...
Setelah kejadian kemarin, inti jemala Taehyun tak luput memikirkan setiap faset kronologis kemarin malam di rooftop sekolah. Apalagi setiap tuturan kata sang gadis—yang diketahui berepitel Min YoonA dari ukiran gantungan kunci miliknya—membuatnya tertampar kenyataan jika mengakhiri hidup dengan sengaja merupakan tindakan bodoh. Benar pula jika hidup hanya sekali, tak seharusnya kita menyia-nyiakannya.
Di tengah jam pelajaran, gantungan kunci yang ia temukan kemarin lebih menarik atensinya dibandingkan penjelasan guru di depan kelas. Memang tak seharusnya ia melakukan hal seperti ini, melihat sikon di mana ia berada dalam lingkaran murid-murid kelas ambisius. Jujur saja, berada di kelas seperti ini membuat Taehyun ikut kaku dan bosan di antara setiap individu yang kompetitif sehingga mereka tak mempedulikan satu sama lain.
Terkadang Taehyun nyalar dengan sengaja melewati kelas reguler—secara kasarnya dibilang berisi orang-orang biasa—yang suasananya lebih terkesan hidup dan hangat. Berbanding terbalik dengan kelasnya yang diklasifikasikan menjadi kelas istimewa yang terdiri atas kalangan atas—dari segi material dan intelektual.
Entah mengapa Taehyun selalu menertawai dirinya sendiri. Mengapa ia harus masuk ke kelas yang seperti tak ada penghuninya? Satu sama lainnya seperti ada benteng kokoh yang membatasi, sehingga menjadi sosok individualis. Mengapa juga harus diadakan kelas khusus di sekolahnya? Secara tak langsung, ini merupakan suatu tindak diskriminasi sosial.
Ah, benar-benar, jika saja ia tak hidup di bawah telunjuk ibunya, mungkin ia takkan memilih masuk ke kelas yang diumpamakan neraka dunia. Memang ia tahu jika pencapaian prestasi pendidikan yang gemilang ini penting, tetapi terlalu ambisius hanya membuat kita tersiksa. Dilakukan dengan usaha sewajarnya dan tak terlalu keras dan menekan diri sendiri, bukankah hasilnya lebih efektif?
Bel pun berbunyi menandakan berakhirnya jam pelajaran dan berawalnya jam istirahat pertama. Murid-murid biasanya akan antusias pergi menuju kafetaria, tetapi tidak dengan warga kelas khusus. Mayoritas dari mereka lebih memilih pergi ke ruang belajar khusus yang difasilitasi hanya untuk para siswa kelas X. Sebab, prinsip mereka adalah tak menyia-nyiakan waktu belajar. Tak jarang mereka lebih memilih melewatkan makan siang dan lebih memilih menyediakan kudapan untuk pengganjal perut yang menemani sesi belajar. Begitu pun Taehyun, ia menjadi salah satu di antaranya. Ia tahu jika ini kebiasaan buruk, tetapi secara berangsur menjadi kebiasaan dari paksaan dan tekanan yang menjadi alasan ia melakukannya.
Tungkai Taehyun sekonyong-konyong stagnan di atas pijakannya sebab seseorang mengadangnya di koridor menuju ruang belajar. Orang itu adalah gadis kemarin, Min YoonA. Ekspresi yang awalnya dibuat seolah-olah angkuh dengan bersedekap di depan dada kini bertransformasi 180 derajat dengan senyuman merekah yang ketimbang terkesan konyol bagi Taehyun.
KAMU SEDANG MEMBACA
anesthesie • Kang Taehyun
Fanfiction[COMPLETED] Di dunia adikara ini Taehyun hanya berpijak sendiri. Tak ada yang berpihak padanya. Sekalipun ada, mereka hanya berusaha mendorongnya jatuh ke dasar jurang. Alih-alih membiarkannya terbang tinggi, tetapi masih terperangkap dalam sangkar...