S E M B I L A N

2.4K 403 19
                                    

Jarinya terasa kaku untuk mengetik balasan pesan kekasihnya, ketika kontak dengan nama 'Keiji-kun' itu membalas pesannya. Mengatakan sesuatu yang mampu membuat dadanya terasa sesak. Padahal ia baru saja merasa bahagia karena bisa bertemu dengan kekasihnya.

Matanya kembali melirik pesan tersebut.

From:
Keiji-kun

Kau bermimpi? Sejak kapan aku menemuimu. Aku beberapa hari ini sibuk dengan turnamen, bahkan kemarin aku tak sempat mengirim pesan untukmu.

Jika kekasihnya benar-benar sibuk dengan turnamen dan tak bisa menghubunginya, lalu siapa itu Sasori? Kenapa lelaki itu mengaku jika dirinya adalah Keiji, dan kenapa dia bisa mengetahu tentang kisahnya dan Keiji.

Semuanya terasa berputar di kepalanya. Mencoba keras mencari titik dari permsalahan ini. Ada yang tidak beres, pantas saja ia curiga dengan sikap Sasori. Lelaki itu tak tahu jelas tentang dirinya, padahal kekasihnya jelas tahu apapun mengenai dirinya.

Jika Sasori benar Keiji, dia tak mungkin mengajak Sakura menonton. Dulu lelaki itu pernah bilang, jika mereka bersama dan mempunyai banyak waktu luang, akan digunakan untuk bermain game. Karena pada dasaranya baik ia dan Keiji tidak suka keramaian.

Sakura paham sekarang. Ada yang ingin mempermainkannya. Jika benar Keiji adalah Sasori, berarti lelaki merah itu memang ingin mengerjainya, namun sebaliknya. Jika bukan, berarti Sasori memang mempunyai niat lain.

"Kita lihat sampai dimana permainan ini akan berlanjut" gumamnya sambil menatap lurus ke depan. Meski ia merasa kecewa, tapi ia tetap harus mencari titik terang dari masalah ini.

.

.

.

Bersikap biasa tanpa menunjukkan sesuatu yang janggal. Sakura tetap memberikan senyum manis pada Sasori saat lelaki itu mengantarnya ke sekolah, bersikap seperti pada awalnya saat lelaki itu mengacak rambutnya. Ia tak akan bertindak gegabah sebelum memastikan jika ini adalah permainan atau kebohongan Sasori.

Ia melangkah pelan menuju atap sekolah. Kelasnya sedang luang mata pelajaran, jadi ia memutuskan untuk pergi ke atap. Sekalian menenangkan pikirannya yang sedang kusut.

Menduduki dirinya sambil menatap pemandangan sekolahnya dari atap.

"Kenapa semuanya terasa membingungkan?" Tanyanya lirih. Ia seperti dipermainkan oleh takdir.

Menghembuskan napasnya kasar, tangannya merogoh ponsel dari saku roknya. "Sepertinya aku harus bermain game" ucapnya sambil membuka game online tersebut. Sudah beberapa hari ini ia tak bermain game karena terlalu senang dengan kehadiran Keiji.

Padahal seharusnya ia harus memikirkan baik-baik dari awal. Dan tak percaya begitu saja. Tapi cerita Sasori begitu meyakinkan, bahkan ia belum menemukan bukti yang jelas jika lelaki itu bukan Keiji.

Menggeleng pelan, lebih baik ia fokus pada gamenya saja. Agar bisa melupakan sejenak masalahnya.

"Bodoh, bahkan baru memulai tapi aku sudah dibunuh" merasa kesal sendiri pada dirinya. Karena masih memikirkan masalah, ia sampai tak fokus pada permainannya.

Padahal sebelumnya Keiji pernah bilang jika sedang tidak dalam suasana hati yang baik jangan dulu bermain game, karena itu tak akan membuatnya fokus dalam game dan akan berakhir dengan kalah.

"Menyebalkan sekali memang" mulutnya terus mengeluarkan keluhan tentang betapa bodohnya dirinya bermain game.

"Sakura, kau bicara dengan siapa?"

Tersentak kaget ketika mendengar pertanyaan dari seseorang. Segera menoleh ke samping , di tempat yang baru saja diduduki oleh lelaki itu.

Kepalanya mulai memproses, memikirkan apakah ia mengenal lelaki jabrik itu atau tidak. Setelah diingat-ingat, ia ternyata kenal. Lelaki itu adalah Naruto sahabat Sasuke. Entahlah ia itu hanya tebakannya saja, mengingat Naruto yang selalu menempel pada Sasuke. Sudah jelas mereka bersahabat bukan.

REAL OR NOT ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang