D U A

3.4K 436 12
                                    

"Ada apa dengan nada bicaramu?"

Seharusnya Sakura harus lebih menahan bibirnya untuk tidak mengeluarkan dengusan kesal, karena tanpa dilihat langsung pun Keiji akan mengetahuinya. Dia itu cukup peka untuk lelaki seumurannya yang terlihat bodoh amat pada kekasih mereka.

Awalnya memang ia tak ingin memberitahu jika Sasuke mengatakan hal tak menyenangkan itu padanya, tapi ia terlanjur sakit hati dan menceritakan semuanya pada Keiji. Tanggapan kekasihnya pun tak beda jauh darinya, bahkan lelaki itu berkata akan pergi ke tokyo hari ini jika ia sampai menangis, katanya dia akan memberi pelajaran pada Sasuke. Ah Sakura berharap seperti itu juga, sekalian bertemu dengan kekasihnya. Tapi mengingat jarak antara tokyo dan Sapporo begitu jauh, ia segera menolak niat baik kekasihnya. Lebih baik lelaki itu sekolah saja dan belajar dengan giat. Oh ya, ngomong-ngomong mereka seangkatan.

"Tidak, aku tidak apa-apa"

"Aku tahu kau sedang kesal, aku saja merasa seperti itu ketika kau menceritakannya padaku"

Menarik napasnya panjang, Sakura menggigit bibir bawahnya, "padahal aku telah meminta maaf untuk kejadian tak sengaja setahun lalu itu, tapi Sasuke terus saja menggangguku. Aku tak suka dia, Keiji-kun dia menyebalkan. Kehidupan tentramku mulai sirnah karenanya"

Sakura kembali membahasnya, awal mula kenapa dirinya selalu diganggu oleh Sasuke. Saat itu, ia yang masih duduk di bangku kelas sebelas. Ia membawa sepeda ke sekolah, dimana menjadi hari pertama dan terakhir ia membawa sepeda tersebut. Karena sepeda itu kehidupan damainya terusik. Ia tak sengaja memang menabrak bagian depan mobil mahal Sasuke yang berakibatkan penyot dan tergores. Sakura sempat berpikir, apakah sepedanya sejenis sepeda yang dimiliki oleh pemeran utama kartun bernama Siva? Kenapa begitu kuat hingga mampu merusaki mobil Sasuke.

Beruntung saat itu tubuhnya hanya lecet sedikit, namun sebagai ganti kehidupannya yang lecet banyak, karena setelah itu Sasuke membantainya habis-habisan.

Terdengar suara kekehan dari seberang sana. Sakura dibuat diam olehnya, bukan hanya Keiji yang menertawai kisahnya namun juga karena suara tawanya yang terdengar err aneh.

"Kau mengejekku?"

"Tentu saja tidak, aku hanya memikirkan wajah mengeluhmu yang mungkin saja terlihat sangat menggemaskan"

"Kau ini benar-benar yah" gumamnya, "kau sudah makan?

"Sudah sayang, tadi kau yang menyuruhku sarapan"

"Oh iya maaf aku lupa"

"Kau ke kantin dan beli makanan, ingat kau tak sarapan dan tak membawa bekal. Aku tak ingin kau sakit"

"Kekasihku ini perhatian sekali, terima kasih tuhan aku mencintai ciptaanmu yang satu ini"

Dengusan geli kembali terdengar, tawa renyah lelaki itu mengalun indah. Suara beratnya yang jarang mengeluarkan tawa seperti ini mampu membuat jantung Sakura berdetak lebih cepat dari normalnya. Meski tak melihat secara langsung tawa lelaki itu, entah mengapa Sakura merasa tawanya bisa memberikan hawa positif bagi dirinya.

"Jangan melamun, sana makan. Setelah itu kita main game bersama"

"Oke siapp" seru Sakura penuh semangat. Suasana hatinya yang tadi memburuk karena perkataan Sasuke kini kembali membaik karena kekasihnya.

.

.

.

Bisa dihitung berapa kali ia makan dikantin. Ia bukan tak suka keramaian, hanya saja di kantin suasana berisiknya sangat keterlaluan. Dan lagi, di kantin juga pastinya ada Sasuke bukan? Ia tak ingin repot-repot diganggu oleh lelaki itu.

REAL OR NOT ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang