19| Melegenda

70 22 4
                                    

Klek

Keisya menutup kembali pintu kamar setelah memasukinya. Sepasang sepatu ia lepaskan dan ditaruh pada rak kecil. Keisya melepaskan tasnya dan langsung membaringkan diri di kasur.

"Huuhff.." memandangi langit kamar yang begitu bercaya oleh lampu putih.

Keisya tersenyum bersama kejapan matanya. Ia menyukai hari ini. Entah mengapa, hatinya terasa lebih lega dan merasakan keseruan tadi. Ia tidak menyangka, dirinya akan sedekat ini dengan keluarga Langit. Terutama, bisa berani mengutarakan apa yang ia rasakan kepada Langit.

Hem
Ujung bibirnya tersenyum dengan sendirinya.

"Oh, iya!" Keisya tiba-tiba teringat sesuatu.
Ia menyalakan ponsel dan membukanya.

Kak Aisyah
+6286595585

Keisya mendapatkan sebuah nomer atau kontak Aisyah. Nomer itu Aisyah sendiri yang memberikan tanpa Keisya pinta sedikit pun.

"Nih, aku ketik nomerku ya di hpmu supaya kita bisa terus berkomunikasi. Terus juga buat bantu kamu kalau ada apa-apa. In shaa Allah aku bisa bantu sebisa mungkin." itulah yang Aisyah ucapankan sebelum menuju dapur tuk menyiapkan cemilan.

Aaaa!!! Betapa senangnya Keisya bisa mendapatkan nomer legenda ini!! Bagaimana tidak bahagia? Keisya selalu melihat Aisyah bak seorang gurunya tuk menjadi pribadi yang lebih baik.

"Haa..Pengen deh kayak Kak Aisyah." Keisya memandangi foto kotak Whatsapp Aisyah.

Baginya, selain Aisyah itu gurunya, ia juga menganggap sebagai Aisyah sebagai contohnya ke depannya nanti.



Kini, di rumah kebesaran Johan, sudah tidak ada siapa-siapa lagi selain keluarganya. Harist dan Aisyah pun baru saja berpamitan sepuluh menit yang lalu.

Langit beridiri di tengah-tengah ruang keluarga. Ia berdiam diri di sana dengan tatapan memandangai suasana yang telah berubah. Yang sebelumnya ramai, menjadi hening seperti di setiap harinya.

Johan dan Santy yang ingin menaiki tangga, seketika dibuat tak jadi akibat sikap putranya itu yang berdiri melamuni ruang keluarga.

Dari kejauhan, Johan menatapi tanda tanya
ada apa dengan anaknya itu. "Sudah malam, Langit. Ayo, masuk ke kamarmu."

Langit tersadar dari lamunannya."A-ah, iya, Pah." ia tersenyum kaku kepada Papahnya.

Langit berjalan mendekati kedua orang tuanya yang belum menginjaki anak tangga pertama.

Sambil mengusap-usap lengan sendiri, Langit menatapi kedua orang tuanya ingin mengucapkan sesuatu. "Pah, Mah. E-eemm... Ma-makasih udah ajak Keisya dan Papahnya ke sini. Yaaa.. Meskipun Langit sempet bikin maluu.. Tapii, Langit seneng banget rumah ini jadi rame."

Johan dan Santy saling bertatapan tersanjung.

"Eemm.. Kalau bisaa.. Ajak mereka ke sini lagi ya, Pah, Mah." Langit menyengir sambil menggaruki kepalanya.

Johan langsung tersenyum dan Santy menutup mulut menahan tawa ternyata anaknya bisa bertingkah seperti ini. Saking langkanya, jadi terlihat lucu bagi mereka.

"Yayaya, kamu masuk ke kamar, gih! langsung tidur. Udah malam. Besok kamu masih masuk sekolah." Johan mendorong punggung Langit tuk menaiki tangga dan masuk ke kamar.

"Ok,ok,ok, Langit langsung tidur." Langit melangkahkan kaki di anak tangga. "Langit tunggu ucapan Papah! Pokoknyaaa Langit tunggu lohhh..." teriaknya sambil berjalan.

Johan dan Santy hanya saling pandang tersenyum dicampur gelengan kepala.

"Waah, kita hari ini hebat banget Pah, bisa bikin Langit seseneng itu." ujar Santy melangkahkan kakinya di tangga.

Insya Allah Sholihah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang