Juna pamit pergi ke kantor setelah sarapan dengan istri dan dua ARTnya di meja makan. Ini bukan sinetron, dimana ART harus makan di dapur dan terkadang menunggu sisa majikan. Di sini, Juna dan Salsa tak pernah menginginkan dua asisten rumah tangganya dikesampingkan. Dia ingin mereka makan bersama, di sini berempat satu meja.
"Dona, saya lagi pengen jalan-jalan nih. Kamu temenin saya ya?" Salsa menghampiri Dona yang sedang berada di halaman belakang sembari selfie-selfie di samping kolam.
"Eh, jalan-jalan ke mana, Mbak? Kenapa ngajak saya? Kan Mbak punya Mbak Raina, Mbak Dinda juga yang bisa temenin Mbak jalan-jalan. Maaf, Mbak, bukannya nolak atau bagaimana, tapi kalau jalan-jalan sama Mbak itu beda aja kelihatannya, saya malu."
"Lah kenapa harus malu? Kita cuma belanja kok, eh sama makan juga nanti. Kalau kamu mau nonton ya ayo, saya yang bayar. Yang penting temenin saya. Raina itu kerja, Dinda juga lagi hamil, saya sendirian. Temenin ya? Plissss." Salsa menampilkan puppy eyes nya.
Dona tak enak jika harus menolak, akhirnya dia terima saja permintaan majikannya. "Ya sudah deh, Mbak. Kalau begitu saya ganti baju dulu ya, Mbak." Dona beranjak pergi ke kamarnya, namun Salsa menghentikannya.
"Eh eh, hm maaf kalau kamu kurang suka, tapi saya ada baju-baju lama, kamu mau pakai nggak? Saya gak maksa kok. Bajunya udah gak muat, soalnya zaman saya SMA dulu." Tawar Salsa.
"Memang Mbak Salsa tambah gendut ya, kok gak muat?"
"Hm bukan gak muat sih sebenarnya, cuma sedikit ketat aja. Sebagai informasi, Juna kurang suka kalau saya pakai baju ketat, bisa digorok saya nanti."
Dona terkekeh mendengar penuturan Salsa, ternyata majikannya ini asik juga. "Hehehe iya deh, Mbak, saya mau. Terima kasih sebelumnya."
[]
Mereka berdua sampai di salah satu pusat perbelanjaan di ibu kota. "Mbak Salsa, sumpah deh, saya benar-benar berterima kasih sama Mbak, rasa malu saya sedikit tertutupi kalau jalan sama Mbak pakai baju-baju seperti ini. Seenggaknya saya terlihat gak norak-norak banget jadi orang hehehe." Ucap Dona saat mereka berdua menaiki eskalator.
"Iya sama-sama. Lagi pula sayang kalau harus dibuang kan? Kalau kamu mau kan mending kasih ke kamu. Oh ya, masih ada lagi tas saya yang udah lama gak kepakai. Nanti ke kamar saya ya, saya carikan."
"Siap, Mbak."
Segala apa yang melekat di tubuh Dona sekarang memang pemberian dari Salsa. Malai dari baju, tas, sampai sepatu. Bahkan sebelum berangkat ke sini tadi, Salsa sempat memoles wajah asistennya dengan make up miliknya.
"Saya seneng bisa ke sini sama kamu. Oh ya, kita belanja, kamu pilih satu baju yang kamu mau, satu sepatu yang kamu mau, dan tas mana yang kamu mau, nanti saya yang bayar."
"Astaga, Mbak, itu banyak banget. Mbak serius? Saya takut Pak Juna marah."
"Kenapa marah? Ini tuh uang saya sendiri. Saya dapat bayaran loh dari hasil saya nulis novel. Jangan pikirin Juna, gak penting. Kamu pilih aja pokoknya, itu sebuah keharusan."
Akhirnya mereka berdua sibuk memilih. Dona yang notabenenya gadis desa, belum pernah menginjakkan kakinya di pusat perbelanjaan modern seperti ini, apalagi ditraktir belanja semacam ini, makin juling matanya untuk memilih, pasalnya semua terlihat bagus dan mahal.
Lima belas menit kemudian, mereka berdua keluar dari butik itu dan bergegas mencari tempat makan. Sesaat sebelum Salsa dan Dona benar-benar masuk area food court tersebut, seseorang tak sengaja bertabrakan dengan Salsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]
RomanceArjuna, Bayu, Candra, Dandi, Dimas Generasi mereka datang