xv. wonderland

60 12 5
                                    

"Apa maksudmu?" tanya Jaecob

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa maksudmu?" tanya Jaecob.

"Paris tak pernah menang, Yang Mulia. Helene kembali ke Sparta dan menjalani sisa hidupnya bersama Menelaus," ujar Eleanor mengukir tanah dengan ranting pohon. Barusan, Jaecob bercerita pada Eleanor soal teater musikal di sekolahnya. Jaecob bilang, Eleanor adalah orang paling tepat jika membahas sejarah ataupun mitologi.

"Dia tak mendapat hukuman apapun?" tanya Jaecob.

"Helene? setahuku dia tak pernah mendapat hukuman apapun. Sedangkan Paris tak lagi menjadi pangeran Troya." Eleanor bergumam.

"Itu tak adil bagi Paris bukan? Dia diberi hukuman sedangkan wanita yang ikut pergi bersamanya menjalani kehidupan seakan tak terjadi apa-apa," protesnya.

"Pada awalnya itu hanya sepihak, Yang Mulia. Paris lebih dulu diiming-imingi Helene oleh Aphrodite saat perebutan apel dari Eris. Jadi menurutku Helene sebenarnya diculik namun dia sendiri menaruh Paris di satu posisi dalam hatinya," ujar Eleanor.

"Wah, darimana kau menghafal itu semua? aku selalu mencari buku-buku pengetahuan sejarah dan mitologi di perpustakaan istana namun aku tak pernah menemukannya," keluh Jaecob.

Eleanor mengerjap, "Istana memiliki perpustakaan pribadi?" 

Jaecob mengangguk, "Tentu saja, terkadang aku menghabiskan akhir pekanku di sana," ujarnya. Ah, sebenarnya dia tidak berminat membaca. Jaecob hanya ingin obrolannya dengan Eleanor menjad satu frekuensi karena Jaecob terkadang tak mengerti apa yang Eleanor ucapkan. Menurutnya, bahasa Eleanor terlalu tinggi, tak seperti gadis berumur 16 tahun.

"Ah, aku baru ingat. Ulang tahunmu pekan depan bukan?" tanya Jaecob.

"Anda mengingatnya?" Eleanor sedikit terkejut Jaecob masih mengingat ulang tahunnya.

"Tentu saja, ingatanku cukup baik," celetuk Jaecob bangga.

"Tapi sepertinya aku tidak bisa datang," ujar Jaecob.

Eleanor menunduk. Bahkan dari awalpun gadis itu sudah tahu bahwa berharap seorang pangeran datang ke rumahnya saat perayaan ulang tahun hanyalah angan semata.

"Tapi sebagai gantinya, bisakah—" Jaecob membisikkan sesuatu pada Eleanor. Setelahnya, gadis itu tampat terkesiap, namun mengiyakan permintaan Jaecob dengan malu-malu.

******

Eleanor menarik napas dalam-dalam. Hari ini adalah hari yang telah ditunggu-tunggunya sejak dua minggu lalu. Untungnya, sang surya bersinar cerah namun tak terik. Sebenarnya Eleanor tak mengundang banyak, hanya Siya dan beberapa temannya di sekolah.

"Eleanor! selamat ulang tahun di umurmu yang ke-17!" seru Siya. Gadis yang lebih dulu berumur serupa itu memeluk Eleanor erat. Eleanor pun tenggelam dalam tubuh tingginya. Ah, setelah dilihat-lihat ternyata Eleanor cukup rendah.

MINOR(ITY);✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang