7| Perjuangan Cinta 2

136 36 2
                                    

Kau bagaikan kucing lucu yang tak bisa dibiarkan saja. Banyak yang menggemaskanmu hingga kau dalam posisi yang bahaya. Itulah yang tidakku mau.

-Langit Erlano Johan




🔔
Kriingg!!

Bel istirahat berdering hingga penjuru sekolah. Guru-guru yang sedang mengajar langsung menghentikan pembelajaran walaupun belum tuntas. Siswa-siswa dengan semeringah keluar dari setiap pintu-pintu kelas mereka. Hal itupun di rasakan juga oleh siswa beralis tebal dengan bibir yang tersenyum-senyum tipis menikmati hati berbunga-bunga tak jelas. Ya, cowok itu sedang tidak jelas. Dengan memasukan tangan ke dalam saku celana, Langit berjalan seorang diri di koridor sambil bernyanyi-nyanyi lagu 'Pencinta wanita'.

Lihatlah, sesekali, pundak dan badannya berputar-putar, menikmati nyanyian di setiap liriknya. Entahlah, setan apa yang sedang merasukinya hingga ia bisa bertingkah tak wajar seperti itu.

Kemudian, Pak Yusuf melihat tingkah Langit dari arah berlawanan. "Astagfirullah," gumam terheran-heran terhadap anak muridnya itu. "Langit!"

Seketika Langit terdiam patung dengan lototan melihat Pak Yusuf karna kaget.

"Kamu sehat, hah??" mata Pak Yusuf melihati dari kaki hingga kepala Langit.

"Wah!" memegang pundak Pak Yusuf tanpa rasa takut. "sehat banget dong, Pak! Liat nih muka saya semeringahkan?" menunjukkan wajah tampannya.

"Hadeh... Ada-ada aja kamu. Udah sana, manfaatkan waktu istirahatmu dengan baik." lanjut Pak Yusuf.

"Ok, Pak!" Langit langsung hormat bak upacara bendera.

Kemudian, Pak Yusuf memutuskan melangkah menjauh dari Langit sambil menggelengkan kepala.

"Langiiit! Woooy!!" teriak Radit dari ujung koridor. Ia berlari menghampiri sahabatnya secara tega sudah meninggalkannya tuk pergi ke kantin.

Langit menoleh kebelakang tanpa respon apapun. Ia hanya melihati Radit berlarian menghampirinya.

"Parah, lo! Gak bilang-bilang kalo keluar kelas!" Radit merukuk ngap-ngapan.

"Santai aja kalii. Udah ah ayo!" Langit jalan kembali dengan hobinya memasukan tangan di saku celana.

Sesudah mendapatkan makanan di nampannya, Langit dan Radit berjalan ke barisan meja yang masih kosong. Syukur-syukur, ada dua kursi kosong untuk keduanya.

Tidak begitu kesulitan mencari, dua cowok ini duduk di barisan meja paling pinggir dan langsung saja membuka kegiatan makan siangnya.

Selama keduanya makan, awalnya anteng-anteng saja. Namun, semakin lama, telinganya mendengar obrolan seru dari meja samping. Pandangan Langit pun langsung bergeser kesana. Seketika saja, ujung bibirnya langsung membentuk senyum senang. Siswi belahan hatinya sedang bencengkrama dengan teman-teman lain. Disana, Keisya terus tertawa dan terlihat begitu manis dari wajahnya. Hah, inilah yang membuat Langit semakin dibuat gila dan terpesona. Rasanya, hanya Keisya saja yang dapat mencuri perhatiannya dari sekian jutaan perempuan dan hanya dia yang membuat hari-hari selalu indah. Untuk itu, Langit akan terus tetap mempertahankan kekuatannya demi mengambil hati perempuan itu. Ya, Langit akan terus berjuang tanpa kenal waktu dan sebuah penolakan. "Semangat Langit!" memukul meja.

Alhasil, semua siswa yang disana terkaget dengan suara dari meja tersebut. Seluruh dari mereka menoleh ke Langit yang sudah didugai dialah pelakunya.

"Bu-bukan. Bukan gw!" Langit lambai tangan tidak mengakui. "dia tuh, Radit! Ya Radit yang mukul meja!" menunjuk pada Radit.

"Loh-loh?"

Insya Allah Sholihah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang