Lima Belas - April

216 31 3
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

(let me intoduce their another inside)

*

*

Jam dinding menunjukkan pukul 7 pagi. Ryujin yang masih mengenakan piyama tidur dan rambut yang tercepol asal, tidak terburu untuk pergi bekerja. Hari ini ia putuskan untuk ambil cuti harian. Bukan tanpa sebab Ryujin cuti, ia sedang sibuk menyiapkan berkas-berkas pengajuan gugat cerainya terhadap Renjun, sang suami.

Walau sudah ditemani secangkir kopi yang asapnya masih mengepul, konsentrasi Ryujin pada berkas yang berserakan di meja tengah tetap terpecah. Sebuah teriakan dari dalam kamar mandilah yang menjadi alasan.

"Sayang, samponya di mana?" iya, itu suara teriakan Renjun, suami Ryujin.

"Ya di tempat biasalah!"

"Enggak ada!" teriakan lain masih terdengar.

Dengan begitu saja Ryujin langsung bangkit dari duduknya. Mengambil sampo baru yang berada di lemari penyimpanan. Kemudian dibawanya kaki melangkah menuju kamar mandi di mana Renjun berada.

Diketuknya permukaan pintu kamar mandi. "Buka, aku bawakan sampo baru."

Benda berbahan kayu dengan bentuk persegi panjang itupun terbuka, menampilkan Renjun yang tersenyum lebar menampakkan deretan giginya. "Makasih, Sayang."

Tanpa membalas, Ryujin langsung berbalik. Kembali duduk berkutat pada berkas-berkas di meja tengah.

Tidak berselang lama, konsentrasi Ryujin pada berkas di hadapannya kembali terbuyar. Kali ini bukan sebuah teriakan yang menjadi alasan, melainkan sebuah bau. Bau harum khas Renjun yang menyeruak keluar ke seluruh penjuru ruang. Menandakan bahwa ia telah selesai dengan rutinitas paginya.

Benar adanya tebakan Ryujin. Renjun yang baru keluar dari kamar mandi langsung menghampirinya di ruang tengah. Berdiri tepat di depannya. Terlihat tampan meski hanya mengenakan kaos putih dan celana pendek ala rumahan. Tak lupa masih ada handuk putih yang tersampir di kepala.

"Sudah lengkap semua?" Renjun ajukan sebuah tanya.

"Sudah." Cukup singkat jawaban dari Ryujin.

"Kamu tulis apa untuk alasan gugat cerai?" pertanyaan lain Renjun berikan.

Ryujin nampak sedikit berpikir keras sebelum menjawab, "Itu bagian yang sulit untukku isi."

"Jadi?"

"Jadi sebagai alasan, aku tulis kurangnya quality time karena kita sama-sama sibuk bekerja."

Renjun anggukkan kepala. "Hmm.. memang itu salah satu alasan yang masuk akal. Semoga hakim menyetujuinya."

Kolase ImajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang