*
*
Dalam kacamata Renjun, presensi Ryujin bagaikan salju. Menghampiri ketika udara terasa membeku, tetapi mampu menyebabkan hati berdebar tak menentu.
Tepanggil keinginan melepas rindu, ia rela berdiri di depan toserba. Berdasarkan pergerakan jarum jam yang melingkar di pergelangan tangan, sudah lebih dari tiga puluh menit, pria dengan sorot mata sendu itu berdiri. Astaga, pantas saja lutut Renjun mulai bergetar letih.
Renjun mengulum bibir. Cuaca bulan desember tidak pernah terasa kondusif. Semilir angin yang menyibak poni di wajah terasa mirip siraman air es. Memadukan mantel tiga lapis dan syal berwarna senada pemberian Ryujin, tidak membantu lelaki itu menahan hawa dingin. Terpaksa si rambut cokelat menggosok sepasang tangan berulang kali demi mendapat secuil kehangatan.
Kembali mengedarkan pandangan, Renjun menyadari langit semakin menggelap. Hanya ada sebilah sabit tanpa bintang menggantung di sana. Meskipun suasana tampak agak redup, area sekitar sungai Han selalu dipadati para pejalan kaki. Banyak jejak sepatu tertinggal di bulevar yang tertutup salju. Akan tetapi, di tengah kerumunan batang hidung Ryujin belum jua tampak.
Bahu Renjun terkulai lemas. Dia menghembuskan napas kasar. Baru saja pemuda di pertengahan 20an itu mengecek gawai. Layar gadget menampakkan kenyataan bila Ryujin tidak membalas pesan terakhir darinya. Kernyitan kekhwatiran mulai terpeta di wajah Renjun.
"Renjunnie!"
Seruan nyaring Ryujin mengudara, membuat Renjun menengadahkan kepala. Lidah Renjun merapal kata syukur kala netranya menangkap penampakan Ryujin. Rambut sang puan berkibar acak-acakan kala berlari dalam keramaian. Saking dinginnya udara, Renjun bahkan bisa melihat tiap helai napas Ryujin berubah menjadi uap putih. Sesekali gadis itu tidak sengaja menabrak pejalan lain yang berakibat ia mendapatkan hadiah berupa tatapan sinis. Namun , seperti biasa gadis itu melenggang cuek.
Seandainya mereka hidup dalam dunia dongeng, Renjun mungkin sudah terbang melayang ke angkasa saking senangnya. Ryujin kini tampak di depan matanya, bukan sekadar imaji indah tak tergapai dalam tidur.
Setidaknya detik ini Renjun bisa sedikit bernapas lega. Ya ampun, coba lihat binar bahagia yang memancar dari netranya. Meskipun berusaha tampak tenang, tetap saja si penikmat kopi tubruk itu gagal sembunyikan sunggingan kelewat lebar.
Untuk sementara mari berpura-pura luka lama itu tidak pernah ada. Walaupun sudah dipatahkan berkali-kali, Renjun masih berani berharap. Terlalu larut dalam kontemplasi, Renjun lengah. Tanpa peringatan apa-apa Ryujin mengalungkan lengan di leher Renjun mendekapnya akrab.
Bulu kuduk lelaki berkulit pucat itu tak kuasa meremang tatkala ia merasakan hangat napas Ryujin menyapa tengkuk. seketika Rindu, marah, bahagia dan hampa menyerang Renjun bertubi-tubi, membuat dadanya terasa penuh. Rengkuhan erat Ryujin terasa nyata membani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kolase Imaji
Fanfiction[DTG 1ST EVENT] 𝐊𝐎𝐋𝐀𝐒𝐄 𝐈𝐌𝐀𝐉𝐈 adalah wadah cerita oneshot dalam rangka perayaan ulang tahun Huang Renjun dan Shin Ryujin. Arjerist -sebutan shipper RenRyu- bekerja sama dengan Dreamtography dalam penyelenggaraan event pada beberapa platf...