14 • Freedom

102 33 1
                                    

Dinginnya udara di malam hari terasa menusuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dinginnya udara di malam hari terasa menusuk. Ditambah pula waktu semakin larut, terbayang seberapa dinginnya 'kan jika tak memakai sekadar luaran di malam musim gugur? Namun Taehyun tak mempedulikan itu, entah memang tak peduli atau memang titel manusia dingin itu sesuai dengan keadaan yang pantang dengan suhu dingin.

Taehyun mengamati jalan melalui jendela bus terakhir yang ia naiki. Toh, ia sudah biasa pulang larut malam sebelum ia jadi seorang trainee usai latihan di agensi, yakni ketika rajin ikut les di berbagai tempat akademi. Maka alasan itulah yang menjadikannya untuk mengelabui orang rumah. Mereka mengira Taehyun giat mengikuti les di akademi demi tembus Ivy League. Dia tahu sepandai-pandainya menyimpan bangkai, suatu saat baunya akan tercium juga. Cepat atau lambat kebohongannya akan terkuak.

Ucapan YoonA saat di rumah sakit tadi cukup menampar kenyataannya kembali. Berkontemplasi satu-satunya cara yang kini dilakukannya demi menemukan titik terang. Benar, tak seharusnya ia menyimpan rahasia terlalu lama. Lagi pula waktunya tak banyak, ujian seleksi masuk Ivy League sudah di depan mata. Begitu pun jadwal debutnya, tentu saja keluarganya akan tahu sebab ia akan diperkenalkan ke dunia industri hiburan sebagai penyanyi solo. Itu artinya tak hanya segelintir orang Seoul yang tahu dia, setidaknya bertambah banyak orang yang mengenalinya.

Langkah Taehyun begitu berat menyusuri trotoar selepas turun dari bus. Apalagi sebuah panggilan menambah gangguan pikirannya tadi.

"Kau masih di mana? Lebih baik kau menginap di rumah temanmu alih-alih pulang. Keadaan rumah sangat kacau."

Bukannya menuruti perkataan sang kakak, justru ia membangkang. Tak peduli, pikirannya hanya mengacu pada apa yang terjadi di rumah? Ia hanya bisa merapalkan do'a agar sang ibu baik-baik saja, hanya itu. Tak bisa membayangkan jika berbagai perkiraan kejadian yang berkelibat dalam benaknya itu terjadi. Benar-benar tak bisa dibiarkan. Maka dari itu, ia mempercepat langkah dan meyakinkan diri. Ya, ia sudah mantapkan hari ini waktunya jika memang ketakutannya benar terjadi sekarang juga.

Begitu sampai di pekarangan rumah, sempat ia melirik untuk memastikan ada tiadanya mobil terparkir. Kendaraan roda empat itu benar ada terparkir. Sial, pikirannya semakin negatif.

Tanpa ragu ia membuka pintu dan disambut dengan pemandangan yang jauh dari kata baik-baik saja, hampir persis dengan perkiraannya. Suara bentakan penuh amarah yang menggema harus terhenti karena kedatangan Taehyun. Beruntungnya lengan sang ayah masih mengudara, tak jadi dilayangkan pada pipi sang ibu. Dia berlari ke pentas panggung drama rumah tangga lalu menjadikan tubuhnya sebagai tameng sang ibu.

"Woah~ Anak durhaka ini mau bertindak sok heroik, begitu?" Itu ayahnya.

"Jangan sakiti ibu lagi, Yah, kumohon!"

"Bagaimana bisa aku menuruti permintaanmu itu kalau kau saja tidak menurut akan perintahku, Kang Taehyun?! Kau putraku atau bukan? Jika sesuatu terjadi pada ibumu, itu memang salahmu!"

anesthesie • Kang TaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang