21. Berdegup

239 36 2
                                    

Part ini adalah part Dimana aku akan memperkenalkan adat pernikahan Jawa

Jika ada yang salah mohon dikoreksi.

Selamat membaca dan semoga suka

⚫⚫⚫

Didalam kamar berdua dengan kak Tama sungguh situasi yang sangat canggung. Kami berdua tidak tau ingin memulai berbicara.

Kak Tama bersandar di kepala ranjang, kakinya dia selonjor kan. Matanya dari tadi menyebar melihat bagaimana kamarku.

"Nyaman. Kamu pandai menata kamar," Aku melonjak saat tangan suamiku tiba-tiba sudah dipundak ku. "Kenapa? Maaf kalau membuatku terkejut. Aku cuma ingin terbiasa dengan kamu di sampingku."

"Enggak gitu mas. Aku gak bermaksud kaya gitu kok," Dia me sepertinya tersentak dengan panggilan yang baru saja aku ke luar kan. "A-apa? Coba ulangi lagi."

Ku beranikan menatap wajahnya. "Yang mana si?" Dia menyubit hidungku pelan. "Yang enggak gitu.. dan lanjutan nya."

Mengingat apa yang aku ucapkan tadi. "Aah panggilan Mas? Emangnya gak boleh ya?"

Tangan nya kembali merangkul ku. "Bukannya enggak boleh tapi tadi aku kaget. Kan waktu itu kamu yang menolak memanggil dengan Mas buat ku, kamu mau tetep manggil kak aja. Sekarang dengan tiba-tiba ganti."

"Dulu aku itu gak mau manggil Mas karena kita belum resmi. Aneh tau kalau manggil Mas padahal kita berdua enggak deket, dan sekarang kan sudah resmi masa mau tetep manggil kak, makin aneh didengernya, dan bisa-bisa nanti aku di ceramahi Ibu." Badanku makin dirangkul nya mendekat ke arah tubuhnya. "Andai saja enggak ada kegiatan setelah ini, udah tak terkam kamu dari tadi."

Menelan ludah susah payah. Ini nih yang membuat ku merinding kalau lagi berduaan sama suami. Pasti akhirnya gak jauh mengarah ke sana.

"Tapi Mas mau nunggu kamu sampai benar-benar oke. mas gak mau kita cuma melakukannya karena terpaksa, Mas maunya kita melakukannya benar-benar dari hati kedua belah pihak." Aku tersenyum setelah kak Tama juga sudah merubah panggilannya. "Makasih Mas udah ngertiin. Maaf ya."

Keningku dicium kedua kali olehnya. "Is oke. Kita masih punya banyak waktu. Nikmati dulu waktu berdua kita um?"

⚫⚫⚫

Kami berdua sudah memasuki mobil bersiap menuju gedung resepsi. Mobil mahar yang Mas Tama berikan tanpa aku tahu.

Mobil berwarna putih keluaran tahun dua ribu dua puluh akhir. Alasan Mas Tama memberikan ku mobil putih karena melambangkan kesucian, pernikahan kami itu adalah hal yang suci. Dan katanya juga untuk kami bawa menuju jakarta setelah kami berdua meninggalkan kota semarang.

Mas Aksa yang menjadi supir dadakan kami. Di samping Mas Aksa ada Abe yang asik bermain game online di hape.

Seluruh keluarga ku dan Keluarga Mas Tama datang lebih awal dibanding kami. Mereka mungkin sudah berada di dalam gedung tempat resepsi.

Kami berdua dengan sengaja memilih waktu sore sampai jam sepuluh malam. Lebih memiliki suasana yang romantis.

Setelah itu aku enggak menjamin bisa langsung main ber tempur dikamar. Yaah walaupun Mas tama tadi bilang akan menunggu aku juga enggak mau menunda.

Apa salahnya? Kita sudah sama-sam sah, sudah halal bahkan bisa menjadi ladang pahala, tih kalau di undur sampai kapan Mas tama tetap akan mendapatkannya.

"Tunggu! Biar Mas saja yang buka," Tanganku tidak jadi meraih untuk membuka pintu mobil. Mas Tama keluar lebih dulu lalu membuka pintu buatku. "Silahkan ratu-ku." Lagi, Aku bersemu dibuatnya.

MENDADAK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang