Play music repeatedly on mulmed for a better experience^^
…
Kenyataan tak bisa didistorsi, apalagi menyangkut takdir Tuhan. Terkadang takdir yang diberikan dianggap deksura. Akan tetapi, bukankah dibalik itu Tuhan selalu menyelipkan maksud baik terselubung? Rasanya pernyataan yang memang ada benarnya terkadang kita malah tutup mata dan telinga. Sebab, kita dibutakan dan ditulikan dengan rasa benjut akan dunia yang begitu durjana.
Begitulah keadaan Taehyun. Dia menggila kala mengetahui kabar yang seketika direk mendera hatinya sampai benjut. Dia benar-benar terpukul. Penyangkalan terus ia loloskan melalui bilah bibirnya sebelum benar-benar melihatnya dengan kedua matanya sendiri.
"Kak, aku harus ke Korea sekarang!"
"Tenanglah, Taehyun. Penerbangan baru bisa dilakukan besok."
"Pesankan tiket sekarang juga, Kak Daegwon!" teriaknya pada sang manajer.
"Tunggulah sampai besok. Tenangkan dirimu dulu! Apa kau bisa menghadapinya kalau begini?!" Daegwon berusaha menahan Taehyun. Setidaknya ia bisa menenangkannya meski sedikit. "Tenangkan dirimu dulu! Kabarnya mungkin bisa saja bo—"
"Mana mungkin bohong, Kak! Jikapun iya, tak ada yang menggunakan lelucon seperti ini!"
Daegwon lelah juga. Dia menyerah, tak ada gunanya berdebat. Dia lebih memilih bungkam.
Yang Taehyun lakukan juga hanya merunduk dan menyalahkan dirinya sendiri. Tubuhnya sudah lemah mengeluarkan segala emosi negatif, tapi rasa sakit itu masih saja hinggap. Kenyataannya memang tak ada orang yang baik-baik saja ditinggal orang terkasih, terlebih lagi untuk selamanya dan dalam keadaan di mana jauh dari jangkauan. Andaikan ia tak terbang ke Jepang kala menyadari YoonA tampak semakin pucat dan lebih memilih menemaninya di sana. Andai dia tidak berpura-pura tak tahu akan kondisinya. Andai dia meluangkan sedikit waktu untuk kencan pertama seperti pasangan pada umumnya. Perandaian demi perandaian terus saja mengalun.
Derap langkahnya cepat dan tak beraturan begitu tungkainya menapaki daratan tanah air. Staf perusahaan berusaha mencarikannya jalan keluar alternatif demi menghindari kerumunan massa. Entah harus memilih definisi mana yang cocok baginya, kesetanan ataukah menggila akibat perasaannya yang terlalu dalam. Napasnya memburu, dirinya sudah berpeluh, dan tungkainya sudah mati rasa kala akhirnya sampai di rumah duka. Sekonyong-konyong ia bersimpuh dan meraung begitu mendapati senyuman YoonA yang kini hanya bisa ia pandangi lewat foto berfigura.
Keadaan semakin diperkeruh kala Beomgyu mendekat ke arahnya dan tak ayal memberikan pukulan pada rahang tegasnya. Tubuh Taehyun yang sudah lemah juga direk jatuh tersungkur. Semua orang terperangah dan lekas menjauhkan Beomgyu. Tak apa, ia pantas mendapatkan semua ini, begitu kata Taehyun pada dirinya sendiri.
"Apa kau tahu seberapa lama YoonA menunggumu? Di sini dia berjuang sendiri! Dia berpura-pura kuat di depanmu hanya tak ingin kau khawatir, tapi kau seolah-olah tak peduli dan tak tahu. Aku muak berusaha menyimpan rahasia ini demi dirinya. Apa kau tahu dia sakit?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
anesthesie • Kang Taehyun
Fanfiction[COMPLETED] Di dunia adikara ini Taehyun hanya berpijak sendiri. Tak ada yang berpihak padanya. Sekalipun ada, mereka hanya berusaha mendorongnya jatuh ke dasar jurang. Alih-alih membiarkannya terbang tinggi, tetapi masih terperangkap dalam sangkar...