Setelah pulang makan malam kemarin, pagi harinya adalah rutinitas anak remaja seperti Satya dan Satya untuk sekolah. Sudah pukul setengah enam pagi, tapi kedua anaknya itu masing-masing belum ada yang menampakkan batang hidungnya.
Salsa memutuskan untuk menuju kamar kedua anaknya, melihat apakah mereka sudah mandi atau jangan-jangan belum bangun.
Saat masuk kamar Sasa, Salsa lega karena anak perempuannya itu sudah mandi dan mengenakan seragam sekolahnya. Tapi parahnya, gadis itu masih sibuk memotret dirinya di pintu balkonnya.
"Ngapain sih, Sa?" Tanya Salsa di pintu kamarnya.
"Eh Mami, ya lagi selfie lah, Mi. Mumpung ada cahaya ilahi ini. Lumayan lah buat stok foto Instagram, buat nambah followers juga. Setiap kali Sasa update foto nih ya, Mi, ada aja yang follow. Yang komen juga banyak banget. Gila, aku makasih banget sama Mami sama Papi juga karena sudah membuatku ada di dunia ini. Anakmu ini famous nya minta ampun loh, Mi." Ocehnya.
"Hadeh terserah, cepet turun kalau udah selesai. Mami mau ke kamar Abang dulu."
"Sa, jangan kebanyakan selfie!" Sebelum pergi, Salsa sempat memperingatkan putrinya.
"Sirik aja si Mami." Gumamnya pelan.
"Ngomong apaan?" Eh Mami denger, batin Sasa.
"Enggak kok, Mi. Cuma mau ingetin aja, jangan lupa like foto aku nanti ya hehehe. Love you, Mi."
Salsa mengetuk kamar anak laki-lakinya terlebih dahulu sebelum masuk. Bukannya apa-apa, Satya bukanlah anak balita lagi, dia remaja, pasti punya privasi sendiri.
Satu kali, dua kali, sampai tiga kali ketukan, dan belum ada respon dari dalam. "Satya, kamu mandi ya?" Tetap tak ada jawaban. Biasanya Salsa mencoba mengetuk satu kali dengan lebih keras lagi, tapi untuk pertama kalinya Salsa beranikan membuka kenop pintu dan masuk ke dalam.
Salsa geleng-geleng kepala saat melihat anak laki-lakinya ini masih tidur pulas. "Sat, bangun, Sat. Kamu gak sekolah? Ayo bangun! Jam setengah enam ini."
Salsa menarik selimut yang menutupi tubuh anaknya, dan dia geleng-geleng kepala lagi. Satya ini benar-benar keturunan papanya. Tidur tanpa menggunakan baju, demen banget cuma pakai bokser.
"Satya, bangun atau Mama siram!" Salsa mencubit pipi anaknya.
"Mbak Donaaaaahhh ahhh." Salsa jadi takut. Kenapa suaranya harus seperti itu?
"Satya, bangun, Sayang. Kamu gak mau dihukum Pak Banda lagi kan karena telat? Ayo mandi sana! Mau Mama buatin air hangat?"
Anak laki-lakinya itu hanya menggeliat sana-sini. "Jangan Mbakkk ahhhh." Lagi-lagi. Anak ini kenapa sih?
"SATYA SHA MEGANTARA!" Salsa menaikkan oktaf suaranya.
"Ya Mbak?" Satya melonjak kaget dan segera bangun dari ranjangnya.
"Mbakmu?!"
"Ehehe Mama. Mama ngapain di kamar Satya?" Tanyanya sambil menggaruk-garuk punggungnya.
"Mau beli kuota, ada?"
"Mama nih ngelawak mulu. Ya gak ada lah, Ma. Kan Satya bukan konter."
"Tau gitu ngapain masih tanya! Mama di sini ya mau bangunin kamu. Malah ditanya ngapain. Udah mandi sana, setelah mandi cepat turun untuk sarapan. Gak pake lama. Sepuluh menit belum di bawah, awas!"
"Iya iya, Ma, yaelah. Pagi-pagi udah nyanyi aja."
"COBA ULANGI SEKALI LAGI!" Salsa berkacak pinggang.
"Whehhe enggak, Ma, bercanda hahaha. Jangan marah-marah mulu kenapa sih, Ma. Satya gak mau Papa jadi duda terlalu cepat." Satya berlari memeluk dan mencium mamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]
RomanceArjuna, Bayu, Candra, Dandi, Dimas Generasi mereka datang