3. Harus Pergi

296 37 1
                                    

Kalian baca semua part ya biar Afdol.

Selamat membaca dan semoga suka.

     IBU datang ke kamar ku dengan senyum khas beliau sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

IBU datang ke kamar ku dengan senyum khas beliau sekali. Aku balas tersenyum, aku tau apa yang ibu pikirkan.

"Ibu bantu ya nak," Aku melihat beliau. "Iya bu kalau tidak buat ibu repot." Ibu membantuku mengemasi pakaian, dan semua yabg akan aku bawa ke jakarta besok sore.

Sudah selesai, semuanya sudah tertata ditempat. "Ibu percaya kamu akan baik-baik saja disana. Nurut apa yang Pak Pur dan Bu Ti bilang, nanti mereka yang akan jadi orang tua kamu dijakarta."

Aku tersenyum. "Peluk ibu." Aku memintan hal itu. Ibu terkekeh pelan, lalu mendekapku persis seperti dekapan yang biasanya aku dapat. Aku akan rindu pelukan ini nantinya.

Brak

Kami sontak melepaskan pelukan satu sama lain. Mata kami langsung mengarah ke pelaku yang membuka pintu kamarku tidak sabaran. Dia salah satu adik perempuanku, Anantari.

Kami saling lihat-lihatan sebentar, "Hikss Mbak Rumi," dia memelukku tiba-tiba. Aku membalasnya.

"Kenapa Mbak harus pergi ke jakarta? Kenapa tiba-tiba?" Sudah aku duga dia akan bertanya ini. Ku usap pelan punggungnya yang bergetar.

"Mbak akan kerja disana. Mbak mau cari kesempatan kerja yang lebih banyak," Dia melepaskan, lalu menatapku sebentar kemudian memeluk lebih erat. "Hiks tapi kenapa tiba-tiba?"

"Mumpung ada kesempatan buat mbak mu Na," Ibu yang mewakili. Ananta melepaskan pelukan. Aku mengusap air matanya. "Udah gak usah nangis. Mbak kalau cuti akan pulang kesini. Ayo senyum!"

Dia menuruti dengan senyuman lebar yang menghiasi wajahnya. Aku dan ibu tertawa geli melihatnya.

⚫⚫⚫

"Baik-baik kamu di jakarta."

"Umm." Aku balas singkat saja.

"Dibilangin Masnya jawabnya dikit. Mas gak main-main Rumi, Jakarta itu keras. Kamu harus selalu jaga diri disana." Ku makan kacang yang sudah terkupas dari kulitnya.

"Iya Mas iya. Aku akan selalu jaga diri disana." Tahu bagaimana kagetnya Mas Aksa saat aku beri tahu kalau besok sore aku akan berangkat ke jakarta.

"Bener loh ya. Yaudah ini wes jamnya Mas bekerja. Inget terus persen Mas, Rumi. Assalamualaikum"

*Wes: Sudah

"Iya Mas, Waalaikumsalam."

Aku sudah mengantongi izin semua keluarga. Termasuk Nini, ibunya Ibuku yang berada di kota Bandung.

"Mbak!" Aku tersentak kaget. Ku alihkan pandangan ke arah orang itu. "Kenapa?"

Dia diam sebentar, "Mbak bener mau ke Jakarta? Gak mau kerja di Semarang aja gitu. Jakarta jauh loh Mbak."

MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang