13| Semakin Bersyukur

106 28 127
                                    

Dua hari setelahnya.

Di hari minggu, tepatnya malam senin, sedang mengadakan acara ceramah. Majelis tersebut didatangi hampir ratusan jemaah karena malam ini sang pendakwah merupakan seseorang yang terkenal. Ya, siapapun pasti mengenalnya. Beliau adalah Ustad Abdul Somad yang sedang berdiri menghadap kepada semua jemaah.

Salah satu perempuan cantik yang duduk di tengah jemaah, tak melepas tatapannya kepada sang pendawah. Terlihat sekali jika Keisya sangat bersemangat akan kegiatan ini. Jujur, ia sama sekali belum pernah mengahadiri acara semacam ini. Hah, memalukan sekali.

"Begitulah hari cepat berlalu. Hari berubah menjadi pekan. Pekan berubah menjadi bulan. Dan bulan berubah menjadi tahun. Yang mati hilang, yang dulu hidup kaya, hari ini hari ini hanya kenangan saja. Demikianlah hari demi hari kami pergantikan diantara manusia. Untuk apa hari ini diubah Allah ta'ala? Allah ingin menguji siapa yang imannya tetap istiqamah. Khotip mengucapkan alhamdulillah. Nikmat yang paling besar adalah nikmat istiqamah dalam iman!"

Seluruh mata jemaah hanya terfokus ke depan. Suasana yang damai dan menenangkan ini, dirasakan oleh semua, meskipun sesekali dikageti oleh ketegasan Ustad Somad dalam membawakan materi .

Khadijah melirik Keisya yang ada di sampingnya. Ia mendapati senyuman bahagia dari bibir temannya tersebut. Pasti, Keisya sedang mengagumi sosok Ustad di depan sana.

"Berapa banyak yang dulu susah melarat. Miskin, untuk sesuap nasi pun sulit! Tapi, ketika dilapangkan rezekinya dari Allah, tidak menjadi hamba yang bersyukur. Di lalai! Dia sangka karna itu jerih payahnya!Dia kufur dari nikmat Allah! Tetapi malam ini alhamdulillah! Ada hamba yang disehatkan Allah, dia tetap bersyukur! Kalau kamu syukuri nikmat itu,  pasti akan Allah tambah!"

"Dia bijak banget." gumam Keisya yang langsung didengar oleh Khadijah.

"Alhamdulillah." Khadijah ikut senang jika begitu.

Kemarin lalu, Khadijah menghubungi Keisya dan mengajaknya ke majelis ini untuk sama-sama belajar dan memahami khaidah islam. Meski awalnya Keisya ragu oleh ajakan tersebut, pada akhirnya ia pun mau setelah Satria mendukungnya pergi.


Sandal-sandal di tangga masjid semakin lama menghilang. Jam sembilan malam ini, semua jemaah bubar karena acara ceramahnya sudah selesai.

"Terimakasih, Dijah." Keisya tidak menyaka kegiatan majelis ini membuat hatinya senang, dan tentunya benar-benar dapat merasakan kehikmatan ketika duduk bersama di masjid ini.

"Buat apa? Aku tak sebaik ituu.. Tapi liat muka kamu yang tersenyum cantik begini, aku jadi ikut seneng." tertawa kecil Khadijah dan Keisya.

Berjalan beberapa meter, keduanya sudah di depan gerbang masjid. Dan mereka harus berpisah di sini.

"Sekali lagi.. Makasih." ucap Keisya.

"Iyaaa, sama-sama." usap-usap punggung Keisya. "berarti, kalau ada ceramah lagi, kamu mau ikut lagi dong ya."

"In shaa Allah."

"Ok!"

Di saat itu, tiba-tiba datang dua pengendera motor di depan mereka.

"Atas nama Khadijah."

"Mbak Keisya bukan, ya?"

Dua pengumudi ojek online bertanya kepada kedua perempuan tersebut.

"Kamu pesen ojol juga, Kei??"

Insya Allah Sholihah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang