24| Masa akhir SMA

76 18 1
                                    

Terkadang dalam menjalani kehidupan ini, manusia suka tidak sadar bila waktu telah membawanya pada masa pengakhiran. Entah karena terlalu fokus, menikmati kesibukan atau memang tidak mau keluar zona nyamannya, membuat kita lupa akan waktu yang terus berjalan ke depan sehingga mempertemukan pada masa pengakhiran.

Ujian sekolah telah usai bulan lalu, foto-foto seangkatan pun sudah dibuat dan tepat hari ini, mereka akan merayakan hari wisudanya sebagai tanda kelulusan masa SMA yang penuh warna kenangan.

Perayaan kelulusan siswa bukan dilaksanakan di tempat lain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Perayaan kelulusan siswa bukan dilaksanakan di tempat lain. Perayaan yang ditunggu-tunggu para siswa tetap dilakukan di sekolah, karena area halaman yang sangat luas mendukung acara tersebut.

Panitia penyelenggara telah melakukan begitu baik dalam menyediakan segala sesuatu kebutuhan acara. Jejeran pot bunga besar berjejeran rapih nan cantik di tepi-tepi jalan dalam menyambut para tamu dan siswa ketika datang.

Mobil Alphard hitam mulai memasuki gerbang sekolah dan menuju area parkir seperti para pendatang lainnya.

"Kita sudah sampai." Johan mematikan mesin mobil.

Di pagi ini, Johan menyetiri keluarganya dan juga keluarga Pak Jendral, alias Satria Sandoyo serta Keisya Maharani yang ikut bergabung tuk mengahadiri acara spesial.

"Kamu jangan turun dulu, ya." ucap Langit pada Keisya melarang wanita itu membuka pintu mobil.

Langit turun lebih dulu, lalu memutari mobilnya. Setelah tiba di sisi lain, Langit merapihkan jaz dahulu. Kemudian, membukakan pintu mobil untuk Keisya turun.

"Silahkan tuan putri." tangannya memberi jalan yang tak lupa dengan senyum terbaiknya.

Langit tetap tak henti terpesona dengan wajah indah wanita itu. Make up  yang sempurna dan kebaya anggunnya. Semakin memperlihatkan bahwa tiada kekurangan pada wanita itu.

Keisya pun jadi terikut senyum lebar karena sikap cowok itu. "Yaa.. Baiklah. Terima kasih ya, pelayan."

Alis Langit langsung mengerut. "Pelayan? Kok pelayan sih, Kei..??"

Keisya yang sudah keluar dari mobil itu terawa-tawa kecil. "Loh, terus apa dong? Memang pelayankan yang kalo bukain pintu mobil?" berwajah menyebalkan.

Langit hanya diam sambil menganga tak menyangka.

"Ahahahaha!! Kamu ini. Biasa aja apa mukanya. Bercanda kalii..." ketawa lagi Keisya. "Terima kasih Langit.." mengulangi perkataan sebelumnya dengan gaya melebarkan roknya bak sang putri.

"Bukan-bukan. Harusnya terima kasih pangeran.. Begitu." beritahunya.

"Okey okey.. Terima kasih pangeran.." kedua kalinya Keisya mengulangi.

"Sama-sama, Putri.. Mari kita berjalan bersama." Langit meminggang salah satu tangannya, meminta Keisya menerima gandengannya.

"Yuk! Pangeran." Satria langsung menggandeng tangan Langit.

Insya Allah Sholihah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang