Kolase Imaji

Tiga Puluh - Maret

*

*

"Ryu..."

"Ryujin..."

"Ryujin, hati-hati tanganmu," teguran itu akhirnya berhasil menyentak sang pemilik nama dari lamunannya.

"Tsk, kau hampir saja memotong jarimu sendiri," dengan nada khawatir, pemuda itu menegur sang wanita yang nampak masih mengumpulkan kesadarannya. Ia hampiri wanita yang masih bertahan pada posisinya di balik meja dapur itu guna mengambil alih pisau dan wortel yang sedang ia potong.

"Renjun?" wanita itu menggumamkan nama pemuda barusan dengan nada tak percaya.

"Iya? Kau kenapa melamun? Sedang tak enak badan?" sahutnya dengan lembut sembari masih fokus menggantikan Ryujin memotong wortel.

Bukannya menjawab, Ryujin hanya diam. Terpaku menatap sosok Renjun di sisinya.

"K-kau..."

"Makan siang hari ini biar aku yang masak, kau cukup duduk dan tunggu saja di ruang tengah. Calon ibu memang sebaiknya tidak terlalu banyak beraktivitas, bukan?" ucap Renjun mendahului Ryujin.

'Calon ibu katanya?' Ryujin membatin bingung. Ia lirik perutnya sendiri demi mendapati kondisi perutnya yang agak membesar.

Benar, ia sedang mengandung.

"T-tunggu sebentar," Ryujin bersuara karena jujur, ia masih tak mengerti dengan situasi yang kini sedang berlangsung.

"Kenapa?" Renjun menanggapi dengan begitu perhatian.

Melihat ekspresi Renjun serta tatapan penuh ketulusannya membuat Ryujin urung menyuarakan kebingungannya.

"T-tidak, lupakan saja," sahut Ryujin.

"Err, jadi apa ada yang bisa kubantu di sini?" ucap Ryujin lagi berusaha mencairkan kecanggungan yang sepertinya hanya ia rasakan secara sepihak karena Renjun benar-benar nampak biasa saja. Pemuda itu masih seperti Renjun yang ia kenal selama ini. Masih persis seperti sosok lelaki kesayangannya.

Hanya saja...

"Sudah ku bilang, kau tak perlu melakukan apa-apa, Sayang. Sini, aku antar ke ruang tengah," ucap Renjun.