TAMU TAK DIDUGA

193 24 1
                                    

Yogyakarta, Januari 2025

Ksatrian Akademi Angkatan Udara

Ketika memasuki tingkat tiga, atau saat berpangkat Sersan Mayor Dua Karbol, angkatan mereka mengikuti latihan Wana Tirta, yaitu pelatihan bertahan hidup di hutan dan air (Jungle and Sea Survival)

Para karbol ketika itu diberangkatkan ke Waduk Sermo, Kulonprogo, sebagai tempat pelaksanaan latihan Wana Tirta tersebut.

Disimulasikan bahwa para karbol yang berperan sebagai awak pesawat udara, mengalami situasi emergency, yang membuat mereka harus keluar dari pesawat dan mendarat di area perairan. Area tersebut ternyata dinyatakan adalah area musuh, sehingga para karbol harus berusaha untuk bertahan (survive) dan menghindar (evasion) keluar dari area musuh, termasuk menghindari kejaran atau serangan musuh.

Dalam pelatihan tersebut mereka diberikan pemahaman mengenai teknik penyelamatan diri dan bertahan hidup di air, berlindung dari serangan udara ketika berada di air, memberikan sinyal untuk penyelamatan dari helikopter, hingga pelaksanaan Rescue dengan metode hoisting dari helikopter CSAR.

Hujan yang ditumpahkan langit pada hari itu menambah kesan dramatis dalam pelatihan tersebut, karena makin sulitnya grip tangan para karbol untuk menarik tali perahu karet atau mengangkat diri mereka kembali keatas perahu.

Setelah latihan hoisting terselesaikan, dilanjutkan dengan latihan tahap kedua mereka, yaitu bertahan hidup di hutan. Prinsip SERE (Survive, Evasion, Resistance, Escape) kembali dilatihkan dalam kegiatan selama 3 hari ini.

Pelajaran dasar mengenai kamuflase, navigasi darat menggunakan kompas prisma dan peta topografi, menjadi santapan utama dalam kegiatan ini. Titik beratnya, adalah mereka harus menentukan jalur penghindaran yang tercepat dan teraman untuk keluar dari daerah hostile.

Dan karena seringnya jalur yang tercepat dan teraman bukanlah yang paling nyaman, di beberapa titik mereka harus mengaplikasikan kembali pengetahuan tali temali mereka untuk menuruni gunung atau jurang.

Tentunya dengan menu makan malam istimewa pada pelatihan bertahan hidup di hutan. Cacing pohon, daging ular, dan biawak bakar adalah menu ternikmat, berhubung tidak adanya supply bekal dari dapur umum.

Kepenatan fisik ditambah perut yang lebih berisi seringkali membawa kelengahan bagi mereka, hingga membawa mereka pada skenario penangkapan dan interogasi. Disinilah kemampuan mereka memberi perlawanan (resistance) dikembangkan. Bukan hanya membentuk formasi untuk menghindari tertangkap. Beberapa karbol yang 'terpaksa' harus diskenariokan tertangkap musuh-pun harus mampu bertahan tidak membocorkan informasi penting ketika para instruktur yang berperan sebagai 'musuh' menginterogasi mereka.

Dan materi terakhir yang tidak kalah penting, adalah bagaimana mereka yang tidak tertangkap bisa berkoordinasi untuk menyelamatkan mereka yang tertangkap, dan bagaimana yang tertangkap bisa meloloskan diri (escape).

Setelah Wana Tirta, maka lengkaplah brevet dasar yang dimiliki oleh para Karbol, dimulai dari brevet Para Dasar dan brevet Terbang Layang. Para Karbol tingkat tiga ini bisa berbangga hati ketika patch ketiga brevet memenuhi PDL loreng maupun coverall oranye mereka, atau ketika tiga pin berbentuk wing berkilauan tertera di dada kiri pakaian dinas harian khaki, pakaian dinas upacara biru, maupun seragam drum band mereka.


Namun bagi Rama sendiri, segala latihan-latihan militer ini sudah bukan menjadi hal yang paling menarik sekarang ini. Dan hal ini adalah karena materi pelajaran di Departemen Teknik Aeronautika, jurusan tempatnya belajar di Akademi Angkatan Udara ini, sudah memasuki materi-materi berkaitan dengan hal yang sangat menarik perhatiannya.

Sayap Tanah Air - Kepakan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang