🔻[17+ : Contains Violence, Graphic Content, and Dark Themes]🔻
_____
Alice, seorang gadis biasa, tiba-tiba terjebak di dunia kematian.
Tempat bagi para malaikat pencabut nyawa. Di sana, Clay, sang malaikat pencabut nyawa, terpaksa melakukan segala...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Apa-apaan ini?!" Protes Clay.
"Lathil apa yang terjadi?" "Jadi, di mana Dewa Thanatos? Kau menipuku?"
"Aku yang memanggilmu."
Clay tampak geram dengan jawaban singkat Lathil. "Penipu, kau sama seperti manusia. Aku juga ingin bertemu dengan Dewa Thanatos!"
"Sebaiknya kau tidak menemuinya karena kau datang terlambat." "Kau sebaiknya tidak membuat masalah di dunia manusia atau Dewa Thanatos akan murka."
"Aku mengerti. Tetapi aku tidak membuat masalah sama sekali."
Lathil adalah Malaikat pertama yang Clay kenal. Menurutnya, Lathil merupakan Malaikat yang aneh. Ia merubah bentuk tubuhnya agar terlihat seperti pria tua karena meniru manusia. Tetapi, tanpa disadari mereka berdua memang sama-sama mempunyai ketertarikan di dunia manusia.
Lathil selalu bertindak seperti orang tua kepada Clay dan Clay sama sekali tidak mempermasalahkannya walaupun terkadang ia selalu melawan perkataan Lathil.
"Kau tidak membuat masalah? Apakah bukan masalah membiarkan seorang anak tewas karena hasutan phantom?"
"Apa? Dia tidak terkena hasutan phantom! Manusia lain yang membunuhnya dan apa aku bersalah atas itu?" Balas Clay tidak terima.
"Aku datang di sana dan sudah ada yang mendorongnya hingga mati." "Ck, orang yang lemah memang akan selalu berakhir dengan kematian." Sambung Clay sambil berdecak kesal.
"Clay, kalau kau dekat dengan phantom yang berusaha menghasut manusia, maka kau harus membunuh phantom itu." "Kau seharusnya mengetahui tugasmu jika kau masih ingin berada di sini!" Kini Lathil bersuara dengan nada serius.
"Ya! Aku mengerti..." Jawab Clay, ia hanya menjawab tetapi tetap tidak akan melakukan perintah Lathil.
BRAAK..
KLANG..
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
