xxviii. tragedy

29 8 0
                                    

Hendery berkeliling sendirian di sekitar istana, mencari udara segar sekaligus mendinginkan pikiran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hendery berkeliling sendirian di sekitar istana, mencari udara segar sekaligus mendinginkan pikiran. Pilar demi pilar ia lalui, tak ada hal yang terjadi. Hendery masih berjalan tanpa arah, benar-benar hanya mengikuti kemana langkahnya ingin pergi.

Hendery mulai memasuki area samping istana, di mana jarang sekali ada orang yang berlalu lalang di sana. Hendery melihat ada sekelebat bayangan, yang berasal dari semak rumput yang baru saja dirapikan oleh tukang kebun istana. Awalnya Hendery masih diam, sampai dengan ia mendengar bayangan tersebut mulai bersuara.

"Aku tak akan mau kembali ke tempat ini jika bukan karena Yang Mulia."

Hendery mengernyit mendengar racauan tersebut. Ia memutuskan untuk bersembunyi di balik pilar untuk memastikan apa yang akan dilakukan sosok di dalam semak tersebut.

Bergeser sedikit ke pilar di sebelahnya agar tak terlihat, Hendery akhirnya menemukan seorang pria dengan setelan hitam yang sedang duduk membereskan berbagai macam perkakas. Namun, yang mampu membuat Hendery terbelalak adalah perkakas tersebut merupakan alat perekam suara yang bahkan belum banyak orang memilikinya. Sepengetahuan Hendery di pelatihan militer yang sempat ia ikuti, alat tersebut hanya dimiliki oleh beberapa markas militer. Dan di Inggris, atau lebih tepatnya di Lantershire, hanya satu markas militer yang memiliki alat tersebut. Itu pun terletak sangat jauh dari pusat kota.

Semula, Hendery hanya berniat mengawasi, namun saat ia melihat pria tersebut mulai melakukan hal aneh, Hendery mengeluarkan belati kecil yang selalu dibawanya dalam kantung kecil dalam celana bahannya. 

"HEI, KELUAR DARI SANA!" Hendery berseru kencang di tengah keheningan sore hari.

Pria yang menyusup itu tampak terkejut karena kehadirannya disadari. Tanpa basa-basi, ia mengeluarkan senapan yang dibawanya kemudian menembakkannya ke arah pilar tempat Hendery bersembunyi.

Bunyi tembakan yang cukup kencang setidaknya mampu membuat beberapa prajurit istana tersadar dan segera berlari menuju halaman samping istana. Namun, belum sempat pria tersebut tertangkap, ia sudah berhasil lolos dengan meloncati pagar berduri istana yang sengaja dibuat agar penyusup terluka saat mencoba melewatinya.

Hendery berlari menuju ke tempat pria tadi bersembunyi. Ada beberapa sisa dari alat perekam tadi yang tertinggal, yang mungkin bisa dijadikan bukti. Namun yang menjadi kasus adalah, siapa pria itu dan apa maksudnya menyusup ke dalam istana?

******

"Kau sudah dengar?" tanya Donnie pada sang putra.

Jeno yang sedang menumpukan kepalanya pada tangan yang ia tangkupkan menoleh, "Tentang apa, Ayah?" 

"Penyusup itu. Ayah yakin kau sudah mengetahuinya," jelas Donnie. Donnie menyalakan cerutunya dan menikmati setiap hisapan dari cerutu tersebut. 

"Ayah merokok, Ibu tak akan suka," protes Jeno.

Donnie menoleh pada putranya, "Kau tahu, Jeno. Ibumu pun dulu merupakan seorang perokok." Donnie memulai ceritanya. Ia mengambil posisi di kursi sebelah Jeno.

MINOR(ITY);✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang