*
*
Pintu ruangan baru kembali ditutup oleh salah seorang pegawai di sana. Perempuan itu tampak mengambil tempat di depan Rania Alisha yang tengah bermain dengan ponselnya. "Mba Ran kok belom pulang?" tanya itu dapat membuat Rania berganti atensi.
"Belum dijemput," jawabnya beserta senyum lebar yang memperlihatkan gigi.
"Mba Ran dijemput sama Pak Juan 'kan?" lagi perempuan itu ajukan tanya. Rania beri anggukkan sebagai jawab sederhana. "Lho, Pak Juan udah ada di galeri bawah dari tadi. Emang gak ngabarin Mba Ran?"
Rania terperanjat mendengarnya. "Masa sih?!" pekiknya masih tak percaya. Ia bergegas mengganti sandal karet yang dikenakan dengan sepatu chelsea boots miliknya. Tangan lainnya sudah mendial nomor sang suami dengan pengeras suara yang aktif.
"Assalamualikum," sahut Juan di seberang sana.
"Waalaikumsalam. Mas Juan di bawah?" Rania raih ponselnya setelah selesai memakai sepatu. Ia berdiri, meraih dua tas yang sudah ada di atas meja. Satu tas jinjing dan yang lainnya merupakan tas bekal.
"Iya, di bawah. Baru lima belas menit, kebetulan ketemu sama Pak Hartono ngomongin progress produksi minggu ini."
Rania lambaikan tangan tanpa suara pada perempuan yang menjadi rekan kerjanya tadi. Langkah pendeknya dipacu untuk keluar ruangan. Dari void lantai dua dia dapat melihat suaminya yang tengah mendongak. Kini Juan yang melambaikan tangan. Rania sedikit berlari kala menuruni tangga bermaterial kayu solid tersebut.
"Gak lari Rania!" tegur Juan tak melepas pantau pada istrinya.
Tentu ujaran Juan tadi diabaikannya. Rania lewati anak tangga hingga menapak pada lantai dasar bangunan tersebut. Masih ada jarak darinya pada Juan yang membuat diri harus melangkah. Rania layangkan pukulan kecil pada punggung bawah Juan. "Kenapa gak bilang kalau udah di bawah?" cicitnya kecil.
"Males bilang," balas Juan yang kini merentang lengan guna merangkul pundak Rania. Juan beralih pada pria yang berada di hadapannya. "Bu Rania udah selesai kerja Pak. Kalau gitu saya pulang dulu. Berarti minggu ini saya gak perlu check kondisi workshop." Juan ulur tangan untuk berjabat tangan.
Hartono yang sempat Juan sebut namanya itu berdiri, menyambut uluran tangan Juan dengan sopan. "Saya akan beri laporan mingguannya seperti biasa ke email, Pak Juan."
Juan mengangguk pasti, belum lagi bahasa tubuhnya yang menggunakan ibu jari dan telunjuk membentuk simbolik 'OK'. "Saya pulang dulu, selamat malam Hartono."
"Malam Pak Hartono!" Rania ikut serta berpamitan.
"Malam Pak Juan, Bu Rania!" itulah seruan dari salah satu supervisor perusahaan ibu Arjuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Imaji
Fanfiction[DTG 1ST EVENT] 𝐊𝐎𝐋𝐀𝐒𝐄 𝐈𝐌𝐀𝐉𝐈 adalah wadah cerita oneshot dalam rangka perayaan ulang tahun Huang Renjun dan Shin Ryujin. Arjerist -sebutan shipper RenRyu- bekerja sama dengan Dreamtography dalam penyelenggaraan event pada beberapa platf...