03 • Not a Joke

211 64 10
                                    

Tak dapat dipercaya jika semua kalimat yang lolos dari ceruk bibir gadis Min ini bukanlah bualan semata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tak dapat dipercaya jika semua kalimat yang lolos dari ceruk bibir gadis Min ini bukanlah bualan semata. Awalnya, Taehyun menganggap itu hanya sebuah pelampiasan kekesalan semata pada teman-temannya kemarin. Akan tetapi, melihat presensi YoonA yang sudah menunggunya di ambang pintu kelasnya membuat spekulasinya roboh seketika. Memang orang-orang di kelasnya takkan peduli akan presensi YoonA yang notabenenya siswa reguler tiba-tiba datang ke kelas khusus sebab kau tahu sendiri sebelumnya 'kan, jika mereka hanya peduli pada kekasih buku tebal mereka. Apalagi kini mereka sudah kelas tiga di mana segala ujian sudah di depan mata, termasuk ujian masuk perguruan tinggi.

Taehyun lekas menghampiri YoonA. Jika dibiarkan lebih lama, gadis itu hanya akan menghalangi jalan pintu masuk-keluar. Benar-benar, ia tak tahu apa yang harus ia lakukan menghadapi YoonA. Benar kata Beomgyu jika gadis ini urakan dan serampangan. Lebih tepatnya ia terlalu unik dengan kelakuan yang seenaknya saja dan tak bisa diprediksi. Itulah yang menyulitkannya.

"Kau mau apa?"

"Tentu saja, menjemputmu untuk makan siang bersama seperti perkataanku kemarin," jawabnya enteng. YoonA memicingkan mata seraya mencondongkan sedikit tubuhnya pada Taehyun. "Kau terbentur apa hingga tiba-tiba tak ingat? Atau kau … pura-pura tidak ingat? Yang mana?"

Pura-pura tidak ingat.

Tentu saja Taehyun tak mengutarakannya. Lantas secara impulsif ia menarik lengan YoonA. Kontan YoonA menjadi gelagapan akan tindakan Taehyun yang tak bisa ia prediksi. Seolah-olah deja vu seperti kemarin. Bedanya, kemarin YoonA yang bertindak demikian.

"Mau ke mana?"

"Katamu kemarin kau akan menjemputku untuk makan siang."

"A—ah, benar," balas YoonA gelagapan. Ia berdeham. Kontan Taehyun tiba-tiba stagnan dan menoleh ke arah YoonA, lalu pandangannya turun menuju lengannya yang menarik YoonA sedari tadi. Refleks Taehyun segera melepaskannya, kemudian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Apa yang ia lakukan sedari tadi? Ia benar-benar tak menyadarinya, sungguh.

"M-maaf."

YoonA mengulum senyum, kemudian mengerling nakal pada Taehyun. "Tak apa, kok, jika kau ingin," selorohnya.

Benar-benar, setiap kali rungunya menangkap kalimat yang diucapkan gadis Min ini nyalar membuat matanya membeliak. Ia nyalar dibuatnya terkejut.

"Ayo, sebelum makanannya habis! Aku sudah lapar, kau tak lapar?"

Kedua anak muda itu kembali melangkah dengan jalan beriringan. Tak ada yang bersuara sehingga membuat suasana rikuh. Hingga akhirnya Taehyun pun berinisiatif membuka suara. "Omong-omong, kita belum berkenalan secara resmi. Aku—"

"Kang Taehyun. Aku Min YoonA. Selesai 'kan?" tukasnya. "Benar kata mereka, tak ada yang kenal denganmu, Tae. Dan kau sebenarnya bisa mengetahui namaku dari papan namaku, 'kan? Bahkan, kemarin apa kau tak mendengar bagaimana mereka memanggil namaku? Seharusnya kita tak perlu berkenalan."

Oh, pemikiran macam apa itu? Tentu saja berkenalan itu penting. Ya, memang jika sudah saling mengetahui nama tidak perlu repot-repot bertukar nama. Ah, sudahlah, intinya setelah sekian lama ini dengan konyolnya mereka baru berkenalan secara resmi. Padahal mereka kemarin juga makan siang bersama.

