Dua Puluh Delapan - Maret

401 46 37
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

Latte dingin, ruang radio, airpods, dan Sheila on 7.

Empat hal kesukaan Gerren, empat hal yang setiap hari menemani Gerren semenjak ia menginjak bangku kuliah. Gerren seorang dj radio ukm kampus, setiap hari Rabu dan Sabtu Gerren dengan suaranya menemani pendengar setia radio kampus.

Gerren pernah bilang, jika ia lelah dengan kehidupan, dia akan mencari empat hal itu, yang pertama ia lakukan adalah mencari airpods dan menyalakan lagu band favorite nya Sheila on 7. Hal kedua yang ia lakukan adalah mengendarai vespa nya untuk mencari kedai kopi yang menyediakan latte dingin. Hal ketiga yang ia lakukan adalah menuju ruang radio. Walau pun bukan jadwal ia untuk siaran tetapi Gerren selalu ke ruang radio hanya untuk menenangkan diri, beristirahat dari semuanya yang membuat ia lelah.

Sheila on 7, grup band yang ia gemari dari dulu, bait bait lagu dari band itu selalu menjadi penenang untuk diri Gerren sendiri. Sampai ia tidak sadar, selama menjadi dj radio ia selalu memutar lagu dari Sheila terus menerus sampai Darrel menegurnya.

"Lo apa gak bosen Ger sheila mulu yang lo puter?" Darrel adalah ketua ukm radio kampus dan salah satu orang yang mengerti kehidupan Gerren.

"Mana bisa gue bosen sama Sheila bang? Lo tau sendiri kan?"

"Iya lo gak bosen, pendengar lo yang bosen njir, kenapa sih lo? Ini kan bukan jadwal lo siaran Ger, ada masalah?" Darrel bertanya seakan tau bagaimana keseharian Gerren.

"Haha, hafal ya lo, Bang? Biasalah keluarga ayah gue, suntuk banget gue di rumah, sorry ya bang gue gangguin lo siaran," Gerren memutar kursinya menghadap Darrel dan meminta izin untuk melakukan siaran di sore hari.

Gerren memang selalu begini, melepas penatnya dengan melakukan siaran sampai ia capek, dan suaranya hampir habis.

"Ini mah giliran Enggar yang siaran Ger, lo siaran aja sama Enggar," kenyataan yang harus dihadapi Gerren.

"Kalah bacot kalau sama Enggar bang, haha dia kok bisa ya cerewet banget kaya gitu, lucu."

'Lucu' satu kata yang Gerren ucapkan sangat pelan dan menarik sebelah bibirnya ke atas.

"Nah, itu anak nya datang," menunjukan dagu ke arah pintu masuk ruang siaran.

"HAIIII BANG DARRELLLL, EH GERRENNNNN," berisik, Enggar dan sebuah suara yang menggelegar ke seluruh ruang siaran.

Sambil menirukan gaya Enggar, Darrel pun menjawab, "Iyaaaaaa haiii juga Enggarrr cereweeeet!"

"Berisik," hanya satu kata yang keluar dari mulut Gerren.

Enggar mendudukan dirinya di kursi sebelah Gerren dan memperhatikannya dengan lamat lamat, tangannya sibuk dengan kabel microfon, "Ada apa kok ke studio? Ini kan bukan jadwal lo, Ger?"

Kolase ImajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang