Sayap Tanah Air - Kepakan Pertama

SISI LAIN RAMA

Author's Note:
Update tipis dulu ya...
Semoga berkenan dan Happy Reading
*****

Tidak adanya kegiatan sekolah, membuat hampir seluruh siswa sekolah memiliki banyak waktu lowong. Berbagai cara mereka lakukan untuk mengisi waktu, dan olahraga adalah salah satu yang umum dilakukan.

Sedangkan Rama? Ya salah satunya dengan sepakbola. Berhentinya Liga Indonesia tidak sertamerta menjadikan olahraga ini menjadi mati. Di tingkat bawah, pertandingan-pertandingan persahabatan sering juga masih dilaksanakan, walau sudah dipastikan tidak ada seorangpun yang menonton, kecuali anggota tim yang sedang tidak bermain.

GOR Velodrome – Rawamangun - Jakarta

Memasuki menit ke 75 dalam sebuah pertandingan persahabatan ini, Klub sepakbola D'Meetabang, klub tempat Rama berlatih dan bermain sepakbola sejak 5 tahun yang lalu ini, sedang bertanding melawan Klub Blucerchiati Jakarta. Kedudukan skor saat ini 1-0 untuk keunggulan Blucerchiati. Ini bukanlah pertemuan pertama bagi kedua tim, sudah berkali-kali kedua klub ini bertemu, baik dalam laga persahabatan maupun kompetisi antar klub amatir di Jabodetabek.

Rama merupakan salah satu dari 25 orang yang berada di area lapangan hijau. D'Meetabang tampil dengan kostum warna Merah-Hitam, sedangkan tim lawan, Blucerchiati tampil dengan kostum warna Biru-Putih.

Sejak kebobolan di menit ke 16, tim D'Meetabang terus menerus berusaha membangun serangan demi serangan untuk bisa bangkit dan menyamakan kedudukan. Rama yang berposisi di sayap kanan-pun terus bergerak ke depan dan ke belakang untuk terus mencari bola dan membangun serangan. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk membaca arah pertandingan ini, termasuk mengamati beberapa peluang yang mungkin muncul untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya.

Dan beberapa saat kemudian, peluang itupun datang. Steven, striker D'Meetabang, mendapatkan umpan terobosan dan berhasil lolos dari jebakan offside. Iapun terus berlari menggiring bola mendekati gawang Blucerchiati. Dibelakangnya, dua orang pemain bertahan Blucerchiati terus berlari cepat dan mengurangi jaraknya dengan Steven. Sebuah peluang datang dan Steven-pun melepaskan tendangan keras ke arah gawang.

Dengan sigap, Goalkeeper Blucerchiati yang berpostur tinggi bisa menepis bola tembakan tersebut menjauh dari gawangnya, dan langsung di-clearance oleh salah satu pemain bertahan. Bola buangannya jatuh di tengah, dimana telah menunggu Ahmad, Playmaker D'Meetabang.

Ahmad mengontrol bola sesaat, yang dimanfaatkan dua gelandang Blucerchiati untuk merapat dan membatasi pergerakannya. Rama mengikuti instingnya dan segera berlari menyisir lapangan sambil berteriak, "Mad!! Oper!!"

Rama akhirnya bertatapan dengan Ahmad, sebuah kontak mata sesaat yang langsung dipahami sebagai komunikasi antar keduanya.

Dengan ayunan kaki kiri, Ahmad-pun mengirimkan bola cantik kearah Rama, yang sudah menunggunya sambil berlari menusuk dari sayap sebelah kanan. Rama berhasil lolos dari jebakan offside dan sekaligus mengejar bola umpan dari Ahmad tadi.

Langkah cepatnya terus menyusur garis samping, hingga mendekati garis belakang lapangan, dan pada saat itulah Rama kembali berteriak, "Steve! Maju!!", bersamaan dengan ayunan kaki kanannya, mengirimkan umpan silang ke tengah area kotak penalty lawan.

Dalam pandangan Rama, bola tadi melambung sangat lambat, dengan ketinggian yang cukup, dan berharap para pemain bertahan Blucerchiati tidak mampu menjangkaunya.

Harapannya terwujud ketika bola terus bergulir melewati hadangan dua orang pemain bertahan yang mencoba melompat dan menyambutnya di udara. Namun bola tersebut terus meluncur, dan pada saat (yang menurut Rama sudah se-abad sejak dirinya melepas umpan Crossing) bola tersebut bersambut dengan kepala Steven yang melompat di tengah area penalty, jantung Rama bagaikan berhenti berdetak, stadion mendadak terdengar sepi, tidak satupun suara yang bisa didengarnya. Ia hanya melihat bola tandukan Steven meluncur lurus kearah pojok kanan gawang.