"Seriusan rumah ini? Mana motornya, kok gak ada? Bohong lu ya?!" Marteen terburu-buru emosi, masalahnya dari tadi Sasa yang diboncengnya itu terus sesenggukan, dia jadi bingung sendiri.
"Sumpah, Mat, di sini lokasinya," Alex sampai harus meyakinkan mereka semua.
"Mat Mat Mat Mat, lo pikir gua Mamat?"
"Eh iya, Mar, maksudnya. Aelah gitu doang diprotes. Emang ngapa sih gak boleh?"
"Itu mobil bukan sih?" Bisma yang dari tadi mengecek halaman depan rumah ini, tiba-tiba melihat sesuatu, sekilas seperti kap mobil yang ada di belakang rumah. Mereka semua mengikuti langkah Bisma.
"Wait, jangan masuk dulu," Marteen tau apa yang ada di dalam pikiran bocil-bocil ini. Pasti mereka juga berpikir bahwa Satya ada di dalam sana, disiksa, dan dihabisi. Tapi Marteen tak mau terburu-buru. Tak apa jika Satya terluka sedikit lebih lama lagi, yang penting masih hidup, dan mereka semua selamat ketika masuk untuk menyelematkan nanti. Dia harus menghubungi teman-temannya.
"Marteen, nunggu apa?" bisik Langga.
"Sabar sebentar. Gue tau kok, apa yang ada dalam pikiran lo semua. Tapi gue gak mau gegabah. Kita gak tau, siapa yang bakal kita lawan nanti. Iya kalau jumlahnya lebih sedikit daripada kita, kalau lebih banyak gimana? Lo mau kita digeprek juga? Lo mau kita mati konyol?"
"Konyol gimana maksud kamu? Nyawa seseorang yang ada di dalam itu bukan buat main-main!" Sasa membuat mereka semua terkejut dan diam seketika.
"Kalo lo semua gak mau masuk, gue masuk sendiri," Sasa berlari memasuki rumah tua itu.
"SASA!" untung saja, Marteen lebih dulu menyeret Sasa menjauh lagi dari rumah itu. "Tunggu sebentar, Sa. Aku juga gak akan biarin Satya kenapa-kenapa. Sabar dulu, semua akan baik-baik aja. Kamu percaya sama aku, aku juga bakal jaga kepercayaan kamu. Aku akan bawa Satya keluar dengan tetap bernapas."
Tak lama, segerombolan geng motor datang memasuki pekarangan rumah tua itu. Tidak lama memang, karena lokasi mereka sebelumnya dekat dengan daerah ini.
"Mereka udah datang, ayo masuk. Kamu sama aku aja, jangan lepas. Meskipun kamu lihat Satya di sana, jangan coba-coba mendekat, Sa. Kamu paham?"
Sasa tidak mengatakan apapun, Marteen anggap Sasa sudah mengerti maksud dari perkataannya.
Mereka semua masuk ke dalam rumah itu. Sampai ruang tengah, mereka berniat untuk berpencar. "Jangan berpencar!" titah Marteen. Meskipun teman-temannya bertanya-tanya kenapa tidak boleh, tapi mereka nurut saja.
Suara seseorang terbatuk-batuk masuk ke indera pendengaran mereka. Marteen meminta mereka untuk berhenti dulu, dan mencoba mendapatkan suara itu lebih jelas lagi.
"Gue gak pernah hamilin lo, setan!"
Sasa semakin yakin kalau itu Satya, tapi suaranya berat sekali.
"Emang, lo gak pernah hamilin gue. Gue hamil sama mantan gue," sahut seorang perempuan.
"Terus apa urusannya sama gue?! Lo ngelakuin ini semua, seolah-olah gue yang harus bertanggung jawab. Gila lo ya!"
"Jangan merasa paling dirugikan lo! Gue sampai di drop out dari sekolah, itu karena lo!"
"Kenapa jadi gara-gara gue? Dimana-mana, sekolah juga gak bakalan mau terima murid bunting kayak lo. Mikir kek, lo itu bukan bocah lagi! Anjing lo ya?! Lo sama tante lo itu sama-sama jalang! Lo juga, De!"
"Lo juga, bitch!" Satya menatap Ranti dengan tatapan tajamnya.
Namun Ranti tidak peduli. "Jangan marah-marah, Sayang. Aku gigit bibirnya sampai berdarah, baru tau rasa loh heheh."
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]
RomanceArjuna, Bayu, Candra, Dandi, Dimas Generasi mereka datang