xix. gloomy her

61 15 9
                                    

Cahaya mentari menelusup masuk melalui sela-sela jendela kayu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya mentari menelusup masuk melalui sela-sela jendela kayu. Eleanor dengan malas membuka matanya seraya menyingkirkan tudung coklat yang melindungi sekujur tubuhnya dari angin dingin tadi malam. Ia melirik pada sosok rupawan yang berbaring di seberangnya. Tak berniat untuk mengganggu tidur sang pangeran, Eleanor berjalan dengan berjingkat dan berlutut pelan di hadapan paras rupawan sang pangeran yang tertidur lelap.

Eleanor menatap wajah indah tersebut dengan tatapan sendu. Menyadari bahwa mungkin telah timbul percikan-percikan rasa di hatinya. Namun dihadapkan kenyataan bahwa ia hanya gadis tak berkasta, sementara lelaki yang dikaguminya adalah seorang mulia yang memiliki tahta.

Dikaguminya pahatan karya milik Tuhan ini. Eleanor bahkan tak berani menyentuh rahang tegasnya walau sedikit pun. Tangannya terasa tak layak menyentuh karya seni di hadapannya.

"Kau sudah bangun?"

Jaecob membuka mata perlahan. Ia tersenyum menatap tatapan sendu Eleanor padanya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu? menyedihkan sekali," kekeh Jaecob bangkit dari posisi tidurnya.

Eleanor mengalihkan pandangannya. Ia meraba kedua pipinya yang bersemu kemerahan. Astaga, penampilan paginya saja tak ada bedanya dengan penampilan biasanya. Bandingkan dengan Eleanor yang bangun dengan rambut acak-acakan dan gaun kusut.

"T—tidak, aku hanya kasihan melihat nyamuk yang terpeleset di wajah Anda," Eleanor beralasan kikuk.

"Ini masih pagi, Eleanor. Khayalanmu telah melampaui langit," Jaecob kembali terkekeh menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi. 

"Aku akan membersihkan diri sejenak, setelah itu kita harus makan sebelum kembali ke kota," Jaecob bangkit sambil merapikan surainya yang agak berantakan.

Eleanor mengangguk pelan. Gadis itu menutup matanya sambil mengepal karena tak mampu menahan euforia yang melanda. 

"Kau tak membersihkan diri?" tanya Jaecob melihat Eleanor yang terlihat sumringah seraya memegangi kedua pipinya.

Eleanor tergagap, "I—iya, aku baru saja akan pergi."

Jaecob memandang Eleanor dengan raut bingung. Gadis itu tampak terburu-buru sambil menutupi wajahnya dengan tudung. Menggemaskan.

******

"Kau sudah mengemasi barangmu?" tanya Jaecob.

"Sudah, Yang Mulia. Tak ada lagi yang tersisa," jawab Eleanor.

"Mari kita pulang." Jaecob lebih dulu melangkah keluar dari dalam gubuk. Setelah kembali memastikan tak ada lagi barang yang tertinggal, Eleanor menyusul dan menutup rapat pintu kayu agar tak ada hewan liar yang menerobos masuk ke dalamnya.

"Ikutlah bersamaku kembali ke istana sebentar, setelah itu kau akan diantar pulang ke rumah," ajak Jaecob.

Eleanor terdiam. Apa lagi yang diinginkan sang raja sekarang?

MINOR(ITY);✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang