Satya terpaksa berangkat sendiri hari ini, jok belakang kosong tanpa ada si berisik yang biasanya selalu menganggu Satya saat menyetir. Di jalan, Satya tidak bisa fokus, pikirannya kemana-mana memikirkan Sasa yang entah di mana.
Sesampainya di parkiran sekolah, seseorang menepuk pundak kirinya. "Woi, Sat!" Satya melihat siapa yang menegurnya, ternyata Langga.
"Kenapa muka lo, Bang? Kayak gak ada semangatnya gitu. Diputusin lo?" Tebak Bisma.
"Sok tau lo, bocah." Jawab Satya ketus.
"Yaelah tanya baik-baik, nyebelin banget jawabannya. Ah ya, gue ingetin lagi, kita tuh cuma beda satu tahun, jangan panggil gue bocah anjir!" Sahut Bisma.
"Wid, ke kelas bareng yuk." Ajak Alana yang tadi berboncengan dengan Langga. "Eh tunggu, Sasa mana ya, Sat?" Tanya Alana yang baru menyadari tidak adanya keberadaan Sasa.
"Kabur dari rumah." Jawab Satya apa adanya.
"WHAT?" Pekik Alana dan Widya kompak.
"Are you serious?" Alex sempat tidak percaya.
"Buat apa gue bohong, Lex? Gue nyesel udah bentak-bentak dia kemarin. Lo semua tau kan tentang postingan terakhir dia itu? Gue marah karena itu. Dan saat gue marah, tanpa sadar gue udah buat dia sakit hati karena kata-kata gue. I know, gue keterlaluan."
"Sebenarnya sih lo gak salah. Lo hanya mau negur adek lo. Tapi yang salah itu saat lo bentak-bentak dia dengan kasar. Ya kan?" Ujar Langga.
"Bener, Lang, dan gue nyesel banget. Mbak Dona tadi bilang kalau dia berangkat pagi banget pakai seragam dan bawa tas sekolahnya. Tapi kenapa gue gak yakin ya kalau dia di sekolah. Gue yakin dia kabur. Pulang sekolah nanti bisa bantu gue gak buat cari dia? Gue khawatir banget."
"Boleh lah, nanti sepulang sekolah langsung ya." Ucap Bisma menyepakati.
[]
"Fuck!" Umpat penjaga gawang tersebut saat menerima bola dari sang pencetak gol.
"Sori, Lex. Ada yang luka?" Satya mendekati Alex yang kini masih memegangi telapak tangannya.
"Gak ada sih, cuma sakit dan panas aja. Lo kenceng banget nendang bolanya, gue gak siap." Kini Alex mengibaskan tangannya ke udara.
"Gue kepikiran Sasa."
"Nanti kan kita cari, sabar dulu, kabur pun palingan Sasa masih di Jakarta, gak mungkin tiba-tiba ke Tanjung Priok."
"Tanjung Priok juga Jakarta, bangsat! Gue tendang balik ke Spanyol juga lo lama-lama."
"Hehehe ya sori lah, gue kan gak begitu tau daerah di Jakarta. Biasa, dari kecil gue kebanyakan di Spanyol." Ujarnya menyombongkan diri.
"Kalau gak tau gak usah komen!"
"Sante napa sante?"
"Bener kata Papa, lo sama bokap lo tuh terlalu santuy." Satya mengingat kembali momen ketika Juna menceritakan masa lalunya bersama kawan-kawannya. Hanya Dimas yang hidup seperti tanpa beban.
"Satyaaaa, ya ampun ganteng banget sih, Dek. Foto bareng dong." Teriak siswi kelas 12 yang ada di lantai dua.
"Kak Satya, i love you." Kini dari adik kelas yang kebetulan ruang kelasnya ada di samping lapangan futsal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]
RomanceArjuna, Bayu, Candra, Dandi, Dimas Generasi mereka datang