S A T U

4.9K 500 17
                                    

Dia Haruno Sakura, bukan seperti gadis yang pada umumnya. Gila belanja, suka jalan-jalan, berkencan, ke taman hiburan, menonton drama sampai mata menghitam bagaikan panda. Tidak ia tidak seperti itu. Ia hanyalah gadis yang suka menyendiri sambil mendengarkan musik-musik kesukaannya, tak lupa waktu luang diisi dengan bermain game online dan membuka jejaringan sosial. Hanya itu yang membuatnya terhibur.

Dibilang tertutup tidak juga, ia punya teman tapi tidak banyak. Namun kata temannya ia adalah orang yang tertutup. Entahlah, apapun itu ia tak peduli.

Daripada itu ia lebih memilih menyelesaikan gamenya. Matanya sudah sangat berat, seharian ini ia menyelesaikan tugas sekolah sampai lupa tidur.

"Jika aku keluar dari game begitu saja, mungkin aku akan mendapatkan hukuman" gumamnya dengan mata yang fokus pada layar komputer, "tapi aku mengantuk" keluhnya sambil terkantuk-kantuk.

Demi apapun ia merasa dilema, antara ingin melanjutkan bermain atau mengikuti keinginan matanya yang berteriak meminta untuk diberi istirahat.

"Ah sialan siapa yang menelepon" teriaknya kesal. Ia hampir membunuh salah satu lawannya kalau saja benda pipih itu tidak berdering.

Dengan kesal Sakura membanting mousenya, dan mengambil asal ponselnya. Melihat siapa yang menelepon membuatnya menahan napas, butuh waktu beberapa detik untuknya mengangkat telepon tersebut.

Matilah kau Sakura, batinnya panik.

"I-iya halo"

"Ku bilang tadi apa? Tidur!! Kau tahu ini jam berapa? Jangan mengeluh padaku jika besok kau terlambat"

Sakura menelan ludahnya dengan susah payah. Rasa kantuknya menguap begitu saja digantikan dengan rasa gugup sekaligus takut, jika kekasihnya sudah mengomel seperti ini jangan harap mimpinya akan indah.

Tunggu, kekasihnya tahu darimana jika ia belum tidur?

"Chat yang ku kirim padamu tercentang dua dan akun gamemu sedang online, tak perlu banyak berpikir dan tidurlah"

Lihat, lagi-lagi dia bisa membaca pikiranku. Apakah kekasihnya mempunyai indra keenam, pikirnya lagi.

"Jangan banyak berpikir Saki, tidurlah dengan damai dan bangun tepat waktu besok kau ada ujian"

"Kau mendoakan yang tidak-tidak untukku?" Tanya Sakura dengan nada kesalnya.

"Jangan mengalihkan pembicaraan, tidur saja"

"Keiji-kun, aku belum mengantuk" halah bentuk pembelaan macam apa itu, bahkan matanya tadi sudah seberat besi tua tapi sekarang berpura-pura tidak mengantuk.

"Ayolah Saki, aku mencintaimu jadilah gadis penurut"

"Iya-iya aku mengerti, aku juga mencintaimu" gumam Sakura asal dan segera menutup teleponnya.

Ucapannya memang terdengar biasa saja, namun berbeda dengan wajahnya yang sudah memerah padam. Perasaannya antara malu, bahagia, berbunga-bunga. Astaga ia ingin sekali terbang melayang karena kekasihnya itu.

Baiklah ini memang terdengar tidak masuk akal, sangat mungkin. Lelaki itu, Keiji kekasihnya yang telah menjalin hubungan dengannya selama 6 bulan ini sama sekali belum pernah ia lihat. Baik itu secara langsung, video call, maupun foto. Aneh bukan? Jika gadis diluar sana lebih memilih melihat wajah terlebih dahulu, ia tidak. Utamanya adalah kenyamanan. Ia nyaman dengan Keiji, lelaki yang dikenalnya lewat game.

Sempat ia mengajak untuk video call, namun lelaki itu menolak. Mungkin saja dia merasa tak nyaman. Sakura tak mempermasalahkannya, selagi ia merasa nyaman dengan segala perhatian lelaki itu, ia senang meski tak tahu rupa dari Keiji yang sebenarnya.

REAL OR NOT ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang