x. scarf

82 14 3
                                    

Eleanor berjalan sendirian di tengah hiruk pikuk pasar hari itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eleanor berjalan sendirian di tengah hiruk pikuk pasar hari itu. Sekarang gilirannya beristirahat setelah menjaga kios sejak pagi tadi. Sambil membawa sebuah buku kuno di tangannya, gadis itu hanya berkeliling tanpa arah entah kemana.

Menginjak bebatuan kerikil, sesekali Eleanor merasa kakinya seperti ditusuk walau sebenarnya tertutup alas kaki. Maklum, jalan ini baru sekali diaspal ulang setelah kejadian wabah 1923.

"Nona, kau mau membeli rotiku? hanya 50 pence untuk 5 roti ini," ujar seorang anak yang memakai pakaian lusuh. Dia memegang satu kantong berisi roti dengan tatapan berharap.

"Baiklah," ujar Eleanor dan menyamakan tingginya dengan anak tersebut. Eleanor merogoh saku gaunnya dan mengeluarkan pecahan uang 3 poundsterling.

"Ah, aku tak punya 50 pence. Kuberi kau 3 poundsterling saja ya?" ujarnya sambil mengelus surai kemerahan anak tersebut, mungkin karena sering diterpa terik matahari.

"Terima kasih banyak, Nona! semoga harimu menyenangkan." Anak tersebut langsung lari meninggalkan Eleanor dan menghilang di tengah keramaian.

"Harus kuapakan roti ini? aku baru saja makan," kata Eleanor. Roti-roti itu memiliki ukuran besar, terlalu murah jika hanya diberi harga 50 pence.

"Habislah uang sakuku untuk seminggu," Eleanor menepuk dahinya. Sepertinya dia harus diam di rumah sampai akhir pekan ini. Jika keluar, Eleanor tak bisa menjamin kalau dirinya tak akan tergiur membeli makanan dan pernak-pernik di pasar.

Berpikir sejenak, akhirnya Eleanor memutuskan untuk kembali ke kios sang Ayah. Di sana, ada beberapa wanita dan seorang pria yang terlihat sedang memilih-milih buah.

"Ayah, aku membawa roti," ujar Eleanor. Diperhatikannya lelaki tersebut. 

"Jason, apakah ini anakmu? dia cantik sekali," ungkap seorang wanita dengan gaya perlente dan topi lebar.

"Iya, dia anak gadisku," jawab Jason tersenyum melirik anaknya yang sibuk membaca buku.

"Aku memiliki anak laki-laki, maukah kujodohkan dengannya?" tanya wanita itu lagi.

Jason menahan tawa. Eleanor melihat sang Ayah keheranan, sepertinya dia dibicarakan.

"M-maaf, tapi saat ini aku belum siap melepasnya," ujar Jason sambil berusaha menahan tawa.

"Kabari saja aku jika sudah siap, ya." Wanita tersebut membayar belanjaannya dan berlalu pergi.

Eleanor masih memperhatikan pria bertopi tadi. Ia belum juga pergi, bahkan gerak geriknya terlihat gelisah. Semakin sepi pelanggan, semakin sulit pria tadi melakukan sesuatu.

Tak lama, lebih banyak orang berdatangan mengalihkan perhatian Eleanor dari pria bertopi tadi. 1 menit, 2 menit, pria itu kemudian berlalu pergi.

Eleanor membelalakkan mata, buru-buru ia meletakkan bukunya kasar dan berlari kencang mengejar pria tersebut.

MINOR(ITY);✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang