Cahaya sang surya menderang tanpa memberikan hawa panasnya. Teriknya itu pun, sampai menerobos jendela-jendela gedung sekolah. Di jam segini, chef-chef kantin sedang sibuk-sibuknya menyiapkan makanan hangat dan lezat yang tidak bukan untuk mengisi perut kosong para siswa.
Lima menit bel istirahat baru berbunyi, Cristy dan Keisya sudah hadir di area kantin. Dua sahabat ini, langsung mengambil nampan dan menaruh makanan apapun yang mau mereka makan sambil berbaris gantian.
"Lo mau Nugget, Kei? Tinggal dua biji doang nih."
"Buat lo aja.." masa iya Keisya mengambil naget itu, sedangkan wajah Cristy kelihatan ingin sekali memakannya.
"Emang ya, anak baik lo!" cengir lebar Cristy kesenangan temannya itu sangat mengerti dirinya.
"Dah yuk, langsung cari tempat duduk." merasa sudah cukup mengambil beberapa makanan, Keisya dan Cristy berjalan mencari meja kosong di keramaian ini.
Melihat ada tiga siswa bangun dari meja dan meninggalkannya, Keisya dan Cristy saling menengok dan tersenyum senang, karna meja tersebut sudah kosong.
"Haa.." Cristy duduk lalu membelakangi rambutnya merasa sedikit gerah. "btw Kei, lo kenapa gak ke Masjid kayak biasanya? Masih halangan?" menaikan kedua alisnya.
"Udah selesai. Cuman, gak tau rasanya gw lagi laper banget. Tadi pagi agak kesiangan juga bangunnya, jadi sarapannya cuman minum air putih doang." Keisya bermayun seraya mengambil sendok-garpu di nampannya.
"Emm, gitu toh." Langit muncul di samping Keisya dan langung duduk merapat.
Sebagai teman setia Langit, Radit ikut duduk disebalah Cristy yang masih tersisa satu kursi.
"Kalo kamu laper banget, makanan aku buat kamu aja. Boleh kok, santai ajaa.." kata Langit menggeserkan piring ke arah Keisya.
"E-ee.. gak begini juga, Langit. Masa sih gw makan sampe dua piring..? Bukannya kenyang.. Yang ada malah mual." mengerut tolak Keisya sambil menggeser piring Langit kembali.
"O-oh iya, bener juga." menyengirlah Langit, jadi malu sendiri.
"Tapi kalo vitamin mau?" Langit menunjukkan obat vitamin dari saku seragam, yang tak pernah ia tinggalkan kemana pun. Langit sendiri, merupakan orang yang selalu menjaga kesehatan dengan baik.
"A... Gak perlu lagi. Gw gak sakit." Keisya beralih, ia bersiap menyuapkan makanan ke mulutnya.
"Gak usah kebanyakam nolak." Langit menaruh vitamin di nampan Keisya. "vitamin bukan buat orang yang sakit, tapi buat lindungin tubuh biar gak sakit."
"Wih! anak ipa banget, nih." celetuk Radit sambil ketawa kecil, hingga ia tidak sadar kalau ada beberapa butir nasi di dagunya.
"Lo belom bisa makan, ya?" terheran-heran Cristy melihat keadaan mulut Radit yang super berantakan. Cowok itu makan sambil ketawa girang dan tidak tahu malu.
"Pertanyaan macam apa itu? Lo kira gw anak bayi apa?" tidak terima Radit dilempar pertanyaan menuhuk tersebut.
"Iya! Lo tuh bayi besar!"
"Dih.. Jadi galak yak. Emangya gw kenapa? Ada yang salah sama cara makan gw, hah??" tantang Radit sampai menaikan dagunya.
"Heh, kalian ngapain j-ja..," seketika Keisya melipat kecang mulutnya, sesaat mendapati area mulut Radit yang ramai oleh nasi dan cabai.
"Mo'on maap, anda siapa, yah? Kok ikut duduk disini?" ucap Langit yang membuat Radit semakin jengkel sebenarnya ada apa oleh dirinya sendiri.
"Eh, cepet gak, kasih tau kalian pada kenapa, sih? Ada yang salah di muka gw??" Radit menanyai pada tiga temannya langsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Insya Allah Sholihah ✅
Ficção Adolescente"Mengejar cinta? Bukan saatnya membuang waktu percuma. Gw akan terus mengejar Dia, Dia dan Dia Sang Maha Cinta." -Keisya Maharani Audya Ini, cerita seorang remaja biasa. Ketika sebuah cobaan datang, membuatnya tersadar akan posisinya. Segala upaya...