…
Kali ini bergiliran, YoonA yang selama sebulan ini tak mendapati batang hidung pemuda yang sebenarnya eksistensinya ingin ia abadikan tertangkap oleh lensa alaminya. Meski sesaat, tak apa. Ia rindu. Sebenarnya, pergi sekolah pun sudah tak ada hal yang ia bosankan—belajar—lagi. Sebab, hanya tinggal menghitung hari menuju kelulusan.
Sampai akhirnya di hari kelulusan tiba, lensanya menangkap entitas yang ia harapkan eksis setiap hari. Memang tak menyangkal hanya sebatas menatapnya dari layar televisi atau ponsel. Bertukar pesan atau telepon saja kini sudah jarang. Jika pun sempat, hanya singkat. Benar-benar singkat. Bahkan, rasanya ada sesuatu yang mengganjal—Taehyun seperti memberi jarak antar keduanya. Dia tahu mereka berdua hanya sebatas teman, tak lebih—meski ingin. Namun, ini benar-benar aneh. Tak biasanya lelaki itu bertindak demikian. Apakah YoonA sendiri melakukan kesalahan padanya?
Mungkin Taehyun sibuk, pasti lelah dengan jadwalnya. Hanya itu asumsi yang ia dapatkan.
Terakhir kali bertemu pun kala Taehyun menjenguknya ke rumah sakit sambil menenteng sekeranjang buah-buahan dan selusin susu stroberi favoritnya. Itu pun hanya sebentar, ia rasa. Merasa seperti itu karena ketika bersama Taehyun, waktu yang dilewati benar-benar tak terasa. Mungkin saking nyaman bersamanya, ia tak memungkiri hal itu.
"Tae—"
Baru saja hendak menyapa dari kejauhan, ia urungkan kala seorang gadis berlari ke arahnya sembari membawa paper bag dan sebuket bunga. Yang gadis itu bawa ia berikan pada Taehyun. YoonA tahu hal ini sudah biasa, sama halnya dengan gadis lain. Bedanya, entah mengapa hatinya berdenyut ngilu kala senyuman Taehyun yang dulu nadir sekali terukir, kini mudah sekali orang-orang pun mengantongi senyumannya yang dulu hanya YoonA saja orang yang beruntung.
Dia kembali menurunkan lambaian tangan dan seketika melangkah mundur sampai ia menabrak tubuh tegap seseorang. Secara impulsif ia memutar kepala ingin mengetahui siapa gerangankah orang yang tak sengaja ia tabrak.
"Yo, be careful, sis~"
Beruntunglah, ia tak jadi menahan malu karena kecerobohannya. Orang itu Beomgyu, sahabat sejak kecilnya. Yah, tak apa kalau dia Beomgyu meski pasti berakhir dikatai 'bodoh' daripada orang itu orang lain.
YoonA memamerkan deretan giginya. "Sawwryy, my bro," ucapnya meminta maaf. Karena baik Beomgyu orang dekat maupun orang asing jika kita yang berbuat salah, tentu saja harus minta maaf. Itulah tata krama.
Baru saja hendak bertanya di mana yang lain, netranya sudah menangkap tiga pemuda jangkung lainnya dari balik tubuh Beomgyu. Mereka sudah berlari antusias mendekat, pengecualian Soobin. Pemuda paling tinggi di antara mereka—si pemilik lesung pipi menawan—tentunya yang paling santai. Ia berjalan dengan menebar wibawa di belakang dua orang petakilan. Sangat kontras sekali perbedaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
anesthesie • Kang Taehyun
Fanfiction[COMPLETED] Di dunia adikara ini Taehyun hanya berpijak sendiri. Tak ada yang berpihak padanya. Sekalipun ada, mereka hanya berusaha mendorongnya jatuh ke dasar jurang. Alih-alih membiarkannya terbang tinggi, tetapi masih terperangkap dalam sangkar...