Benar-benar, gadis itu selalu berhasil membuat suasananya menjadi rikuh. Padahal Taehyun berniat mencairkan suasana. Bisa tidak jika YoonA bekerjasama dengannya sekali saja? Pantas saja, lelaki bernama Choi Beomgyu kemarin menyuruhnya membawa YoonA dari mereka. Min YoonA pasti merepotkan. Kali ini saja, ah, tidak, semenjak pertemuan pertama di rooftop saja membuatnya frustasi akan tingkahnya.

Mereka sudah mengantre dan siap menerima nasi, sup, daging, dan kimchi yang diletakkan pada nampan yang disiapkan. Tidak lupa dengan buah juga sekotak susu sebagai pelengkap makan siang. Keduanya mengedarkan pandangan mencari meja kosong. Namun, kali ini Taehyun tak menemukan entitas empat lelaki kemarin. Apakah ucapan Beomgyu kemarin bukan lelucon semata hingga akhirnya mereka benar-benar membiarkan YoonA menempel padanya? Oh, ia harap ini takkan terjadi secara kontinu. Bisa gila jika berdekatan dengan gadis urakan ini.

Kali ini hanya ada suara dentingan alat makan yang saling beradu dan konversasi dari meja sebelah. Mereka hanya fokus dengan santapan makan siang mereka. Baik Taehyun maupun YoonA tak berniat membuka suara. Tidak, maksudnya YoonA yang belum berniat membuka suara sebab sejak kapan YoonA yang berisik akan diam selain sedang makan.

Benar saja, setelah makanannya habis, ia kembali bersuara. Layaknya anak burung yang kembali berkicau jika sudah diberi makan oleh induknya.

"Taehyun, apa kau betah di kelasmu?"

Taehyun yang hendak meminum sekotak susu harus terinterupsi dengan pertanyaan YoonA. Ia menyempatkan untuk memberi atensi padanya. "Memangnya kenapa?"

"Tadi aku merasa merinding hanya berdiri di ambang pintu saja. Bagaimana, ya, menjelaskannya? Dingin … menusuk dan … merasa terintimidasi. Hiii~ percuma memiliki fasilitas terbaik, tetapi suasananya mencekam seperti itu. Aku tidak akan betah," celotehnya.

Sempat Taehyun terkekeh, memang benar apa yang dideskripsikan YoonA jika suasana kelasnya terasa seperti itu, ia sangat setuju. Namun, ia sudah terbiasa sedari dulu.

"Kau tak ingin pindah kelas? Misalnya ke kelasku, hm?"

"Jika pun ingin, aku tak akan bisa. Lagi pula, aku sudah terbiasa dengan suasana di sana. Apalagi sekarang kita kelas tiga, suasananya semakin kompetitif," jelas Taehyun, kemudian meneguk sekotak susu yang sempat ia abaikan.

"Apa kalian tak bosan belajar dari buku-buku tebal menyebalkan itu? Hei, hidup itu tak selamanya belajar dari buku, pengalaman seperti bersenang-senang juga bisa dijadikan sumber pembelajaran."

Taehyun berdecak. Gadis ini terlalu pandai berbicara, bagaimana bisa ia menyamaratakan belajar dan bersenang-senang seperti apa yang dipikirkan? Justru, itu hanya sebagai penghilang stress.

"Pikiranmu itu bermain terus. Kau tak ingat jika kita sudah kelas tiga? Setidaknya belajar sedikit untuk ujian masuk perguruan tinggi nanti," omel Taehyun yang mendapat cebikan dari YoonA. Entah mengapa Taehyun yang sebenarnya tak banyak bicara, menjadi banyak bicara akhir-akhir ini. Mungkin alasannya karena ia tak pernah absen meladeni setiap celotehan gadis urakan ini.

"Kang Taehyun."

Sang pemilik nama hanya merespons dengan dehaman.

"Kau bosan tidak belajar terus? Sepulang sekolah nanti bagaimana kita pergi ke Hongdae?" usulnya. "Ayolah, sekali-kali nikmati kesenangan di masa sekolah ini. Hidup itu sekali, aku sudah bilang 'kan? Bagaimana?"

Taehyun merenung sejemang, lalu menyahut, "Akan kupikirkan."[]

Aku bikinnya ga maksimal sih, makanya kek seadanya ya? Maklum sebenernya ini itung-itung pelampiasan dari ruwetnya tumpukan tugas hikd.
Gimme ur vomments, kli aja bangkitkan semangat aku haha.

C ya~

[090321]

—luv, ara

anesthesie • Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang