…
Semakin hari waktu terasa singkat. Taehyun kini bisa lebih fokus mempersiapkan debut sebagai penyanyi solo. Berbagai problematik satu persatu terselesaikan, kendati tak sepenuhnya klir. Ibu dan kakaknya sudah mendukung dari belakang, bahkan Heeseung masih berusaha membujuk sang ayah. Tak peduli hati ayahnya sekeras batu, ia akan mengupayakan apapun bagi sang adik. Terserah, boleh dikata ini sebagai tebusan rasa bersalah. Poin intinya; bertindak sebagai seorang kakak yang membantu sang adik menggapai mimpi.
Taehyun dan ayahnya masih renggang. Heeseung memutuskan untuk membelikannya apartemen untuk ditempati sang adik. Tak enak bukan kalau terus menumpang di rumah orang lain? Lagi pula, ia sudah mampu menyokongnya. Jika orang lain yang bertindak menggantikan perannya sebagai kakak, itu tak lantas menginjak harga dirinya.
Begitulah penyelesaian secuil problematika kemarin. Dari sanalah, Taehyun dan Heeseung kembali selayaknya dua Kang bersaudara. Kendati tak sepenuhnya seperti dulu sebab kadangkala mereka masih canggung.
Menyoal debut Taehyun, mungkin bisa dikatakan hanya tinggal hitungan jam dari hari ini. Kebetulan sekali hari ini pun, di bulan November, hari di mana hari yang ditunggu-tunggu para siswa Sekolah Menengah Atas terutama tingkat akhir. Hari yang menjadi penentuan masa depan mereka, secara kasarnya. Ujian Suneung*) ini benar-benar dinanti. Bahkan, jalanan saja dibuat sepi karena pemerintah ingin para peserta ujian benar-benar fokus mengerjakan soal ujian. Mungkin hanya satu atau dua kendaraan yang lewat dalam sekian waktu.
Apakah Taehyun menjadi salah satu peserta ujian Suneung? Jawabannya, tidak. Dia terlalu fokus persiapan debut. Tak apa, toh, tahun depan dia bisa ikut ujian ini. Dia hanya menjadi penyambut seseorang yang telah ujian—bersama orang tua atau kerabat peserta lainnya.
Karena bulan ini sudah memulai masuk musim dingin, tak heran suhu udara pun sudah sangat terasa dingin. Diperlukan memakai pakaian tebal dan membawa hotpack jika masih saja kedinginan. Tangannya ia masukkan ke dalam jaket tebal. Udara memang lumayan dingin di luar sampai ia menghela napas saja keluar asap putih dari mulut. Mata yang sayu karena menahan dingin sontak berubah cerah kala menemukan entitas yang ia tunggu-tunggu. Lengannya melambai ke atas berharap orang dituju menyadari atensinya.
YoonA pun menangkap radar eksistensinya. Lekas ia berlari dengan wajah yang sama cerahnya dengan Taehyun. Wajah yang awalnya menekuk, suram, dan … intinya benar-benar kacau. Khas seperti orang yang pusing terpaksa menelan berbagai rumus-rumus dengan mentah. Sulit dijelaskan.
"Dari sekian orang ternyata hanya kau yang menyambutku," decak YoonA kesal.
"Eh? Benarkah?" Taehyun melihat ke sekitar. Benar, ia memang tak menemukan presensi keluarga Min. Baik ibunya atau Kak Yoongi. "Tak apa, mengertilah. Mereka sibuk, 'kan?"
"Iya, memang. Meski ibu yang mengantarku pagi tadi lalu pergi ke kantor. Ibu sudah minta maaf karena tak bisa menjemputku. Dia benar-benar sibuk karena pekerjaan kantor. Begitu pun ayah dan Kak Yoongi. Sudah tak aneh."
KAMU SEDANG MEMBACA
anesthesie • Kang Taehyun
Fanfiction[COMPLETED] Di dunia adikara ini Taehyun hanya berpijak sendiri. Tak ada yang berpihak padanya. Sekalipun ada, mereka hanya berusaha mendorongnya jatuh ke dasar jurang. Alih-alih membiarkannya terbang tinggi, tetapi masih terperangkap dalam sangkar...