Calon Suami

99.3K 6.1K 234
                                    

Candra berhasil naik dengan jantung yang berdebar kencang, mungkinkah ini yang kalian sebut dengan jatuh cinta? Meski sedang ketakutan, mulutnya terus saja komat-kamit mengumpat pada Dimas yang happy-happy aja di bawah sana. Bersama perempuan itu pastinya. Huh menyebalkan.

"Oi, Dimas, udah apa belum?" Kakinya makin gemetar setiap kali dia melihat ke bawah.

"Kurang, masih kurang banyak nih. Ambil aja semua itu yang ada di pohonnya!" Dimas dan perempuan itu menahan tawa melihat muka tercengang Candra.

"Seriusan lu? Udah gemetar ini kaki gue. Emakkkk ..."

"Jangan alay lu, disuruh ambil bunga aja teriak-teriak, kayak orang utan lu kalo gitu. Jelek banget sumpah dah."

"Kurang ajar lu, Paiman! Gue disuruh naik, gue diolok-olok! Bangkeh."

Setelah dirasa cukup, Candra turun dengan susah payah. "Gak ada minum, Beb? Dag dig dug der ini hati Babang Cacan." Candra meluruskan kakinya di bawah pohon kamboja yang dipanjatnya tadi.

"Enggak ada, Bli. Maaf ya merepotkan, mau saya belikan dulu?" Tawar perempuan itu.

"Eh eh gak perlu, nanti kamu capek. Btw, namanya siapa? Kita belum kenalan loh dari tadi." Candra menatap perempuan berkebaya itu dengan intens.

"Saya Saraswati, panggil saja–"

"Panggil saja Mawar." Dimas memotong pembicaraan perempuan itu—Niluh.

"Bego!" Candra mengumpat kesal.

"Panggil saja Saras." Niluh tersenyum manis, menampilkan deretan gigi putihnya.

"Saras, hm not bad. Beautiful name for the beautiful girl." Candra menatap Saras dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Eh katanya mau ada acara? Acara apaan, Ras?" Tanyanya seolah sudah lama kenal.

"Ya ampun, saya lupa, terima kasih ya sudah diingatkan. Terima kasih juga sudah diambilkan bunganya. Saya permisi dulu, Bli." Saras melenggang pergi begitu saja setelah mengucapkan terima kasih. Padahal kan Candra mau tanya nomor BH, eh bodoh, WhatsApp maksudnya.

"Gue belum sebutkan nama loh, main pergi-pergi aja. Belum dapat nomor WhatsApp juga, gimana caranya ketemu lagi, coba?"

"Jodoh pasti bertemu." Dimas melirik Candra sekilas. "Boleh aku ramal?" Tanya Dimas.

"Ku ramal biji kau meledak nanti!" Ucap Candra sebelum meninggalkan Dimas yang ingin meramalnya dengan ramalan-ramalan sampahnya.

"Biji lu meledak!"

[]

Salsa mengajak Juna dan teman-temannya yang lain untuk keliling-keliling lagi. Saat keluar hotel, mereka bertemu dengan Candra dan Dimas yang baru saja kembali perjalanan hidupnya. Oee perjalanan hidup. Asiap.

"Dari mana aja kalian? Kencan?" Tanya Juna sembari menggandeng tangan Salsa untuk berjalan di sampingnya.

"Kencan biji lu meledak!" Sahut mereka berdua— Dimas dan Candra secara bersamaan.

"Ditanya baik-baik juga!", Salsa seakan tak terima atas apa yang mereka berdua katakan pada tunangannya. Sedangkan kalian tau, kini Juna senyum-senyum sendiri melihat perempuan di sampingnya ini.

"Sensi banget sih, Sal. Lagi PMS lu?" Ucap Candra.

"Lo berdua aja yang tolol–"

Belum sempat Salsa melanjutkan kalimatnya, teman-temannya termasuk Juna sendiri langsung menyahut. "HE KASAR!" Kini Salsa seolah baru saja melakukan sebuah tindak kejahatan, karena ditatap oleh beberapa pasang mata secara bersamaan.

ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang