S E B E L A S

2.5K 372 11
                                    

Meski Sakura telah memaafkannya, tapi Sasuke jelas tahu jika gadis itu masih marah. Ia memakluminya, mengingat selama ini apa yang dilakukannya pada Sakura bukanlah sesuatu yang mudah dimaafkan. Masih beruntung Sakura memaafkannya, kalau tidak. Apa yang harus dilakukannya?

Hari berjalan seperti biasa, tapi kali ini tak ada lagi Keiji dalam hidup mereka, lebih tepatnya lagi telah tergantikan oleh Sasuke, sosok sebenarnya dari Keiji. Namun kadang kala, Sasuke sering mengerjai Sakura dengan menelepon gadis itu dan mungkin saja Sakura lupa hingga mengangkat teleponnya dan berbicara seperti biasa.

Ia tersenyum mengingat kejadian semalam. Dimana ia menelepon kekasihnya, dan gadis itu tentu bersikap biasa saat ia bertanya-tanya. Lalu yang terjadi selanjutnya gadis itu mengumpatinya rabies saat ia baru sadar jika Keiji adalah Sasuke. Ia sempat tertawa dibuatnya, sebelum Sakura mematikan panggilan tersebut. Ada rasa bahagia tersendiri jika membuat gadis pink itu kesal.

Matanya menangkap Sakura yang baru saja memasuki gerbang sekolah. Tumben sekali gadis itu tak terlambat, pikirnya.

Dengan sedikit berlari, ia mendekat pada Sakura, agar menyamai langkah gadis itu.

"Aku terkejut melihatmu tak terlambat"

Meliriknya sinis, Sakura tetap melanjutkan langkahnya, "jangan bicara padaku"

"Kau marah karena semalam? Ayolah Saki, kau bahkan berbicara selama lima menit denganku" ucapannya kali ini mampu membuat Sakura mengghentikan langkahnya. Gadis yang setinggi bahunya itu mendongak, tatapannya masih sinis. Detik berikutnya ia mendapatkan pukulan keras di dadanya. Sasuke akui, gadis di hadapan ini tak main-main jika memukul orang. Lalu menjadi pertanyaannya, kenapa dia tak memukul Sasori? Entahlah mungkin Sakura terlanjut takut.

"Itu karena aku lupa"

"Pukulanmu menyakitkan"

"Ya memang khusus untukmu"

"Entah mengapa aku merasa spesial" gumam Sasuke sambil merangkul leher Sakura, mengabaikan tatapan tajam gadis itu. Ia kembali berjalan.

Merasa Sasuke tak akan melepaskan rangkulannya, Sakura memilih membiarkannya dan tetap berjalan. Meski ia risih dengan tatapan para siswa yang seolah akan menelannya hidup-hidup. Beginikah jika menjadi kekasih dari pangeran sekolah?

"Temani aku makan"

"Tidak" jawab Sakura cepat.

"Aku belum sarap--"

Sontak Sakura mendorong tubuh Sasuke, hingga membuat lelaki itu melepas paksa rangkulannya. Ia menatap penuh tanya pada Sakura yang terlihat menyeramkan, tunggu. Apa ia melakukan kesalahan?

"Lagi-lagi kau tak sarapan, eh? Kau pikir perutmu itu apa hingga tak diisi dengan makanan"

"Saki jangan mengo--"

"Apa? Kau lupa apa yang selalu ku katakan padamu, jangan lewatkan sarapan" gadis itu mendekat, dan entah bagaimana bisa tangannya dengan kecepatan kilat mengambil ponselnya yang berada di saku celana. "Ku ambil ponselmu, tak ada game untuk tiga hari kedepan"

Bola matanya melebar, sambil menelan ludah dengan susah payah, Sasuke merasa dunianya akan runtuh. Selain karena kemarahan Sakura, Game itu juga. Demi apa, ia tak pernah sehari tak bermain game.

"Saki aku"

"Makan sekarang atau ponselmu ku tahan selama seminggu"

"Hn"

Kini gantian Sakura yang terkejut melihat respon lelaki itu. Apa yang dilakukannya? Tentu saja hanya bergumam tak jelas dan berbalik pergi menuju kantin. Bukannya tadi Sasuke meminta dirinya untuk menemani makan di kantin? Apakah dia marah? Batinnya bertanya-tanya.

REAL OR NOT ? (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang