Lantershire, England, 1839.
Rombongan kereta kuda beserta iring-iringan melintas meriah mengelilingi kota di sore hari menjelang terbenamnya matahari. Sepasang insan yang baru saja mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan memasang wajah seolah makhluk paling bahagia di muka bumi. Kasih sayang dan cinta yang selama ini kebingungan mencari tempat tinggal karena hanya mampu diucapkan semata, sekarang telah menemukan tempatnya menetap di dalam hati dan jiwa.
Namun tak dapat dipungkiri, bisikan-bisikan tak suka ikut mendampingi kebahagiaan sanubari. Bahkan ada yang tak segan menyumpahi agar sumpah sehidup semati berakhir dalam waktu singkat dan berakhir melukai. Meski begitu, kedua insan yang duduk manis di kereta kuda sambil bersandar mesra memilih tak mendengarkan komentar-komentar yang dapat melukai hati.
"Yang Mulia, selamat atas pernikahan Anda," Christina, sang wanita membaca sebuah pesan dari hadiah pernikahannya.
Setelah berhasil menyandang gelar sebagai Hanselton XII, Edward memilih untuk menikahi Christina, seorang gadis desa yang mampu meluluhkan hatinya tanpa alasan. Secara tiba-tiba Edward langsung merasakan debaran istimewa saat melihat seorang gadis yang sedang menernak sapi di ladang saat kunjungan kerajaan.
"Ah, dia sangat baik," Christina bergumam menatap beberapa helai kain untuk bayi di dalam kotak.
"Jangan kau terlalu cepat percaya padanya, paling dia hanya membungkus kain bekas anaknya dulu," canda Edward melihat hadiah yang didapat dari sahabatnya.
Christina kembali melanjutkan acaranya membuka satu persatu hadiah yang didapat. Sebuah kotak berbordir merah menarik perhatiannya. Wanita itu pun meraih kotak tersebut dan membuka tutupnya.
Alangkah terkejutnya Christina saat melihat isi dari kotak tersebut. Terdapat sebuah kantung bening kecil berisikan darah dengan surat di sebelahnya.
Jika kau tak segera meninggalkan raja kami, maka darahmulah yang selanjutnya akan berada dalam kantung ini.
"Sayang, ada apa?" Edward tergopoh-gopoh menghampiri Christina yang terlihat diam membeku.
Edward meraih secarik kertas dari tangan istrinya. Betapa murkanya ia melihat isi surat tersebut. Darah yang dikirimkan bersamaan pun dibuangnya ke dalam kakus dan melempar kasar kantungnya ke tong sampah.
"Tenanglah, aku akan melindungimu. Tak akan kubiarkan seorangpun menyakitimu," ujar Edward mendekap istrinya erat.
Christina hanya bisa terisak. Kalau boleh jujur, dia mengalami tekanan hebat dari rakyat Lantershire saat hubungan spesialnya dengan Edward terkuak. Banyak surat-surat kebencian dan ancaman yang mendarat di kotak pos depan rumahnya. Faktornya, Christina hanyalah wanita tak berkasta yang dianggap lancang menjalin cinta dengan Edward, sang pewaris tahta Kerajaan Lantershire ke-12.
Banyak wanita bangsawan yang ditinggalkan Edward demi mencapai Christina. Keduanya melalui perjalanan yang begitu berat sampai akhirnya mantap menyatukan diri dalam satu ikatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINOR(ITY);✔
Fanfiction"He's a, he's a royal prince, and i'm just a girl," She's singing, "He's a, he's a royal prince, and i am just a line without a hook." Na Jaemin x OC ff Starts from 19-12-2020