Salsa merasakan ada yang terus mengelus puncak kepalanya, akhirnya dia memutuskan untuk membuka matanya. Mengingat bahwa dia sekarang ada di rumah sakit dan tak sengaja terlelap.
"Sal!" Salsa sudah benar-benar membuka matanya, dan tatapannya mengarah pada Juna yang baru saja menegur namanya.
"Kamu udah sadar?" Tanya Salsa sembari membenarkan posisinya. Dia senang bahwa Juna sudah siuman. Tapi dia juga tak lupa dengan kejadian beberapa waktu lalu. Jujur dia kecewa, tapi sebisa mungkin dia sembunyikan, agar semua baik-baik saja. Salsa anggap ini ujian rumah tangganya. Dia harus menahannya, dia harus menyanggahnya, dia harus menopangnya. Kalau bukan dia, siapa lagi?
"Maafkan aku, Sal. Aku tau aku brengsek banget, aku gak pantas untuk dimaafkan, tapi aku mau ngucapin maaf sama kamu. Kamu berhak marah sama aku, wajib malah. Kamu wajib marah, aku bisa terima, karena aku tau, aku lelaki terbangsat yang pernah ada di hidup kamu. Maafkan aku, Salsabila hiksss."
Lihatlah! Bayi besar ini menangis.
"Boleh aku peluk kamu?" Juna merentangkan tangannya. Juna pikir, Salsa akan menggeleng tidak mau, tapi nyatanya Salsa mulai membungkuk dan mendekatkan tubuh padanya.
"Aku gak yakin, setelah ini apa aku masih bisa peluk kamu kayak gini. Tapi aku sangat berharap, bahwa ini bukanlah yang terakhir." Ucap Juna sambil mengusap pelan punggung istrinya.
"Bukan yang terakhir? Emangnya kamu mau kemana? Mati?"
"Astaga dragon! Sal, sumpah dah, nyesel aku bilang kayak gitu tadi. Serem anjir." Juna merasakan bulu kuduknya berdiri setelah mendengar penuturan Salsa barusan. Mati dia bilang?
"Ya kamu aneh-aneh masa. Terakhir-terakhir, emang mau kemana?"
Juna melepaskan pelukannya dan mencoba untuk duduk bersandar. "Juna, jangan banyak tingkah ya! Lagi sakit juga. Udah rebahan aja, kenapa sih?"
"Kamu gak marah sama aku?" Kini wajah Juna serius. Pasalnya dari tadi Juna sudah bisa membaca raut wajah istrinya. Dia begitu yakin, istrinya sedang mengenakan topeng andalannya sekarang. Salsa kecewa, tapi mengapa dia tidak meluapkannya?
"Eh kamu mau makan gak? Aku beliin ya, di luar?" Salsa mencoba mengalihkan pembicaraan. Itu tadi pertanyaan ekstrim.
"Sal–"
"Atau mau aku pesenin go-food?"
"Sal!" Juna kesal, pasalnya Salsa benar-benar terlihat tak mau menjawab pertanyaannya yang ia lontarkan tadi.
"Apa sih?" Salsa kalah. Pada akhirnya Salsa harus bisa menjawab.
"Kamu gak marah sama aku? Marah, aku tau kamu marah kok. Aku bisa baca dari air mata kamu, raut wajah kamu, tingkah kamu. Aku tau semuanya, tapi kenapa kamu sembunyikan itu? Kamu kecewa, aku juga tau. Tapi kenapa kamu gak marah-marah sama aku? Kamu gak diemin aku? Kenapa kamu pakai topeng, seolah kamu sedang baik-baik saja, Sayang?" Juna menarik tubuh Salsa lagi dalam dekapannya. Di situ air mata Salsa tak tertahan lagi. Dia berhasil menangis di dekapan suaminya.
"Aku gak mau kamu sedih hiksss."
