14| Hanya Berdiam

87 23 0
                                    

"Aku gak tau lagi mau bersikap apa. Makannya.. Aku hanya bisa berdiam saja."

~Keisya Maharani

Seorang office boy mengepeli lantai koridor setelah siswa-siswa meninggalkan gedung sekolah.

Duk
Salah satu pintu kelas ditutup oleh seorang siswi dan membuat office boy ini menengok kebelakang.

"Eh, belom pulang, Neng?" tanyanya pada Keisya yang tengah seorang diri.

Keisya tersenyum kecil oleh pertanyaan itu dengan sedikit malu. "Iya, Mang. Baru selesai piket."

"Oh.." sahut Mamang OB itu sambil lanjut mengepel.

"Duluan ya, Mang." Keisya berbalik badan menuju tangga bawah.

"Eh! Sebentar dulu Neng Keisya." pria itu menghampiri Keisya karena baru teringat sesuatu.

Dengan berbalik badan kembali, alis Keisya naik bertanda tanya. "Ada apa, Mang?"

"I-itu di kantin, Neng. Di kantin penuh sama kado-kado, Eneng. Sok atuh, diambil kado-kadonya. Soalnya abis ini Mamang mau tutup kantinnya."

Ah, bener juga
Keisya langsung tersadar oleh benda-benda tersebut.

"Kadonya taro dimana, Mang?"

"Ada di atas meja segunung penuh. Tapi, gimana nanti kamu bawanya? Bisa henteu?" Mamang mengira pasti Keisya akan kesulitan membawa pulang kado yang bukan sedeker satu atau dua saja. Tapi segunung, karena hampir satu angkatan memberikannya hadiah.

"Eee.. Nanti saya pikirin buat bawanya gimana. Saya mau cek dulu ya, Mang." angguk kecil Keisya.

"Ho'oh, sok-sok atuh. Hati-hatinya bawana, nanti kalau kesulitan, panggil Mamang aja ya."

Keisya yang sudah berjalan kearah kantin, menengok kebelakang dengan senyum menganggukkinya.

Kepala Keisya mengendap-endap melihati suasana kantin dari kejauhan. Sungguh, sepi sekali di sini. Dari ujung ke ujung ruangan sama sekali tidak terlihat pun bayangan seseorang.

Huf

Wajar memang, saat-saat ini waktunya karyawan sekolah beristirahat ke rumahnya.

"Lagi apa, Non?"

Tubuh Keisya tersentak kaget muncul suara dari belakang. Matanya mendapati ibu kantin yang baru saja selesai membuang sampah.

"Kaget, ya?" terkekeh ibu itu melihat ekspresi Keisya. "maaf ya, Non."

"Em. Bu, kado saya ada di ma-"

"Oh, Non mau ambil kado? Tuh, saya pindahin di atas meja pojok sana." tunjuk tangannya ke arah sudut kantin. "karna banyak banget, makannya saya rapihin."

"Aaa.. gitu. Makasih ya, Bu. Saya mau ambil kadonya."

"Yaya, silahkan."

Keisya berlari kecil ke arah gunungan kado miliknya di atas meja.

Ibu kantin tersebut geleng-geleng kepala. Ia masih tak menyangka seorang gadis muda zaman sekarang bisa mendapatkan kado sebanyak itu. "Gak papa saya dulu cuman dikasih bapak telur gulung sepiring masih alhamdulillah."

Di sana, Keisya menggaruki kepala setelah dihadapan kadonya sendiri. Bagaimana ini? Kadonya melebihi yang dia kira. Ia pun tidak punya sesuatu yang besar untuk menampung semua kadonya ke rumah.

"Ibu manis... Bolehkah minta kardus yang gede..?"

Keisya menengok kebelakang ada suara lain datang dari pintu kantin.

Insya Allah Sholihah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang