Akhirnya Juna dan Sasa pulang. Salsa lega ketika anak perempuannya itu berlari memeluknya. Juna memang tak diragukan lagi kalau soal bujuk membujuk. "Maaf ya, Mi. Sasa sudah buat Mami khawatir. Sasa janji, gak bakal ulangi lagi." Ucap Sasa di pelukan maminya.
"Dimaafkan. Jangan buat Mami khawatir lagi pokoknya, Mami terlalu takut kamu kenapa-kenapa. Oh ya kamu sudah makan? Belum kan? Kamu makan dulu ya, sudah Mami siapkan di meja makan."
"Gak usah, Mi. Sasa sudah makan tadi sama Papi. Mami tau gak, kami makan di mana?" Salsa menggeleng tidak tau.
"Di tempat Papi sama Mami dulu pdkt. Yang Mami berantem sama temennya Papi itu loh gara-gara rebutan Papi."
"Ha?" Salsa menatap anak dan suaminya secara bergantian.
"Ih Mami, sate yang ada di pasar malam itu loh, Mi. Masa Mami lupa?"
"Oh hehehe. Siapa juga yang rebutan Papi mu? Halu akut."
"Ah udah lah, masuk yuk, pegal-pegal nih badan." Juna mengacak rambut istri dan anak perempuannya dulu sebelum masuk rumah.
Juna memang baru sampai rumah, lalu membujuk Sasa. Ke pasar malam pun tadi dia masih memakai setelan kantornya. Tapi tidak menjadi masalah, yang terpenting putrinya sembuh dan normal kembali.
"Yang, aku tunggu di kamar ya." Ujar Juna sambil menaiki tangga.
"Mau ngapain, Pa?" Tanya Satya.
"Biasa lah, masa gak ngerti juga sih? Ah sok polos lu." Sahut Juna.
"Jangan didenger, Papamu edan. Ya sudah, kalian masuk kamar sana, istirahat atau belajar." Ucap Salsa pada kedua anaknya.
Setelah itu, Salsa menyusul Juna ke kamarnya. Sedangkan Sasa dan Satya masih ada di lantai bawah, diam tanpa kata. Sasa ingin minta maaf pada Abangnya itu, tapi ada ketakutan juga dalam dirinya. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk kamarnya saja, besok dia janji akan meminta maaf. Perlu waktu untuk mengubur rasa takut.
"Sa!" Seru Abangnya. Langkah Sasa tiba-tiba terhenti, tapi tak ada keberanian untuk sekedar mempertemukan pandangan.
"Gue—"
"Aku ngantuk, besok aja." Setelah itu Sasa berlari masuk kamarnya. Sedangkan di tempat lain, Satya mengembuskan napas dengan berat. Ini situasi yang cukup rumit, belasan tahun mereka hidup bersama, terkadang diwarnai perdebatan dan perbedaan yang memaksa mereka bertengkar, namun tak sampai serumit ini. Kalau sudah seperti ini, jangankan menyapa, bertemu dan saling memandang pun rasanya sulit.
[]
"Mbak, berangkat dulu ya." Teriak Sasa dari dalam mobil. Satu keluarga itu benar-benar ke Yogyakarta hanya untuk sekedar liburan dalam misi mencairkan suasana satu sama lain, terutama si kembar.
"Yoi, Cil. Jangan lupa oleh-olehnya ya." Dona melambaikan tangannya seiring dengan melajunya mobil Juna pergi dari pekarangan rumah. Rumah ini akan sepi dalam dua hari ke depan. Tanpa ada perdebatan dan gurauan di meja makan.
"Sa!" Salsa memanggil Sasa yang entah sibuk menatap jalan. Tak biasanya dua anaknya seperti sekarang ini. Duduk bersebelahan tanpa adanya adu mulut. Aneh saja rasanya.
"Tumben diem aja? Biasanya gak bisa diem kalau sama Abang? Abang juga gitu, tumben gak usilin adek? Biasanya demen banget."
Keduanya diam membuat Salsa memutar bola matanya jengah. "Eh plis lah ya, kalian berdua itu gak cocok jadi anak kalem. Jangan diem-diem bae, goyang ngapa goyang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
ABCD GENERATION [Sequel Of Arjuna]
RomanceArjuna, Bayu, Candra, Dandi, Dimas Generasi mereka datang