"Tapi kalau gini caranya, kamu yang sedih sendiri. Aku gak mau kamu pendam pedih kamu sendirian, aku mau kamu lampiaskan semuanya. Aku siap terima semua konsekuensinya. Kamu mau pukul aku? Pukul! Mau jambak aku? Jambak! Yang penting jangan sedih sendirian, Sayang."
"Iya, aku sedih. Aku kecewa, aku gak ngerti lagi sama jalan pikiran kamu. Bisa-bisanya kamu lakuin itu di belakang aku. Satu sisi, aku udah seneng banget waktu kamu tolak dia. Tapi di lain sisi, aku kecewa, pada akhirnya kamu jatuh juga ke pelukan dia."
"Aku khilaf, Sayang. Aku laki-laki normal."
"Yeah, i know. Tapi itu nusuk banget buat aku. Aku tau kok, kamu udah nolak dia. Mati-matian kamu cegah dia untuk gak masuk dalam kehidupan kita. Tapi akhirnya kamu kalah kan? Kamu jatuh dalam pesona dia hiksss." Ingin sekali Salsa melepas pelukan ini dan sedikit menjauh untuk menetralkan suasana hatinya, namun dia juga butuh sandaran sekarang. Masalahnya, sandarannya kali ini adalah batu yang baru saja menimpuknya.
"Aku terima kamu untuk marah beberapa saat sama aku, tapi enggak untuk selamanya, aku gak akan kuat. Menjauhlah sebentar, aku tau kamu butuh ketenangan. Jangan lupa kembali, Sayang." Juna baru ingin melepas pelukan istrinya, namun istrinya itu menahan.
"Dan sialnya, ketenangan itu ada di sini. Aku selalu merasa tenang saat ada dalam pelukanmu."
"Gombal ajng. Wtf, istri ue boyeh uga!" Batin Juna dalam hati. Dia tersenyum senang dan mengeratkan pelukannya pada Salsa.
"Kamu gak mau menetralisir bibir aku?"
"Ha?" Salsa diam dan tampak berpikir.
"Bibir aku ternoda lagi loh, Yang." Ucapnya sembari mengerucutkan bibirnya.
"Iya juga ya? Wait, aku minta kompres sama suster." Salsa segera berlari untuk menemui suster.
"Kocak!" Juna geleng-geleng, tak habis pikir. Sumpah, Juna pikir setelah dia siuman, Salsa akan menjadi dingin padanya. Parahnya, Juna pikir, setelah ini tamat sudah riwayat pernikahannya. Namun nyatanya tidak.
(Maaf teman-teman. Ini memang gantung banget dan pendek banget. Aku ga bermaksud untuk gantungin kalian lagi, enggak. Jujur, aku tadi udah ngetik panjangggggggg banget. Seru banget juga (aku pikir itu seru sih).. tapi tiba-tiba.... Ada tulisannya dong "wattpad telah berhenti") WATDAFAKKKK!!!!!
TIBA-TIBA AKU KELUAR SENDIRI DARI APLIKASI. SAAT AKU MASUK.....
JENG JENGGGGGGGGG...
SEMUA APA YANG KU KETIK SIAAAAAA SIAAAAAAAAA
SEMUANYAAAAAAA HILANGGGGGHHHHHHHHHHH
HUWAAAAAAAAAAA
APA INI YANG NAMANYA KARMA?
Maaf karena udah PHP in kalian. Sumpah tadi tuh yang Beb🤣😌 aku niat. Aku gangguin kalian dulu, niatnya sih bikin kalian kesel dikitttttttt aja. Tapi malamnya aku ada NIATAN UPDATE.
Helahdahalahh... Karmanya langsung dateng dong😪 SIA SIA AKU NGETIK 2000++ KATA. JDBFHEJKSKEIURJSKDBHEUDIAK
SICK TAPI TAK BER BLOOD
BESOK YA!!!
BESOK JANJI AKU UPDATE LANJUTANNYA!!! OKE AKU CINTA KALIAN 3 REBU ♥️❤️💛💚💙💜
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]
RomanceArjuna, Bayu, Candra, Dandi, Dimas Generasi mereka datang