ia membuat phantom yang akan membunuhku di sini.” Alice mengamati mata pisau yang sangat tumpul itu, bahkan kulitnya tidak akan tergores jika digoreskan dengan pisau itu.
“Aku memang ingin mati. Tetapi, mati di tempat ini sangat tidak meyakinkan.”
Tiba-tiba matanya berbinar. “Ah, ada tempat yang ingin aku kunjungi!”
Tanpa ragu, Alice berlari menembus kerumunan manusia yang melewati tubuhnya begitu saja. Sensasi aneh saat tubuhnya ditembus orang-orang tidak lagi ia pedulikan.
Mungkin ia sudah mati di dunia manusia. Tetapi sekarang, di dunia kematian ini, ia harus tetap hidup.
Setidaknya itulah yang ia yakini dalam hati.※※※※※
{Thanatos illustration}
Thanatos : Reaper of Soul (Penuai Jiwa)
---
Don't forget to share this story.
Support me with follow, vote & comment.Lav. Mira💚
KAMU SEDANG MEMBACA
LOST IN THE WORLD OF THE DEATH
Mystery / Thriller🔻[17+ : Contains Violence, Graphic Content, and Dark Themes]🔻 _____ Alice, seorang gadis biasa, tiba-tiba terjebak di dunia kematian. Tempat bagi para malaikat pencabut nyawa. Di sana, Clay, sang malaikat pencabut nyawa, terpaksa melakukan segala...