D E L A P A N

2.2K 387 16
                                    

"Kau tak keluar?" Tanya Sasori. Pasalnya saat ia masuk hingga kini Sakura masih berada dalam kelas, gadis itu terlihat betah dengan suasana kelas yang sunyi.

Menggeleng pelan, "tidak. Lebih baik disini saja denganmu"

Sasori tesenyum mendengarnya. Ia mengulurkan tangannya dan mengelus kepala gadis pink itu dengan gemas, "jangan menggodaku"

"Hey jangan mengacak rambutku" protes Sakura. Ia kembali merapikan rambutnya yang berantakan karena Sasori.

"Kau menggemaskan"

"Ya aku tahu itu, tapi jangan mengacak rambutku" meski hanya memasang wajah pura-pura kesal, namun mampu membuat Sasori kalang kabut sendiri.

"Kau marah padaku? Apakah kau tak menyukai perlakuanku" tanya lelaki itu dengan nada hati-hati, seolah takut akan melukai perasaan Sakura.

Sakura yang tadinya memasang wajah kesal kini kembali tersenyum lebar. Menampilkan deretan gigi putihnya yang rapih. "Aku hanya bercanda Sasori-kun"

"Wah jadi kau menipuku dengan pura-pura merajuk?"

"Apa? Tentu saja tidak"

"Awas yaa" ucap Sasori sambil mencubit pipi Sakura yang lumayan berisi. Sedang Sakura tengah berupaya melepaskan cubitan di pipinya itu, memang tak sakit tapi tetap saja ia tak suka.

"Lepaskan Sasori-kun" rengeknya persis seperti anak kecil.

Tertawa kecil, tak tahan juga melihat wajah kesal Sakura yang meminta dilepaskan, "baiklah-baiklah tak usah menangis"

"Siapa coba yang menangis?"

"Kau, lihat wajahmu memerah. Sebentar lagi akan merengek jika aku tak melepaskan cubitanku"

Meliriknya sinis lalu memukul tangan Sasori yang tadi digunakan untuk mencubit pipinya. "Enak saja kalau bicara"

"Kau balas dendam?"

"Tidak, aku hanya membuat perhitungan padamu" ujar Sakura jujur. Lagipula siapa juga yang akan membalas dendam hanya karena masalah mencubit pipi. Sasori ada-ada saja, pikirnya.

.

.

.

Lelaki itu menyandarkan tubuhnya di pintu kelas. Sambil memasukkan kedua tangannya di saku celana, matanya awas memperhatikan para siswa yang berlalu lalang di hadapannya. Beberapa gadis menyapanya, dan tentu saja ia tak menggubris mereka karena tujuannya menunggu di depan kelas yang bukanlah kelasnya, untuk mencari seseorang. Mungkin ia akan melakukan sedikit pertunjukkan jika orang itu memancing emosinya.

Ia mendapati lelaki itu tengah melangkah mendekatinya, lebih tepat menuju kelasnya.

Sasuke mengeluarkan kedua tangannya dari saku, dan meregangkannya. Ia melemaskan otot-ototnya. Kira-kira sudah berapa lama ia tak memukul orang, sekitar tiga bulan mungkin.

Menajamkan tatapannya, ia segera menahan lengan lelaki merah itu. Dia, Sasori baru saja akan memasuki kelasnya, namun terhenti.

Kedua pasang mata itu bertemu, dan saling melempar tatapan tajam.

Sasori menepis kasar tangan Sasuke dari lengannya. "Apa maumu?"

Oke, Sasuke memang belum pernah langsung berhadapan dengan anak dari anggota klub voly itu. Makanya saja ia sedikit terkejut dengan tanggapan Sasori. Apakah lelaki itu tak sadar dengan siapa dia bicara?

Mencoba untuk tetap mengontrol emosinya, Sasuke menghembuskan napasnya pelan. "Jahui Sakura"

Seperti dugaan Sasori saat ia melihat Sasuke yang berdiri di depan kelasnya. Lelaki itu pasti akan menyuruhnya menjahui Sakura. Tentu saja, ia tak akan melakukannya.

REAL OR NOT ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang