Enam - April

321 36 39
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

*

Embun Fajar Sitala tak pernah menyangka menjalin sebuah hubungan akan serumit ini.

Dahulu saat dirinya masih pada usia belia, ia kerap kali menonton kisah barbie yang disandingkan dengan lelaki tampan nan kaya raya. Hidup mereka terlihat begitu bahagia bersama pasangannya, harapnya ia akan menjadi salah satu sosok fitur buatan itu saat dirinya beranjak dewasa nanti.

Nyatanya setelah merasakannya sendiri, mencintai dan dicintai itu tak selalu seindah itu, karena kita tak pernah tau bagaimana semesta bermain dengan takdir.

Embun mengalami cinta pertamanya saat ia baru menginjak bangku Sekolah Menengah ke Atas. Saat itu dirinya mulai merasakan gejolak aneh pada dadanya dan merasakan beribu kupu-kupu menggelitik perutnya setiap ia melihat sesosok lelaki yang berada satu tingkat diatasnya. Lelaki yang selalu mengambil kesempatan makan di kantin bersama dirinya.

Namanya Bumi Jagatnata, kakak kelasnya yang entah sejak kapan sudah menjadi partner tetapnya untuk makan bersama di kantin. Semua itu diawali sejak Bumi yang kehabisan bangku untuk tempatnya menyantap bekal makan siangnya itu, memberanikan diri untuk mengambil tempat kosong di depan Embun.

"Embun Fajar Sitala," ucapnya kembali mengulang nama si gadis setelah tadi sempat bertukar nama.

"Iya kenapa?"

"Nama yang cantik."

"Tau kok, makasih."

"Sitala itu apa?"

"Sejuk. Namaku artinya embun pagi yang sejuk."

"Benar."

"Apanya?"

"Artinya. Benar dengan apa adanya kamu sekarang. Menyejukkan."

"Oh ya?"

"Iya."

"Kalau kakak? Bumi Jagatnata? Artinya apa?"

"Bumi itu tempat kita berpijak sekarang. Jagatnata itu penguasa dunia. Katanya orang tuaku mau aku bisa menguasai duniaku sendiri nantinya bareng orang yang tepat dan menjadi bumi untuk tempat berpijak bagi mereka."

"Udah ketemu orangnya?"

"Belum. Kali aja kamu."

"Gimana?"

"Engga, besok aku mau nyicipin masakan ibumu juga, ya."

Perkenalan sederhana yang mengawali perasaan itu muncul dalam hati dua insan muda-mudi itu.

Iya, gejolak itu tak hanya dirasakan oleh pihak gadis tapi si lelaki juga.

Bumi tak pernah merasa senyaman ini di dekat perempuan, biasanya hanya sekedar kenal tanpa mau repot-repot mendekatkan diri. Tapi tidak dengan Embun, dirinya merasa seperti menemukan sebuah tempat yang paling menyejukkan yang tepat untuk mengisi Bumi-nya ini, rasanya ingin selalu dekat dengan si gadis.

Kolase ImajiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang